Sri Kesari Warmadewa

Shri Kesari Warmadewa yaitu Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di Pulau Bali, Indonesia dari Tahun 882 M mencapai dengan 914 M.

Dalem Shri Kesari pendiri Dinasti Warmadewa di Bali. Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali yaitu Shri Kesari Warmadewa (yang bermakna Yang Agung Pelindung Kerajaan Singha) yang dikenal juga dengan Dalem Selonding, datang ke Bali pada penghabisan masa seratus tahun ke-9 atau awal masa seratus tahun ke-10, ia bermula dari Sriwijaya (Sumatra) di mana sebelumnya pendahulu ia dari Sriwijaya telah menaklukkan Tarumanegara( tahun 686) dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang. Persaingan dua kerajaan selang Mataram dengan raja yang berwangsa Sanjaya dan kerajaan Sriwijaya dengan raja berwangsa Syailendra (dinasti Warmadewa) terus berlanjut mencapai ke Bali.

Di dalam sebuah kitab kuna yang bernama "Raja Purana", tersebutlah seorang raja di Bali yang bernama Shri Wira Dalem Kesari dan keberadaan ia dapat juga diketahui pada prasati (piagam) yang tidak kekurangan di Pura Belanjong di Kelurahan Sanur, Denpasar, Bali. Di pura itu terdapat sebuah batu akbar yang kedua belah mukanya terdapat tulisan kuna, sebagian memakai bahasa Bali kuna dan sebagian lagi memakai bahasa Sansekerta. Tulisan-tulisan itu menyebutkan nama seorang raja bernama "Kesari Warmadewa", beristana di Singhadwala. Tersebut juga di dalam tulisan bilangan tahun Isaka dengan memakai "Candra Sengkala" yang berbunyi: "Kecara Wahni Murti". Kecara berarti angka 9, Wahni berarti angka 3 dan Murti berarti angka 8. Berlaku Candra Sekala itu menunjukan bilangan tahun Isaka 839 (917 M). Tidak kekurangan pula sebagian pakar sejarah yang membaca bahwa Candra Sengkala itu berbunyi "Sara Wahni Murti", sehingga menunjukkan bilangan tahun Isaka 835 (913 M). Gagasan yang belakangan ini dibenarkan oleh biasanya para pakar sejarah.

Dengan terdapatnya piagam tersebut, dapatlah dipastikan bahwa Shri Wira Dalem Kesari tiada lain yaitu Shri Kesari Warmadewa yang terletak di lingkungan Kelurahan Besakih. Ia memerintah di Bali lebih kurang dari tahun 882 M s/d 914 M, seperti tersebut di dalam prasasti-prasasti yang sekarang masih tersimpan di Kelurahan Sukawana, Bebetin, Terunyan, Bangli (di Pura Kehen), Gobleg dan Angsari. Memperhatikan gelar ia yang memakai sebutan Warmadewa, para pakar sejarah menduga bahwa ia yaitu keturunan raja-raja Syailendra di Kerajaan Sriwijaya (Palembang), yang datang ke Bali bagi mengembangkan Agama Budha Mahayana. Sebagaimana diketahui Kerajaan Sriwijaya yaitu dijadikan pusat Agama Budha Mahayana di Asia Tenggara saat itu.

Ia mendirikan istana di lingkungan kelurahan Besakih, yang bernama Singhadwala atau Singhamandawa, Baginda amat tekun beribadat, memuja dewa-dewa yang berkahyangan di Gunung Agung. Tempat pemujaan ia terdapat di situ bernama "Pemerajan Selonding". Tidak kekurangan pusaka ia sebuah benda akbar yang terbuat dari perunggu, yang yaitu "lonceng", yang didatangkan dari Kamboja. Lonceng itu dipergunakan bagi memberikan isyarat supaya para Biksu-Biksu Budha dapat serentak melakukan kewajibannya beribadat di biaranya masing-masing. Benda itu sekarang disimpan di Kelurahan Pejeng, Gianyar pada sebuah pura yang bernama "Pura Penataran Sasih"

Pada zaman pemerintahaan ia orang Pulau Bali merasa terjamin, damai, dan makmur. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Ia memperbesar dan memperluas Pura Penataran Besakih, yang ketika itu bentuknya masih amat sederhana. Keindahan dan kemegahan Pura Besakih hingga sekarang tetap dikagumi oleh dunia.

