Bahasa

Sebuah lukisan dinding di Teotihuacan, Mexico (sekitar 200 AD) menggambarkan seseorang mengeluarkan gulungan lisan dari mulutnya, menyimbolkan cakap.
Sebuah lukisan dinding di Teotihuacan, Mexico (sekitar 200 AD) menggambarkan seseorang mengeluarkan gulungan lisan dari mulutnya, menyimbolkan cakap.
Cuneiform yaitu bentuk bahasa tulis yang pertama kali diketahui, namun bahasa lisan menyaingi tulisan paling tidak sejak puluhan ribu tahun sebelumnya.
Cuneiform yaitu bentuk bahasa tulis yang pertama kali diketahui, namun bahasa lisan menyaingi tulisan paling tidak sejak puluhan ribu tahun sebelumnya.
Dua perempuan belajara American Sign Language.
Dua perempuan belajara American Sign Language.
Tulisan Braille merepresentasikan bahasa dalam bentuk taktil.
Tulisan Braille merepresentasikan bahasa dalam bentuk taktil.

Bahasa yaitu kapasitas khusus yang sah pada manusia untuk memperoleh dan memanfaatkan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa yaitu contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa dinamakan dengan linguistik.

Agak jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Namun, agak tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa dan dialek. Bahasa alami yaitu cakap atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua memanfaatkan stimulus audio, visual, atau taktil, menjadi contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Perihal ini karena bahasa manusia yaitu modalitas-independen. Jika dipergunakan menjadi konsep umum, "bahasa" dapat mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat berlatih dan memanfaatkan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat diproduksi dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada babak semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu. Bahasa oral dan Bahasa isyarat mempunyai sebuah sistem fonologis yang membenahi bagaimana simbol dipergunakan untuk membentuk urutan yang diketahui menjadi ucap atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang membenahi bagaimana kata-kata dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.

Bahasa manusia unik karena mempunyai properti-properti produktivitas, rekursif, dan pergeseran, dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada konvensi sosial dan pembelajaran. Bangunnya yang kompleks dapat memberikan kemungkinan ekspresi dan penggunaan yang lebih lebar daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui. Bahasa diperkirakan bersumber sejak hominin mulai secara bertahap mengubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori daya upaya dan intensionalitas berbagi. Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan meningkatnya volume otak, dan banyak pakar bahasa mengamati bangun bahasa telah berkembang untuk melayani fungsi sosial dan komunikatif tertentu. Bahasa diproses pada banyak lokasi yang selisih pada otak manusia, tapi paling penting di lahan Broca dan lahan Wernicke. Manusia mengakuisisi bahasa lewat interaksi sosial pada saat balita, dan anak-anak sudah dapat cakap secara fasih kurang lebih umur tiga tahun. Penggunaan bahasa telah berakar dalam kultur manusia. Oleh karenanya, lain daripada dipergunakan untuk berkomunikasi, bahasa juga mempunyai banyak fungsi sosial dan kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial dan hiburan.

Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan bahasa modern untuk memilihkan sifat-sifat mana yang harus dipunyai oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama diketahui menjadi rumpun bahasa. Bahasa yang dipergunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang menyertakan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Portugis, Rusia, dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Bahasa Mandarin, Cantonese, dan banyak lainnya; Rumpun bahasa Afro-Asiatik yang melingkupi Arab, Amhar, Somali, dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona, dan ratusan bahasa lain yang dipergunakan di Afrika. Konsensusnya yaitu antara 50 dan 90% bahasa yang dipergunakan sejak awal masa ratus tahun ke-21 kemungkinan akan punah pada tahun 2100.[1] [2]

Daftar konten

Makna

Ucap bahasa Inggris "language" diturunkan dari Indo-Eropa *{ipa|dn̥ǵʰwéh₂s}} "lidah, yang dinyatakan, bahasa" lewat Bahasa latin lingua, "bahasa; lidah", dan Prancis Tua langage "bahasa".[3] Ucap tersebut terkadang dipergunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang dipergunakan pada pemrograman komputer. Makna bahasa dalam perihal ini yaitu suatu sistem dari isyarat untuk menyandikan dan menterjemahkan informasi. Artikel ini secara khusus mengamati tentang properti-properti dari bahasa alami manusia menjadi perihalnya yang dipelajari dalam disiplin pengetahuan linguistik.

Menjadi objek kajian linguistik, "bahasa" mempunyai 2 arti dasar: menjadi sebuah konsep niskala dan menjadi sebuah sistem linguistik yang spesifik. Bahasa Indonesia yaitu contoh dari makna bahasa menjadi sebuah sistem linguistik yang spesifik. Ferdinand de Saussure, seorang linguis sumber Swiss, yaitu orang pertama yang mendefinisikan perbedaan ucap dalam bahasa Prancis langage dalam arti bahasa menjadi sebuah konsep, langue dalam arti bahasa menjadi sistem linguistik yang spesifik, dan parole dalam arti bahasa menjadi penggunaan konkret bahasa tertentu menjadi tuturan.[4]

Jika cakap perihal bahasa menjadi konsep umum, definisi-definisi dapat dipergunakan yang menekankan aspek yang selisih dari fenomena tersebut.[5] Makna tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman selisih tentang bahasa, dan mereka memberikan kajian teori linguistik yang selisih dan terkadang berhadapan.[6]

