Kabupaten Klungkung![Lambang Klungkung.png](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=80px-Lambang_Klungkung.jpg) Lambang Kabupaten Klungkung Motto: Dharmaning Ksatriya Mahottama "Kewajiban seseorang berjiwa ksatria sungguh mulia"
|
![Location Klungkung Regency.png](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=290px-Location_Klungkung_Regency.jpg) Peta lokasi Kabupaten Klungkung Koordinat: |
Provinsi | Bali |
Ibu kota | Semarapura |
Pemerintahan |
- Bupati | I Wayan Candra (Bupati) Tjokorda Gde Mulia (Wakil Bupati) |
- DAU | Rp. 444.174.019.000.-(2013)[1] |
Luas | 315 km² |
Populasi |
- Total | 176.822 jiwa (2008)[2] |
- Kepadatan | |
Demografi |
- Kode area telepon | 0366 |
Pembagian administratif |
- Kecamatan | 4 |
- Situs web | http://www.klungkungkab.go.id/ |
Koordinat:
Kabupaten Klungkung adalah kabupaten terkecil di provinsi Bali, Indonesia. Ibukotanya tidak kekurangan di Semarapura. Klungkung bersamaan batasnya dengan Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten Karangasem di timur, Kabupaten Gianyar di barat dan dengan Samudra Hindia di sebelah selatan.
Sepertiga wilayah Kabupaten Klungkung (112,16 km²) terletak di antara pulau Bali dan dua pertiganya (202,84 km²) kembali merupakan kepulauan, yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Sejarah Klungkung
Pada jaman kerajaan, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Raja Klungkung adalah pewaris langsung dan keturunan lurus dari Dinasti Kresna Kepakisan. Oleh karenanya, sejarah Klungkung bertalian erat dengan raja-raja yang memerintah di Samprangan dan Gelgel. Selama pemerintahan Dinasti Kepakisan di Bali, terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (tahun 1350-1908):
- Pertama dari Samprangan ke Gelgel – Swecapura berlangsung dengan cara damai (abad ke-14) dengan raja yang berkuasa: Dalem Ketut Nglesir,Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Segening, dan Dalem Dimade.
- Kedua: pusat kerajaan pindah dari Gelgel – Swecapura ke pusatKerajaan Klungkung – Semarapura masa 100 tahun 17 – 20 dengan Raja Dewa Mulia Jambe, Dewa Mulia Made, Dewa Mulia Di Madya, Sri Mulia Sakti, Sri Mulia Putra Kusamba, dan Dewa Mulia Istri Kania.
Kerajaan Klungkung Bali telah berhasil mencapai punjak kejayaan dan keemasannya dalam bidang pemerintahan, norma budaya dan seni budaya pada masa 100 tahun ke 14 – 17 di bawah kekuasaan Dalem Waturenggong dengan pusat kerajaan di Keraton Gelgel – Swecapura memiliki wilayah kekuasaan sampai Lombok dan Blambangan. Terjadinya perang Puputan Klungkung ketika pusat kerajaan Klungkung sudah tidak kekurangan di keraton Semarapura.
Perang Kusamba
Kusamba, sebuah udik yang relatif akbar di timur Smarapura hingga masa 100 tahun ke-18 lebih dikenal sebagai sebuah pelabuhan penting Kerajaan Klungkung. Udik yang penuh ilalang (kusa = ilalang) itu baru tampil ke panggung sejarah perpolitikan Bali manakala Raja I Dewa Mulia Putra mendirikan sebuah istana di udik yang terletak di pesisir pantai itu. Bahkan, I Dewa Mulia Putra menjalankan pemerintahan dari istana yang kemudian diberi nama Kusanegara itu. Sampai di situ, praktis Kusamba menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung. Pemindahan pusat pemerintahan ini tak pelak turut menolak kemajuan Kusamba sebagai pelabuhan yang kala itu setara dengan pelabuhan kerajaan bedanya di Bali seperti Kuta.
Nama Kusamba makin melambung manakala ketegangan politik makin menghebat antara I Dewa Mulia Istri Kanya antaraku penguasa Klungkung dengan Belanda di pertengahan masa 100 tahun ke-19. Sampai yang pengahabisan sekalinya pecah peristiwa perang penting dalam sejarah heroisme Bali,Perang Kusamba yang menuai kemenangan telak dengan berhasil membunuh jenderal Belanda sarat prestasi, Jenderal AV Michiels.
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=220px-Michiels_AV.jpg)
Michiels, AV
Drama heroik itu berasal dari terdamparnya dua skoner (perahu) milik G.P. King, seorang wakil pengusaha yang merundingkan Belanda yang berkedudukan di Ampenan,Lombok di pelabuhan Batulahak, di anggar-anggar daerah Pesinggahan. Kapal ini kemudian dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan. Raja Klungkung sendiri menganggap kehadiran kapal yang awaknya sebagian akbar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau sehingga langsung memrintahkan untuk membunuhnya.
