Bali
Bali | |||
---|---|---|---|
— Provinsi — | |||
| |||
Slogan: "Bali Dwipa Jaya" (Bahasa Kawi: "Pulau Bali Jaya") | |||
![]() | |||
Negara | Indonesia | ||
Hari jadi | 14 Agustus 1959 (hari jadi) | ||
Ibu kota | Denpasar (dahulu Singaraja) | ||
Koordinat | 9º 0' - 7º 50' LS 114º 0' - 116º 0' BT | ||
Demografi | |||
• Suku bangsa | Bali (89%), Jawa (7%), Bali Aga (1%), Madura (1%)[2] | ||
• Agama | Hindu (92,3%), Islam (5,7%), Lainnya (2%) | ||
• Bahasa | Bahasa Bali, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sasak, Bahasa Madura dan sebagainya | ||
Zona waktu | WITA | ||
Lagu daerah | Bali Jagaddhita | ||
Situs web | www.baliprov.go.id |
Bali yaitu nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga adalah nama pulau terbesar yang dijadikan anggota dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang bertambah kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.
Bali terletak di selang Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di anggota selatan pulau ini. Mayoritas masyarakat Bali yaitu pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan bermacam hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Daftar inti
» Provinsi Bali
» Range Realita Kode POS : 80111 - 82262 » Luas Wilayah : 5.780,06 km² (BPS 2013) » Jumlah Masyarakat : 4.227.705 (DKCS 2013) | » Ibukota : Denpasar » Jumlah Kota + Kabupaten : 9 » Jumlah Kota : 1 Kabupaten : 8 » Jumlah Disktrik / Distrik : 57 » Jumlah Kampung + Kelurahan : 714 (Ket : Kampung = Kampung = Pekon) » Jumlah Pulau : 85 Pulau yang sudah punya nama = 24 Pulau yang belum punya nama = 61 |
Geografi
Pulau Bali yaitu anggota dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti anggota Indonesia yang lain.
Gunung Agung yaitu titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini penghabisan meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang mempunyai di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lewat, Gunung Batur meletus dan memproduksi bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di anggota utara, anggota selatan Bali yaitu dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berlandaskan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di selang pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Mempunyainya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi dijadikan 2 (dua) anggota yang berbeda yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan belum cukup landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Dunia Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai daerah wisata.
Ibu kota Bali yaitu Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya yaitu Ubud sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa Lembongan yaitu sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten Klungkung. Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua yaitu beberapa tempat yang dijadikan tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa, dan sebagainya, terletak di Kabupaten Badung.
Batas wilayah
Utara | Laut Bali |
Selatan | Samudera Indonesia |
Barat | Provinsi Jawa Timur |
Timur | Provinsi Nusa Tenggara Barat |
Sejarah
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=200px-Gunung_Kawi_Rice_Terrace_Tampaksiring_1.jpg)
Penghuni pertama pulau Bali dianggarkan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[3] Warisan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di kampung Cekik yang terletak di anggota barat pulau.[4] Zaman prasejarah kemudian kesudahannya dengan datangnya nasihat Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM.
Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang rondenya lebih cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di bermacam prasasti, di selangnya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan ucap Walidwipa. Dianggarkan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan kebiasaan juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang baik hidupnya Hindu dan berfokus di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Kala itu nyaris seluruh nusantara baik hidupnya Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang diantaranya menyebabkan keruntuhan Majapahit. Jumlah bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.
Penduduk Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar tidak jauh tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai kesudahan kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Berasal dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah dijadikan permanen yang awal mulanya dimainkan dengan mengadu-domba bermacam penguasa Bali yang bergantian tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami aib karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai titk darah belakang atau perang puputan yang melibatkan seluruh penduduk baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Dianggarkan sebanyak 4.000 penduduk tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya seberapa saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan kebiasaan umumnya tidak berubah.
Jepang menguasai Bali selama Perang Dunia II dan kala itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai mewujudkan pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang kala itu menggunakan senjata Jepang.
Pada 20 November 1945, pecahlah perang Puputan Margarana yang terjadi di kampung Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata komplet. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang penghabisan.
Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah anggota dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan diketuai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali menghindar dari perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum dijadikan sebuah propinsi dari Republik Indonesia.
Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian penduduk dan menyebabkan jumlah masyarakat Bali bertransmigrasi ke bermacam wilayah lain di Indonesia.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan jumlah daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, dianggarkan bertambah dari 100.000 penduduk terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan kala ini belum berhasil diurai secara hukum.[5]
Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 penduduk tewas dan 209 penduduk lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena beberapa besar korbannya yaitu wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun penghabisan ini.