Kemampuan mental, organ atau insting

Salah satu makna mengamati bahasa pada pokoknya menjadi kemampuan mental yang menciptakan manusia dapat memanfaatkan perilaku linguistik: untuk berlatih bahasa dan untuk berproduksi dan segala sesuatu yang diajarkan penyebutan. Makna ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua manusia dan ia menggaris bawahi landasan biologis bagi kapasitas manusia terhadap bahasa menjadi perkembangan yang unik dari otak manusia. Pendukung orientasi bahwa dorongan untuk akuisisi bahasa yaitu lahiriah pada manusia acap berargumen bahwa perihal ini didukung oleh fakta bahwa semua anak yang normal secara kognitif dibesarkan di dalam suatu lingkungan di mana bahasa dapat diakses akan memperoleh bahasa tanpa instruksi formal. Bahasa bahkan secara spontan berkembang dalam lingkungan di mana orang hidup atau tumbuh bersama tanpa suatu bahasa umum, menjadi contohnya, bahasa kreol, dan perkembangan bahasa isyarat secara spontan seperti pada Bahasa Isyarat Nikaragua. Orientasi ini, yang dapat ditelurusi kembali ke Kant dan Descartes, acap segala sesuatu yang diajarkan bahasa secara garis akbar merupakan bawaan kelahiran, menjadi contoh, dalam teori Atur bahasa universal dari Chomsky, atau teori ekstrim lahiriah dari filsuf Amerika Jerry Fodor. Makna semacam ini acap diaplikasikan oleh pembelajar bahasa lewat kerangka pengetahuan kognitif dan dalam neurolinguistik. [7] [8]

Sistem simbolik formal

Makna lain mengamati bahasa menjadi sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh aturan-aturan kombinasi tata-bahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna. Makna ini menekankan bahwa bahasa manusia dapat dinyatakan menjadi sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu terhadap makna tertentu. [9] Orientasi strukturalis terhadap bahasa pertama kali dikenalkan oleh Ferdinand de Saussure [10] , dan strukturalisme-nya tidak berubah terjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan terhadap bahasa pada saat sekarang.[11]

Beberapa pendukung orientasi bahasa ini telah menyarankan sebuah pendekatan formal yang mempelajari bangun bahasa dengan mengidentifikasi elemen-elemen landasannya dan seterusnya memformulasikan penjelasan formal dari aturan-aturannya berdasarkan pada elemen-elemen mana yang digabungkan untuk membentuk kata-kata dan kalimat. Pendukung utama dari teori tersebut yaitu Noam Chomsky, yang menyatakan teori generatif tata-bahasa, yang telah mendefinisikan bahasa menjadi sebuah kelompok kalimat yang dapat diproduksi dari sekumpulan aturan tertentu. Chomsky menganggap aturan-aturan tersebut merupakan suatu fitur lahiriah dari otak manusia, dan untuk membentuk esensi dari bahasa itu sendiri.[12] Makna formal dari bahasa umumnya dipergunakan dalam logika formal, dalam formal teori-teori tata-bahasa, dan dalam penerapan linguistik komputasi.[13] [14]

Alat untuk komunikasi

Dua pria dan seorang wanita sedang berkata-kata memanfaatkan Bahasa Isyarat Amerika.

Makna lain dari bahasa yaitu menjadi sebuah sistem komunikasi yang menciptakan manusia dapat bertugas sama. Makna ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia memanfaatkannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi objek dalam lingkungannya. Teori fungsional atur bahasa menjelaskan bangun tata-bahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan segala sesuatu yang diajarkan bangun tata-bahasa dari bahasa menjadi hasil dari babak adaptif dimana tata-bahasa telah "disesuaikan" untuk melayani keperluan komunikatif penggunanya.[15] [16]

Orientasi terhadap bahasa ini berkomunikasi dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan kerangka interaktif, serta dalam sosial-linguistik dan linguistik antropologi. Teori-teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa menjadi sebuah fenomena dinamis, menjadi suatu bangun yang selalu dalam babak perubahan saat mereka dipergunakan oleh para pembicaranya. Orientasi ini menyebabkan kajian linguistik tipologi terjadi penting, atau klasifikasi dari bahasa-bahasa sesuai keadaan fitur strukturalnya, karena ia dapat menampakkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi condong mengiringi yang dilintasi yang sebagian bergantung pada tipologi. Dalam filsafat bahasa orientasi ini acap dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.[14]

Status unik dari bahasa manusia

Bahasa manusia unik jika dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang dipergunakan oleh hewan selain-manusia. Sistem-sistem komunikasi yang dipergunakan oleh hewan-hewan lain seperti lebah atau kera selain-manusia yaitu sistem tertutup yang terdiri dari sejumlah kemungkinan berhingga yang dapat diekspresikan.[17]