Oleh Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta yang juga menjadi wakil pengusaha yang merundingkan Belanda dilaporkan kepada wakil Belanda di Besuki. Residen Belanda di Besuki memprotes keras tingkah laku yang dibuat Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang. Kegeraman Belanda lebih dengan sikap Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga, April 1849. Karenanya, timbullah keinginan Belanda untuk menyerang Klungkung.
Ekspedisi Belanda yang baru saja usai menghadapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan ke Padang Cove (sekarangPadang Bai) untuk menyerang Klungkung. Diputuskan, 24 Mei 1849 sebagai hari penyerangan.
Klungkung sendiri sudah mengetahui hendak keadaan agresi dari Belanda itu. Karenanya, pertahanan di Pura Goa Lawah diperkuat. Dipimpin Ida I Dewa Mulia Istri Kanya, Anak Mulia Ketut Mulia dan Anak Mulia Made Sangging, Klungkung memutuskan mempertahankan Klungkung di Goa Lawah dan Puri Kusanegara di Kusamba.
Perang menegangkan pun pecah di Pura Goa Lawah. Namun, karena jumlah pasukan dan persenjatan yang tanpa berimbang, laskar Klungkung pun dapat dipukul mundur ke Kusamba. Di udik pelabuhan ini pun, laskar Klungkung tak berkutik. Sore hari itu juga, Kusamba jatuh ke tangan Belanda. Laskar Klungkung mundur ke arah barat dengan membakar desa-desa yang bersamaan batasnya dengan Kusamba untuk mencegah serbuan tentara Belanda ke Puri Klungkung.
Jatuhnya Kusamba membuat geram Dewa Mulia Istri Kanya. Malam itu juga disusun strategi untuk merebut kembali Kusamba yang melahirkan keputusan untuk menyerang Kusamba 25 Mei 1849 dini hari. Kebetulan, malam itu, tentara Belanda mendirikan perkemahan di Puri Kusamba karena merasa kelelahan.
Hal ini dimanfaatkan betul oleh Dewa Mulia Istri Kanya. Beberapa jam berikutnya anggar-anggar pukul 03.00, dipimpin Anak Mulia Ketut Agung, sikep dan pemating Klungkung menyergap tentara Belanda di Kusamba. Kontan saja tentara Belanda yang sedang beristirahat itu kalang kabut. Dalam situasi yang gelap dan ketidakpahaman terhadap kondisi di Puri Kusamba, mereka pun kelabakan.
Dalam keadaaan acak-acakan balau itu, Jenderal Michels berdiri di depan puri. Untuk mengetahui kondisi tentara Belanda menembakkan peluru cahaya ke udara. Kondisi pun menjadi terang benderang. Justru kondisi ini dimanfaatkan laskar pemating Klungkung mendekati Jenderal Michels. Saat itulah, sebuah meriam Canon yang dalam mitos Klungkung dianggap sebagai senjata pusaka dengan nama I Selisik, konon dapat mencari sasarannya sendiri ditembakkan dan langsung mengenai kaki kanan Michels. Sang jenderal pun terjungkal.
Kondisi ini memaksa tentara Belanda mundur ke Padang Bai. Jenderal Michels sendiri yang sempat hendak diamputasi kakinya yang pengahabisan sekalinya wafat anggar-anggar pukul 23.00. Dua hari berikutnya, jasadnya dikirim ke Batavia. Selain Michels, Kapten H Everste dan tujuh orang tentara Belanda juga dilaporkan tewas termasuk 28 orang luka-luka.
Klungkung sendiri kehilangan anggar-anggar 800 laskar Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka. Namun, Perang Kusamba tak pelak menjadi kemenangan gemilang karena berhasil membunuh seorang jenderal Belanda. Sangat jarang terjadi Belanda kehilangan panglima perangnya apalagi Michels tercatat sudah memenangkan perang di tujuh daerah.
Meski yang pengahabisan sekalinya pada 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam agresi kedua yang dipimpin Lektol Van Swieten, Perang Kusamba merupakan prestasi yang tak layak diabaikan. Tak hanya kematian Jenderal Michels, Perang Kusamba juga menunjuk kematangan strategi serta sikap hidup yang jelas pejuang Klungkung. Di Kusamba, pekik perjuangan dan tumpahan darah itu tanpa menjadi sia-sia. Belanda sendiri mengakui keunggulan Klungkung ini.
Perang Puputan Klungkung
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=220px-Dewa_Agung_in_1908.jpg)
Dewa Mulia Jambe
Puputan Klungkung diawali oleh peristiwa Perang Gelgel yang meletus tanggal 18 April 1908. kemudian tanggal 21 April 1908 Belanda mengerahkan angkatan lautnya dari pantai Jumpai dan keesokan harinya mendarat di Kusamba dan menyerang Klungkung dari arah timur, barat, dan selatan. Raja Klungkung I Dewa Mulia Jambe beserta keluarga dan penduduk bertempur habis-habisan (puputan) sampai gugur.
Ini adalah perlawanan bunuh diri yang sarat ritual oleh penguasa dan pengikut mereka terhadap detasemen pasukan kolonial Belanda yang dipersenjatai dengan adun. Pada yang pengahabisan sekalinya hampir dua ratus orang Bali terbunuh oleh peluru Belanda.