Shri Kesari Warmadewa yaitu tokoh sejarah, ini dapat dibuktikan dari sebagian prasasti yang ia tinggalkan seperti Prasasti Blanjong di Sanur, Prasasti Panempahan di Tampaksiring dan Prasasti Malatgede yang ketiga-tiganya ditulis pada anggota paro bulan gelap Phalguna 835 S atau bulan Februari 913. Shri Kesari Warmadewa menerangkan dirinya raja Adhipati yang berarti dia yaitu penguasa di Bali mewakili kekuasaan kerajaan lain yaitu Sriwijaya. Kemungkinan ia yaitu keturunan dari Balaputradewa, hal ini berdasarkan kesamaan cara penulisan prasasti , kesamaan dalam beragama Budha Mahayana dan kesamaan nama dinasti Warmadewa.

Raja-raja Dinasti Warmadewa Di Bali

1. 882M - 914M Shri Kesari Warmadewa

2. 915M - 942M Shri Ugrasena

  • Setelah pemerintahan Sri Kesari Warmadewa penghabisannya, tersebutlah seorang raja bernama Sri Ugrasena memerintah di Bali. Walaupun Baginda raja tidak memepergunakan gelar Warmadewa sebagai gelar keturunan, dapatlah dipastikan, bahwa baginda yaitu putra Sri Kesari Warmadewa. Hal itu tersebut di dalam prasasti-prasasti (aantara lain Prasasti Srokadan) yang dibuat pada waktu ia memerintah yakni dari tahun 915 s/d 942, dengan pusat pemerintahan masih tetap di Singha-Mandawa yang terletak di sekitar kelurahan Besakih. Prasasti-Prasasti itu sekarang disimpan di Kelurahan Babahan, Sembiran, Pengotan, Batunya (dekat Danau Beratan), Dausa, Serai (Kintamani), dan Kelurahan Gobleg.

3. 943M - 961M Shri Tabanendra Warmadewa

  • Baginda raja Sri Tabanendra Warmadewa yang berkuasa di Bali yaitu raja yang ke tiga dari keturunan Sri Kesari Warmadewa. Baginda yaitu putra Sri Ugrasena, yang mewarisi kerajaan Singhamandawa. Istri Baginda bermula dari Jawa, yaitu seorang putri dari Baginda Raja Mpu Sendok yang merebut Jawa Timur. Di dalam prasasti yang sekarang tersimpan di Kelurahan Manikliyu (Kintamani), selain mengucapkan nama Baginda Sri Tabanendra Warmadewa, dicantumkan pula nama Baginda Putri. Ia memerintah dari tahun 943 s/d 961.

4. 961M - 975M Shri Candrabhaya Singha Warmadewa

5. 975M - 983M Shri Janasadhu Warmadewa

6. 983M - 989M Shri Maharaja Sriwijaya Mahadewi

7. 989M - 1011M Shri Udayana Warmadewa (Dharmodayana Warmadewa)- Gunaprya Dharmapatni

  • Shri Udayana Warmadewa, menurunkan tiga putra:

8. 1011M - 1022M Shri Adnyadewi / Dharmawangsa Wardhana

9. 1022M - 1025M Shri Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja

10. 1049M - 1077M Anak Wungsu

11. 1079M - 1088M Shri Walaprabu

12. 1088M - 1098M Shri Sakalendukirana

13. 1115M - 1119M Shri Suradhipa

Sumber

  • Buku “Riwayat Pulau Bali Dari Djaman Ke Djaman”, Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar - Bali
  • Sejarah Bali. Nyoka, Penerbit & Toko Buku Ria, Denpasar, 1990.
  • Ardana, I Gusti Gede,[1988], Udayana, Peranannya dalam Sejarah Bali pada Masa seratus tahun X, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar
  • Munoz, Paul Michel[2009], Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia, Penerbit Mitra Abadi, Yogyakarta


Sumber :
kategori-antropologi.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.