Demografi
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=250px-Bali_panorama.jpg)
Masyarakat Bali lebih kurang sejumlah 4 juta jiwa bertambah, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya yaitu Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Agama Islam yaitu agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut selang 5-7,2%.
Selain dari sektor pariwisata, masyarakat Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem Subak. Beberapa juga memilih dijadikan seniman. Bahasa yang dipakai di Bali yaitu Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.
Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia yaitu bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana masyarakat Indonesia lainnya, beberapa besar masyarakat Bali yaitu bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berhubungan. Secara tradisi, penggunaan bermacam dialek bahasa Bali ditentukan berlandaskan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa.
Bahasa Inggris yaitu bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi jumlah masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga paham beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga dijadikan prioritas ronde mendidik di Bali.
Transportasi
Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang mempunyai dipulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur,Nusa Dua, Ubud, dll. Beberapa besar masyarakat memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal kala ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan bertambah terhadap para wisatawan. Baru-baru ini untuk melayani kebutuhan transportasi massal yang layak di pulau Bali diluncurkan Trans Sarbagita (Trans Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) Menggunakan Bus besar dengan sarana prasarana AC dan tarif Rp 3.500.
Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya didirikan di Bali anggota selatan sekitar Denpasar,Kuta,Nusa Dua dan Sanur sedangkan wilayah utara belum cukup memiliki akomodasi yang baik.
Jenis kendaraan umum di Bali atara lain:
- Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
- Ojek, taksi sepeda motor
- Bemo/ angkot, melayani dalam dan antarkota
- Bus Trans Sarbagita ( Koridor 1 < Kota - Garuda Wisnu Kencana (GWK) >) Dan (Koridor 2 < Nusa Dua - Batubulan>)
- Taksi
- Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan sekitarnya
- Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.
Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Jembrana dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat sampai lima jam lamanya tergantung cuaca.
Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, RRC serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi dapat terlihat dengan jelas dari pantai dan dijadikan semacam hiburan tambahan bagi para wisatawan yang menikmati pantai Bali.
Untuk transportasi darat antar pulau di bali mempunyai terminal Ubung-Denpasar dan terminal Mengwi yang menghubungkan pulau Bali dengan Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Terminal Ubung di pulau Bali ini melayani bermacam rute antar pulau tujuan Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Madura, Jember, dll. Angkutan antar pulau dilayani oleh armada bus besar dengan kelas ekonomi, bidang usaha dan eksekutif. Terminal Ubung relatif ramai mulai pukul 15.00 wita-18.00 wita karena pada jam tersebut jumlah bis yang mulai berangkat ke kota tujuuan masing-masing. Bagi anda yang datang keterminal ini harap waspada karena jumlah calo yang agak memaksa penumpang.
Pemerintahan
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=225px-Bali_Labeled.jpg)
Daftar gubernur
No | Foto | Nama | Mulai Kedudukan | Kesudahan Kedudukan | Keterangan |
1 | ![]() | Anak Agung Bagus Sutedja | 1950 | 1958 | Periode pertama |
2 | I Gusti Bagus Oka | 1958 | 1959 | ||
3 | ![]() | Anak Agung Bagus Sutedja | 1959 | 1965 | Periode kedua |
4 | I Gusti Putu Martha | 1965 | 1967 | ||
5 | Soekarmen | 1967 | 1978 | ||
6 | ![]() | Prof. Dr. Ida Bagus Mantra | 1978 | 1988 | |
7 | ![]() | Prof. Dr. Ida Bagus Oka | 1988 | 1993 | |
8 | ![]() | Drs. Dewa Made Beratha | 1998 | 2008 | |
9 | ![]() | I Made Mangku Pastika | 28 Agustus 2008 | 2013 | |
10 | ![]() | I Made Mangku Pastika | 2013 | 2018 |
Kebiasaan
Musik
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=175px-Gamelan_of_Bali_200507-1.jpg)
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di jumlah daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan bermacam alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang diperagakan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Mempunyai pula musik Angklung diperagakan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan diperagakan dalam bermacam upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang adalah musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali adalah kombinasi dari bermacam alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan kebiasaan, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau bergantian memengaruhi daerah kebiasaan di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.
- Gamelan
- Jegog
- Genggong
- Silat Bali
Tari
Seni tari Bali biasanya dapat dikatagorikan dijadikan tiga kelompokan, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[7]
Berbakat seni tari Bali I Made Bandem[8] pada awal tahun 1980-an pernah mengelompokkan tari-tarian Bali tersebut; diantaranya yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali diantaranya ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan diantaranya ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta bermacam koreografi tari modern lainnya.
Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berlandaskan tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini kala berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=175px-Spectacle_de_danse_Legong__Ubud_Bali.jpg)
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=175px-Kecak_Dance_1.jpg)
Tarian wali
- Sang Hyang Dedari
- Sang Hyang Jaran
- Tari Rejang
- Tari Baris
Tarian bebali
Tarian balih-balihan
- Tari Legong
- Arja
- Joged Bumbung
- Drama Gong
- Barong
- Tari Pendet
- Tari Kecak
- Yang akan menjadi Arang
- Tari Janger
Pakaian daerah
Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berlandaskan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berlandaskan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Pria
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=175px-Ubud-Kids.jpg)
Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:
- Udeng (ikat kepala)
- Kain kampuh
- Umpal (selendang pengikat)
- Kain wastra (kemben)
- Sabuk
- Keris
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.
Wanita
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=175px-Bali.jpg)
Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
- Gelung (sanggul)
- Sesenteng (kemben songket)
- Kain wastra
- Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
- Selendang songket bahu ke bawah
- Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.
Makanan
Makanan utama
|
|
|
Jajanan
|
|
|
Senjata
- Keris
- Tombak
- Tiuk
- Taji
- Kandik
- Caluk
- Arit
- Udud
- Gelewang
- Trisula
- Panah
- Penampad
- Garot
- Tulud
- Kis-Kis
- Anggapan
- Berang
- Blakas
- Pengiris
- Pengutik
Rumah Aturan sejak dahulu kala
Rumah Bali yang berlandaskan dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang membenahi susunan kedudukan ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Kebiasaan China)
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis selang aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa dinamakan Tri Hita Karana. Pawongan adalah para penghuni rumah. Palemahan berarti harus mempunyai hubungan yang baik selang penghuni rumah dan lingkungannya.
Biasanya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu diteladani hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
Pahlawan Nasional
Dalam kebiasaan populer
- Road to Bali, film komedi Hollywood tahun 1952 yang dibintangi oleh Bing Crosby dan Bob Hope
- Eat Pray Love, film drama Hollywood tahun 2010 yang dibintangi oleh Julia Roberts
Catatan kaki
- ^ Sensus Masyarakat 2010
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2004.
- ^ Taylor (2003), hlm. 5, 7; Hinzler (1995)
- ^ Taylor (2003), hlm. 12; Lonely Planet (1999), hlm. 15.
- ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
- ^ DPRD Bali Didominasi Legislator Baru. VivaNews Edisi 18-05-2009.
- ^ Pengkatagorian oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali, tahun 1971. Artikel oleh Tisna, I Gusti Raka Panji, Sekilas Tentang Dinamika Seni Pertunjukan Tradisional Bali dalam Konteks Pariwisata Kebiasaan, dalam situs Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Copyright © 2006.
- ^ Bandem, I Made, Frederik Eugene deBoer. Balinese Dance in Transition Kaja and Kelod. 2nd ed. Oxford University Press, USA. 1995. ISBN-13: 978-967-65-3071-4
Referensi
- Miguel Covarrubias, Island of Bali, 1946. ISBN 962-593-060-4
- Foley, Kathy; Sedana, I Nyoman (Autumn 2005), "Mask Dance from the Perspective of a Master Artist: I Ketut Kodi on "Topeng"", Asian Theatre Journal (University of Hawai'i Press) 22 (2): 199–213.
- Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6.
- Gold, Lisa (2005). Music in Bali: Experiencing Music, Expressing Culture. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-514149-0.
- Greenway, Paul; Lyon, James. Wheeler, Tony (1999). Bali and Lombok. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 0-86442-606-2.
- Herbst, Edward (1997). Voices in Bali: Energes and Perceptions in Vocal Music and Dance Theater. Hanover: University Press of New England. ISBN 0-8195-6316-1.
- Hinzler, Heidi (1995) Artifacts and Early Foreign Influences. From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 24–25. ISBN 962-593-028-0.
- Ricklefs, M. C. (1993). A History of Modern Indonesia Since C. 1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 978-0333576892.
- Sanger, Annette (1988), "Blessing or Blight? The Effects of Touristic Dance-Drama on village Life in Singapadu, Bali", Come Mek Me Hol' Yu Han': The Impact of Tourism on Traditional Music (Berlin: Jamaica Memory Bank): 89–104.
- Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.
- Vickers, Adrian (1995), From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 26–35. ISBN 962-593-028-0.
- Pringle, Robert (2004). Bali: Indonesia's Hindu Realm; A short history of. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3.
Lihat pula
|
|
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, kategori-antropologi.nomor.net, dan sebagainya.