Sebaliknya, bahasa manusia yaitu tanpa-tutup dan produktif, yang berarti membolehkan manusia untuk berproduksi sekumpulan pengucapan tak berhingga dari sekumpulan elemen berhingga, dan untuk menciptakan kata-kata dan kalimat baru. Perihal ini memungkinkan karena bahasa manusia didasarkan pada suatu kode ganda, di mana sejumlah elemen-elemen tanpa arti yang berhingga (seperti suara, huruf atau isyarat) dapat digabungkan untuk membentuk unit-unit makna (kata-kata atau kalimat). [18] Lebih lanjut, simbol-simbol dan aturan tata-bahasa dari setiap bahasa tertentu biasanya berganti-ganti, yang berarti bahwa sistem tersebut hanya dapat dipelajari lewat interaksi sosial.[19] Sistem komunikasi yang diketahui yang dipergunakan pada hewan, pada sisi lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah pengucapan yang biasanya berpindah secara genetis.[20]

Beberapa spesies hewan telah dibuktikan dapat memperoleh bentuk-bentuk komunikasi lewat pembelajaran sosial, seperti Bonobo Kanzi, yang berlatih mengekspresikan dirinya sendiri memanfaatkan sekumpulan leksigram simbolis. Demikian juga, banyak spesies burung dan paus mempelajari suara-suara mereka dengan meniru anggota lain dari spesies mereka. Namun walau beberapa hewan dapat memperoleh sejumlah kata-kata dan simbol,[notes 1] tidak sah yang dapat mempelajari lebih banyak isyarat-isyarat yang selisih yang secara umum diketahui oleh seorang manusia berumur rata-rata empat tahun, tidak juga sah yang dapat memperoleh sesuatu yang menyerupai tata-bahasa kompleks seperti pada bahasa manusia.[21]

Bahasa manusia juga selisih dengan sistem komunikasi hewan di mana mereka memanfaatkan kategori tata-bahasa dan semantik, seperti ucap benda dan ucap kerja, saat sekarang dan saat lampu, untuk mengekspresikan makna-makna yang sangat kompleks.[21] Bahasa manusia juga unik karena mempunyai properti rekursif: suatu cara di mana, menjadi contohnya, frasa ucap benda dapat berisi frasa ucap benda yang lain (seperti pada "[bibir [simpanse]]") atau suatu klausa dapat berisi klausa lain (seperti pada "[Aku mengamati [anjing itu sedang lari]]").[22] Bahasa manusia juga satu-satunya sistem komunikasi alami yang diketahui yang bebas modalitas, yang berarti bahwa bahasa manusia dapat dipergunakan tidak hanya untuk komunikasi lewat satu kanal atau media, tapi lewat beberapa - menjadi contohnya, bahasa ucapan memanfaatkan modalitas pendengaran, sedangkan bahasa isyarat dan tulisan memanfaatkan modalitas visual, dan tulisan braille memanfaatkan modalitas peraba. [23]

Berkaitan dengan makna yang akan dikirimkan dan operasi-operasi kognitif yang dibentuk darinya, bahasa manusia juga unik dalam perihal dapat mengacu pada konsep niskala dan berimajinasi atau kejadian-kejadian hipotesis, menjadi perihalnya halnya kejadian-kejadian yang terjadi pada saat lalu atau yang mungkin terjadi di saat depan. Kemampuan untuk mengacu pada kejadian yang tidak terjadi pada waktu atau tempat yang sama pada saat dinyatakan dinamakan dengan pergeseran, dan jika beberapa sistem komunikasi hewan dapat memanfaatkan pergeseran (seperti komunikasi pada lebah yang dapat mengkomunikasikan lokasi dari sumber nektar yang di luar jangkauan pandangan), tingkaant di mana perihal tersebut dipergunakan dalam bahasa manusia juga dianggap unik.[18]

Sumber mula

Artifak berusia 75-80,000 tahun dari Gua Blombos, Afrika selatan termasuk sebuah okre yang diukir dengan pola garis-silang diagonal, mungkin contoh simbol tertua yang diketahui.
artifak berusia 75-80.000 tahun dari Gua Blombos, Afrika Selatan, termasuk anggota okre diukir dengan pola diagonal lintang-palka, kemungkinan simbol tertua yang diketahui.
artifak berusia 75-80.000 tahun dari Gua Blombos, Afrika Selatan, termasuk anggota okre diukir dengan pola diagonal lintang-palka, kemungkinan simbol tertua yang diketahui.
"Menara Babel" oleh Pieter Bruegel the Elder. Cat minyak, tahun 1563.
Manusia telah berspekulasi tentang sumber mula bahasa semasa sejarah. mitos alkitab dari Menara Babel yaitu salah satu catatan tersebut, kultur-kultur lain mempunyai cerita-cerita selisih tentang bagaimana bahasa muncul.[24]

Teori-teori tentang sumber mula bahasa selisih dalam perihal asumsi landasannya tentang apa itu bahasa. Beberapa teori berdasarkan pada ide bahwa bahasa yaitu sangat kompleks sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari ketiadaan dalam bentuk akhir-akhirnya, tapi ia harus telah berkembang dari sistem pra-linguistik awal di antara leluhur pra-manusia kita. Teori ini dapat dinamakan dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Orientasi berlawanan yaitu bahwa bahasa yaitu sifat manusia yang unik yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan di antara selain-manusia dan bahwa ia makanya muncul secara tiba-tiba dalam transisi dari pra-hominid hingga pada manusia purba. Teori ini dapat diberikan rumusan menjadi berdasarkan ketakberlanjutan. Demikian juga, teori-teori yang berdasarkan orientasi Generatif Chomsky tentang bahasa, mengamati bahasa umumnya menjadi kemampuan lahiriah yang tersandikan secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis mengamatinya menjadi sebuah sistem yang akbar secara kultural, yaitu dipelajari lewat interaksi sosial.[25]