Setelah kejadian ini, Klungkung ditempatkan di bawah pemerintahan langsung Belanda. Pada tahun 1929 keponakan penguasa yang pengahabisan sekali, Dewa Mulia Oka Geg, dinaikkan menjadi bupati oleh penguasa kolonial. Pada tahun 1938 statusnya dan tujuh bupati Bali bedanya diakui kedaulatannya sebagai zelfbestuurder atau raja. Setelah pembentukan negara Indonesia kesatuan di 1949-1950, jabatan raja telah dibubarkan di Bali dan di tempat bedanya. Gelar Dewa Mulia tanpa dipergunakan kembali seiring dengan kematian Dewa Mulia Oka Geg pada tahun 1964. Anggota-anggota keluarganya sejak itu beberapa kali terpilih untuk memimpin Klungkung sebagai bupati.
Tempat-tempat menarik
Beberapa tempat menarik untuk dihadiri antara lain:
Monumen Puputan
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=6&kodegb=220px-Monumen_Puputan_Klungkung_3.jpg)
Monumen Puputan Klungkung
Monumen Puputan Klungkung merupakan monumen kebanggaan masyarakat Klungkung. Monumen ini merupakan simbol perjuangan penduduk dan kerajaan Klungkung melawan penjajah. Monumen Puputan Klungkung berlokasi di tengah-tengah kota Semarapura ibukota Klungkung tepatnya di jalan Untung Surapati. Tempat ini tidak kekurangan di posisi yang strategis karena terletak di tengah-tengah keramaian kota, pusat pertokoan di Klungkung, pasar tradisional, kantor pemerintahan Klungkung dan terletak berdampingan dengan Kertha Gosa. Jika dari pusat kota Denpasar dapat ditempuh melalui Jalan By Pass Ngurah Rai. Dari Jalan By Pass Ngurah Rai terus lurus ke arah Utara hingga sampai di Batubulan lalu dilangsungkan melalui Jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra. Di sepanjang jalan ini kami dapat menyaksikan garis pantai selatan Bali dan juga jalan yang masih mulus karena memang proyek By Pass di jalur ini baru saja berakhir. Terus melalui jalur jalan ini hingga sampai di udik Takmung yang merupakan anggota dari Kabupaten Klungkung. Perjalanan sudah lebih dekat karena kami hanya butuh memakai kendaraan anggar-anggar 10 menit untuk mencapai pusat kota Semarapura (ibukota Klungkung).
Monumen Puputan Klungkung didirikan untuk mengenang jasa para pahlawan dan ksatria kerajaan Klungkung melawan agresi kolonialisme Belanda di jaman penjajahan. Monumen Puputan Klungkung merupakan tugu peringatan hari berperistiwa Puputan Klungkung yang dulu terjadi pada hari Selasa Umanis 28 April 1908. Di anggar-anggar areal monumen inilah dahulu terjadi perlawanan habis-habisan (perang puputan) melawan penjajah Belanda.
Monumen Puputan Klungkung nampak menjulang tinggi di tengah-tengah keramaian pusat kota Semarapura. Monumen ini memiliki tinggi anggar-anggar 28 meter dan berdiri di areal tanah dengan luas anggar-anggar 128 m2. Bentuk dari monumen ini umumnya sama seperti monumen-monumen peringatan di Bali dan mencirikan karya seni arsitektur Bali, yaitu terdiri dari lingga dan yoni. Pada anggota bawah lingga terdapat sebuah ruangan berpetak yang dilengkapi dengan pintu turut bergapura sebanyak 4 buah yang saling bertalian satu dengan yang bedanya. Pintu tersebut terletak di sebelah utara, timur, selatan dan barat dari yang didirikan lingga di anggota bawah. Di tengah-tengah antara ruangan berpetak dengan lingga terdapat yang didirikan kubah bersegi delapan yang alasnya dihiasi dengan kembang teratai sebanyak 19 buah. Dan dengan cara keseluruhan angka-angka pada monumen ini hendak mencerminkan pada tanggal berperistiwa bagi masyarakat Klungkung 28-4-1908. Di anggar-anggar monumen dilengkapi dengan bale bengong di setiap sudut halamannya dan biasanya bale bengong ini dimanfaatkan sebagai tempat memperoleh ilmu kelompokan oleh para murid SD, SMP maupun SMA di Klungkung.
Taman Gili / Kerta Gosa
Nusa Lembongan dan Nusa Penida
Udik Wisata Kamasan
Udik berwawasan seni dan budaya,desa TOHPATI, banjarangkan
Kecamatan
Kabupaten Klungkung dibagi menjadi 4 wilayah kecamatan, yaitu:
- Banjarankan
- Klungkung
- Dawan
- Nusa Penida
Lihat juga
Referensi
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15.
- ^ Jumlah Penduduk Kabupaten Klungkung tahun 2008 versi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Profil di bali.go.id
Kabupaten Klungkung, Bali |
---|
| Kecamatan | | |
---|
|
Sumber :
m.andrafarm.com, kategori-antropologi.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.