Saat sekarang, satu-satunya pendukung dari teori ketakberlanjutan pada sumber mula bahasa manusia yaitu linguis dan filsuf Noam Chomsky. Chomsky mengatakan bahwa "beberapa mutasi random terjadi, mungkin sehabis hujan cahaya kosmik aneh, dan menyebabkan reorganisasi pada otak, menanam sebuah organ bahasa dalam otak primata." [26] Walau memperingatkan untuk tidak menangkap tuturan tersebut amat sangat harfiah, Chomsky bersikeras bahwa "ia mungkin lebih mendekati kenyataan daripada dongeng yang lain yang mengatakan tentang proses-proses evolusioner, termasuk bahasa".[26]

Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas pelajar, tapi mereka selisih dalam mengamati perkembangannya. Mereka yang mengamati bahasa menjadi bawaan kelahiran, menjadi contohnya, psikolog Steven Pinker, memegang preseden menjadi kognisi hewan, [8] sementara mereka yang mengamati bahasa menjadi alat komunikasi berlatih sosial, seperti psikolog Michael Tomasello, mengamatinya berkembang dari komunikasi hewan, adun isyarat primata atau komunikasi vokal untuk membantu dalam bertugas sama.[20] Model berkelanjutan yang lain mengamati bahasa berkembang dari musik, sebuah orientasi yang telah didukung oleh Rousseau, Herder, Humboldt dan Charles Darwin. Pendukung utama dari orientasi tersebut pada saat sekarang yaitu arkeolog Steven Mithen.[27]

Karena timbulnya bahasa sah sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak membelakangi jejak sejarah dan tidak sah babak perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan acap mengamati pada hewan untuk mengamati jika, contohnya, primata menampakkan ciri-ciri yang dapat dilihat menjadi analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Alternatif lain, fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk mengamati jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik. [28]

Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak mempunyai sistem komunikasi yang secara signifikan selisih dengan yang ditemukan pada kera akbar secara umum, namun para pakar mempunyai opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa pakar mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis (2,3 juta tahun lalu), sementara pakar yang lain menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa layak pada Homo sapiens modern anatomis dengan revolusi Paleolitik Atas kurang dari 100.000 tahun lalu. [29] [30]

Kajian bahasa

William Jones menemukan relasi antara Latin dan Sanskrit, meletakan landasan bagi disiplin dari Sejarah linguistik.
William Jones menemukan relasi antara Latin dan Sanskrit, meletakan landasan bagi disiplin dari Sejarah linguistik.
Ferdinand de Saussure membentangkan pendekatan structuralis terhadap kajian bahasa.
Ferdinand de Saussure membentangkan pendekatan structuralis terhadap kajian bahasa.
Noam Chomsky yaitu salah satu pakar teori linguistik paling penting pada masa ratus tahun 20.
Noam Chomsky yaitu salah satu pakar teori linguistik paling penting pada masa ratus tahun 20.

Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang terjadi pengetahuan sejak deskripsi pertama tata-bahasa dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Sekarang, linguistik yaitu sebuah pengetahuan yang mengamati semua aspek dari bahasa, menelitinya dari semua sudut pandang yang telah dinyatakan di atas.

Sub-disiplin

Kajian akademis terhadap bahasa dilaksanakan dari banyak lahan disiplin dan dari sudut pandang teoritis yang selisih, keseluruhan memberikan pendekatan modern terhadap linguistik. Menjadi contoh, Deskriptif linguistik membedah tata-bahasa dari sebuah bahasa, teoritikal linguistik membentangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa menjadi sebuah kajian, berdasarkan pada data dari beragam macam bahasa manusia yang sedang sah, sociolinguistik mempelajari bagaimana bahasa dipergunakan untuk tujuan sosial memberikan kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal, neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melaksanakan percobaan perihal teori tentang kemampuan bahasa, komputasi linguistik didirikan dari teoretis dan deskripsi linguistik untuk membangun model komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami atau saat mencoba hipotesis linguistik, dan historikal linguistik bergantung pada tata-bahasa dan deskripsi leksikal dari bahasa untuk menyelidiki sejarah tiap-tiap bahasa dan membangun pohon rumpun-rumpun bahasa dengan memanfaatkan metoda komparatif.

Sejarah awal

Kajian formal bahasa acap dianggap telah bermulai di India oleh Panini, pakar tata-bahasa masa ratus tahun 5 SM yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Namun, penulis-penulis Sumeria telah mempelajari perbedaan antara tata-bahasa Bahasa sumeria dan Bahasa Akkadia sekitar 1900 SM. Seterusnya tradisi tata-bahasa berkembang pada semua kultur lawas yang mengadopsi atur tulis.[31]

Pada masa ratus tahun ke-17, seorang Atur bahasa Port-Royal dari Prancis membentangkan ide bahwa tata-bahasa dari semua bahasa merupakan sebuah refleksi dari dasar-dasar konsep universal, dan oleh karenanya tata-bahasa merupakan universal. Pada masa ratus tahun ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh pakar filologi dan India lawas dari Inggris William Jones memicu tumbuhnya linguistik komparatif.[32] Kajian ilmiah dari bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt. Pada awal masa ratus tahun 20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan ide bahwa bahasa menjadi suatu sistem statik dari unit-unit yang bergantian berkomunikasi, diberikan rumusan lewat pertentangan antara mereka.[10]

Dengan memperkenalkan perbedaan analisis bahasa antara diakronik dan sinkronik, dia menempatkan fondasi dari disiplin pengetahuan linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan beberapa dimensi landasan dari analisis bahasa yang sedang terjadi landasan dibanyak teori linguistik kontemporer, seperti perbedaan antara sintagma dan paradigma, dan perbedaan Langue-parole, membedakan bahasa menjadi suatu sistem niskala (Language), dari bahasa menjadi suatu manifestasi konkrit dari sistem itu sendiri (parole). [33]

Linguistik kontemporer

Sekitar tahun 1960-an, Noam Chomsky memformulasikan teori generatif bahasa. Sesuai keadaan teori tersebut, bentuk paling landasan dari bahasa yaitu suatu kelompok aturan-aturan sintaks yang universal untuk semua manusia yang mendasari tata-bahasa dari semua bahasa manusia. Kelompok aturan tersebut dinamakan dengan Atur bahasa universal; dan Chomsky menyebutnya menjadi tujuan utama dari disiplin pengetahuan linguistik. Karena alasan tersebut tata-bahasa dari setiap bahasa hanya penting bagi linguistik, sejauh mereka membolehkan kita segala sesuatu yang diajarkan aturan universal yang mendasari darimana keberagaman linguistik yang tampak dapat diturunkan.[34]

Menjadi lawan dari teori formal dari aliran generatif, Teori fungsional atur bahasa mengajukan bahwa sejak bahasa secara landasannya yaitu suatu alat, bangunnya lebih adun dianalisa dan dipahami dengan referensi terhadap fungsi-fungsi mereka. Teori fungsional dari tata-bahasa selisih dengan Teori formal tata-bahasa, di mana yang terakhir berusaha mendapatkan untuk mendefinisikan elemen-elemen selisih dari bahasa dan menjelaskan bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain menjadi sistem aturan-aturan formal atau operasi-operasi, Teori Fungsional berusaha mendapatkan untuk memilihkan fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh bahasa dan seterusnya menghubungkan fungsi-fungsi tersebut dengan elemen-elemen linguistik yang membawa mereka. [14] [notes 2] Kerangka dari Linguistik kognitif menginterpretasikan bahasa dalam bentuk konsep (yang terkadang universal, dan terkadang spesifik pada bahasa tertentu) yang bergantung kepada bentuknya.[35] Linguistik kognitif secara utama lebih mengamati tentang bagaimana daya upaya menciptakan makna lewat bahasa.

Fisiologis dan arsitektur saraf dari bahasa dan cakap

Cakap yaitu modalitas landasan untuk bahasa di dalam semua kultur. Produksi dari bahasa lisan bergantung pada kapasitas mutakhir untuk mengkontrol bibir, lidah dan komponen-komponen lain dari perlengkapan vokal, kemampuan untuk secara akustik mengalihbahasakan suara lisan, dan perlengkapan neurologis dibutuhkan untuk memperoleh dan berproduksi bahasa. [36] Kajian terhadap landasan genetis bagi bahasa manusia sah dalam tahap yang baru dimulai, dan satu-satunya gen yang telah secara positif mempengaruhi dalam produksi bahasa yaitu FOXP2, yang mana, jika dipengaruhi oleh mutasi, mungkin menyebabkan semacam penyimpangan bahasa bawaan.[37]

Bahasa dan otak

Area-area bahasa pada otak. Angular Gyrus direpresentasikan dalam warna oranye, Supramarginal Gyrus direpresentasikan dengan warna kuning, Lahan Broca direpresentasikan dengan warna biru, Lahan Wernicke direpresentasikan dalam warna hijau, dan Primary Auditory Cortex direpresentasikan dalam warna merah jambu.

Otak yaitu pusat koordinasi dari semua keaktifan linguistik; ia membenahi produksi kognisi linguistik dan pemaknaan dan mekanika dari produksi lisan. Namun, pengetahuan kita perihal landasan neurologis untuk bahasa sedang berhingga, meskipun telah dianggap berkembang lewat penggunaan teknik pencitraan modern. Disiplin linguistik yang mendedikasikan untuk meneliti aspek-aspek neurologis dari bahasa dinamakan dengan neurolinguistik.[38]

Penelitian awal dalam neurolinguistik menyertakan penelitian bahasa terhadap orang dengan luka pada otak, untuk mengamati bagaimana luka pada lahan tertentu mempengaruhi bahasa dan cakap. Dengan cara ini, para neurosaintis di masa ratus tahun 19 menemukan bahwa dua lahan dalam otak secara krusial mempengaruhi pemrosesan bahasa. Lahan pertama yaitu lahan Wernicke, yang sah di anggota balik dari superior temporal gyrus di dalam belahan otak serebral dominan. Orang dengan luka di lahan otak ini mempunyai Aphasia reseptif, suatu keadaan di mana terdapat kerusakan mayor terhadap komprehensi bahasa, sementara cakap sedang dengan ritme yang alami dan relatif normal bangun kalimat. Lahan kedua yaitu lahan Broca, terletak di balik inferior frontal gyrus dari belahan otak yang dominan. Orang dengan luka pada lahan ini mempunyai aphasia ekspresif, yang berarti bahwa mereka tahu apa yang akan mereka katakan, mereka hanya tidak dapat mengeluarkannya.[39] Mereka umumnya dapat segala sesuatu yang diajarkan apa yang dinyatakan kepada mereka, tapi tidak dapat cakap secara fasih. Simtom-simtom lain yang mungkin sah pada aphasia Broca termasuk bermasalah dengan kelancaran, artikulasi, menemukan-kata, pengulangan ucap, dan berproduksi dan segala sesuatu yang diajarkan kalimat dengan tata-bahasa kompleks, adun secara oral maupun tulisan. Mereka dengan aphasia juga menampakkan pembicaraan yang tidak terstruktur dan ketidakmampuan memanfaatkan bahasa isyarat, secara analogi untuk menampakkan bagaimana mereka mempengaruhi cakap, dengan aphasia Broca menyebabkan si pengisyarat memberi isyarat dengan lambat dan dengan tata-bahasa yang tidak sah, namun pada pengisyarat dengan aphasia Wernicke akan fasih berisyarat, tapi hanya seberapa datang kecerdikan oleh orang lain dan sulit segala sesuatu yang diajarkan isyarat-isyarat dari orang lain. Perihal ini menampakkan bahwa gangguan tersebut yaitu spesifik terhadap kemampuan untuk memanfaatkan bahasa, bukan pada fisiologi yang dipergunakan untuk produksi cakap.[40][41] 

Dengan kemajuan teknologi pada kesudahan masa ratus tahun 20, neurologi juga telah mengadopsi teknik non-invasif seperti pencitraan resonansi magnetis fungsional (fMRI) dan elektrofisiologi untuk mempelajari pemrosesan bahasa dalam individu tanpa gangguan.[38]

Anatomi dari lisan

Sistem vokal manusia.
Sistem vokal manusia.
Spectrogram dari vokal bahasa Inggris Amerika [i, u, ɑ] menampakkan forman f1 dan f2
Spectrogram dari vokal bahasa Inggris Amerika [i, u, ɑ] menampakkan forman f1 dan f2
">Berkas:Real-time MRI - Speaking (Chinese).ogv 
Pemindaian MRI secara langsung dari seseorang yang cakap Cina Mandarin.

Bahasa lisan bergantung pada kemampuan fisik manusia untuk berproduksi suara, suatu gelombang longitudinal disebarkan lewat udara pada suatu frekuensi yang dapat menggetarkan gendang telinga. Kemampuan ini bergantung pada fisilogi dari organ-organ lisan manusia. Organ-organ tersebut terdiri dari paru-paru, kotak suara (laring), dan sistem vokal atas - tenggorokan, mulut, dan hidung. Dengan mengkontrol bagian-bagian selisih dari perlengkapan lisan, aliran udara dapat dimanipulasi untuk berproduksi suara lisan yang selisih.[42]

Suara lisan dapat dianalisis terjadi suatu kombinasi dari elemen-elemen segmentasi dan suprasegmentasi. Elemen segmentasi yaitu yang mengiringi satu sama lain secara berurutan, yang biasanya direpresentasikan dengan huruf-huruf selisih dalam skrip alfabet, seperti pada skrip Romawi. Dalam cakap bebas, tidak sah batasan jelas antara satu segmen dengan yang lain, tidak juga umumnya sah hentian suara antara ucap. Segmen-segmen oleh karenanya dibedakan dengan suara-suara selisih yang merupakan hasil dari artikulasi mereka yang selisih, dan mereka dapat berbentuk huruf vokal atau konsonan. Fenomena suprasegmentasi melingkupi elemen-elemen seperti penekanan, tipe fonasi, warna nada suara, dan prosodi atau intonasi, kesemuanya dapat mempengaruhi di antara beberapa segmen-segmen. [43]

Segmen konsonan dan vokal digabungkan untuk membentuk silabel, yang seterusnya digabungkan untuk membentuk pengucapan; perihal ini dapat dibedakan secara fonetis lewat ruang antara dua pernafasan. Secara akustik, segmen-segmen selisih ini dikarakterisasikan oleh bangun formant selisih, yang dapat dapat dilihat; kelihatan; tampak dalam suaut spektogram dari rekaman gelombang suara (lihat gambar Spectogram dari bangun formant dari tiga huruf vokal bahasa Inggris). Forman yaitu puncak amplitudo dalam spektrum frekuensi dari suatu suara tertentu. [43][44]

Huruf vokal yaitu suara-suara yang tidak mempunyai gesekan bunyi yang disebabkan oleh mendekatnya atau terhalangnya beberapa anggota dari sistem vokal atas. Mereka beragam secara mutu bergantung pada tingkat perlengkapan bibir dan letak dari lidah dalam rongga oral. [43] Huruf vokal dinamakan vokal tertutup saat bibir secara relatif tertutup, menjadi perihalnya pada pengucapan dari huruf vokal [i] (Inggris "ee"), atau vokal buka saat bibir secara relatif buka, menjadi perihalnya pada huruf vokal [a] (Inggris "ah"). Jika lidah terletak pada anggota balik mulut, mutunya berubah, menciptakan huruf vokal seperti [u] (Inggris "oo"). Mutu juga berubah bergantung apakah bibir membulat atau tidak, menciptakan perbedaan seperti antara [i] (huruf vokal tidak membulat seperti pada Inggris "ee"") dan [y] (vokal depan membulat seperti pada Jerman "ü".[45]

Konsonan yaitu suara-suara yang mempunyai gesekan bunyi atau penutupan pada poin tertentu dalam sistem vokal atas. Suara konsonan beragam dari tempat artikulasi, contohnya tempat dalam sistem vokal di mana aliran udara terhambat, umumnya pada bibir, gigi, alveolar ridge, palate, velum, uvula, atau glottis. Setiap tempat artikulasi berproduksi sekumpulan suara yang selisih, yang lebih lanjuta dibedakan oleh cara artikulasi, atau macam dari gesekan, adun tertutup penuh, pada kasus di mana konsonan dinamakan oklusif atau stop, atau jabatan selisih dari perlengkapan membentuk fricative dan approximant. Konsonan juga dapat dibunyikan atau tidak dibunyikan, bergantung apakah pita vokal di set dalam vibrasi oleh aliran udara semasa berproduksi suara. Bunyi yaitu yang membedakan Inggris [s] pada bus (sibilant tak berbunyi) dengan [z] pada buzz (sibilant berbunyi). [46]

Beberapa suara lisan, adun vokal dan konsonan, melibatkan pengeluaran aliran udara lewat lubang nasal, dan perihal ini dinamakan nasal atau suara nasalisasi. Suara-suara yang lain diberikan rumusan dengan cara lidah mengadakan kampanye dalam mulut: seperti suara l (disebut lateral, karena udara mengalir pada kedua sisi lidah), dan suara r (disebut rhotics yang dikarakterisasikan dengan bagaimana lidah diposisikan relatif dengan aliran udara.[44]

Dengan memanfaatkan organ-organ cakap tersebut, manusia dapat berproduksi ratusan suara berbeda: beberapa acap muncul pada bahasa-bahasa di dunia, sementara yang yang lain lebih umum pada rumpun bahasa tertentu, wilayah bahasa, atau bahkan spesifik pada satu bahasa.[47]

Bangun

Jika dinyatakan menjadi suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari babak semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, dipergunakan, dan diinterpretasikan dinamakan dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari suara, gerak, huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut dinyatakan, diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan terjadi isyarat kompleks seperti kata-kata dan frasa. Jika dipergunakan dalam komunikasi, suatu isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada penerima yang menterjemahkannya.[48]

Prasasti Tamil lawas di Thanjavur

Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi yang lain yaitu kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti bahwa tidak sah koneksi yang dapat diprediksi antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik, berarti bahwa bangun linguistik didirikan dengan menggabungkan elemen-elemen terjadi bangun akbar yang dapat dilihat menjadi lapisan-lapisan, contohnya bagaimana suara membentuk ucap dan ucap membentuk frasa, ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat linguistik yaitu unit-unit diskrit, contohnya suara dan ucap, yang dapat dibedakan satu dengan yang yang lain dan ditata kembali dalam pola-pola selisih, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa jumlah berhingga dari elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoritis terjadi sejumlah kombinasi tak berhingga.[48]

Aturan-aturan perihal isyarat mana yang dapat digabungkan untuk membentuk ucap dan frasa dinamakan dengan sintaks atau tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat tertentu, morfem, ucap, frasa, dan teks dinamakan semantik. [49] Pembagian bahasa terjadi terpisah tapi sistem yang terhubung dari isyarat dan makna berawal dari kajian linguistik pertama dari de Saussure dan sekarang dipergunakan hampir pada semua cabang dari linguistik. [50]

Semantik

Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya, atau kontennya. Bentuk isyarat haruslah sesuatu yang dapat dipersepsi, contohnya, dalam suara, gambar, atau gerak isyarat, dan seterusnya berkomunikasi dengan makna tertentu oleh konvensi sosial. Karena relasi landasan dari makna bagi banyakan isyarat-isyarat linguistik didasarkan pada konvensi sosial, isyarat linguistik dapat dianggap sembarang, dalam artian bahwa konvensi tersebut terbentuk secara sosial dan sejarah, bukan lewat relasi alami antara suatu bentuk isyarat tertentu dan maknanya.

Maka, bahasa haruslah mempunyai kosa ucap isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu. Isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, contohnya, anggota dari macam Canis. Dalam sebuah bahasa, bangunan dari isyarat yang sembarang yang terhubung kepada makna tertentu dinamakan dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna dinamakan dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu ucap. Terkadang, konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. [51]

Semua bahasa mempunyai bangun semantik dari predikat: sebuah bangun yang mendasari sebuah properti, keadaan, atau tingkah laku yang dibuat. Secara tradisional, semantik telah dipahami menjadi kajian bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai sah terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami menjadi suatu babak di mana sebuah predikat dapat dinyatakan sah atau salah perihal sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]." Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama tentang konteks di mana sebuah tanda diinterpretasikan terjadi produksi dari makna. Model makna seperti itu ditelusuri lebih jauh dalam aspek pragmatik. [52]

Suara dan simbol

Sebuah spectrogram menampakkan suara dari ucap bahasa Inggris
Sebuah spectrogram menampakkan suara dari ucap bahasa Inggris "man", yang ditulis secara fonetik menjadi [mæn]. Butuh diketahui bahwa dalam alur cakap, tidak sah pembedaan jelas antara segmen-semgen, hanya transisi halus saat perlengkapan vokal mengadakan kampanye.
[[Berkas:{{{image2}}}|150px|{{{box_caption}}}]]
Hurup
Hurup "wi" dalam naskah Hangul.
Isyarat untuk
Isyarat untuk "wi" dalam Bahasa Isyarat Korea

Bergantung kepada modalitas, bangun bahasa dapat didasarkan pada sistem suara (bicara), gestur (bahasa isyarat), atau grafik atau simbol taktil (tulisan). Cara-cara di mana bahasa memanfaatkan suara atau isyarat untuk membentuk makna dipelajari dalam fonologi. [53] Kajian bagaimana manusia berproduksi dan memaknakan suara vokal dinamakan dengan fonetik. [54] Dalam bahasa ucapan, makna diproduksi jika suara terjadi anggota dari sistem di mana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu makna dan suara yang lain tidak. Dalam setiap bahasa, hanya sejumlah suara selisih berhingga yang dapat dibuat oleh vokal manusia untuk berkontribusi dalam pembentukan makna. [55]

Suara menjadi anggota dari sistem linguistik dinamakan dengan fonem. [56] Fonem yaitu unit niskala dari suara, dicirikan menjadi unit terkecil dalam sebuah bahasa yang berfungsi untuk membedakan antara makna dari sepasang ucap secara minimal dari kata-kata selisih, yang dinamakan dengan pasangan minimum. Dalam bahasa Inggris, contohnya, ucap /bat/ [bat] dan /pat/ [pat] membentuk suatu pasangan minimum, di mana perbedaan antara /b/ dan /p/ membedakan kedua ucap, yang mempunyai makna selisih. Namun, setiap bahasa menampakkan suara dengan cara yang selisih. Menjadi contohnya, dalam suatu bahasa yang tidak membedakan antara konsonan berbunyi dan tak berbunyi, suara [p] dan [b] akan dianggap sebuah fenom tunggal, dan kesudahan suatu peristiwanya, pengucapan keduanya akan mempunyai makna yang sama. Perihal yang sama, pada bahasa Inggris tidak membedakan secara fonem antara pengucapan aspirasi dan non-aspirasi dari konsonan menjadi banyakan bahasa lain lakukan: non-aspirasi /p/ dalam /spin// {{ipa|[[spin]}} dan aspirasi /p/ dalam /pin/ [pin] dianggap hanya menjadi cara yang selisih dalam pengucapan fenom yang sama (variansi dari fenom tunggal dinamakan dengan allofon), sedangkan dalam Mandarin, perbedaan dalam pengucapan memisahkan antara ucap [pʰá] "jongkok" dan [pá]] "delapan" (aksen di atas á berarti bahwa vokal dinyatakan dengan nada tinggi).[57]

Semua bahasa oral mempunyai seberapanya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan, yang dapat digabungkan terjadi suku ucap. [43] Lain daripada segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga memanfaatkan suara dengan cara selisih untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, contohnya, memanfaatkan penekanan, aksen, durasi, dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bertugas di luar tingkat dari sebuah segmen, mereka dinamakan dengan suprasegmental. [58] Beberapa bahasa hanya mempunyai seberapa fenom, menjadi contohnya, Rotokas dan Bahasa Piraha masing-masing dengan 11 dan 10 fenom, sementara bahasa seperti Taa dapat mempunyai 141 fenom.[57] Dalam bahasa isyarat, persamaan dengan fenom (sebelumnya diketahui dengan chereme) dipastikan oleh elemen-elemn landasan dari gestur, seperti bentuk tangan, orientasi, lokasi, dan pergerakan, yang berkomunikasi dengan hukum budaya artikulasi dalam bahasa lisan.[59]

Aksara merepresentasikan suara dari yang dinyatakan manusia memanfaatkan simbol visual, yang dapat atau mungkin tidak berkomunikasi dengan suara dari bahasa lisan. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya) yaitu berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam bangun dari ucap. Dalam naskah suku ucap, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku ucap. Dalam naskah logografik, setiap isyarat merepresentasikan seluruh ucap, [60] dan akan secara umum tidak mempunyai hubungan dengan suara dari ucap dalam bahasa lisan.

Karena semua bahasa mempunyai jumlah ucap yang banyak sekali, tidak sah naskah logografik yang diketahui eksis. Dalam menulis, dimensi sementara saat suara dan ucap mengalir pada bahasa lisan direpresentasikan secara spasial dalam bentuk direksi. Tapi direksi di mana urutan-urutan dari simbol ditata dalam menulis juga beragam, beberapa sistem penulisan memanfaatkan arah horizontal (kiri ke kanan pada naskah Latin atau kanan ke kiri pada naskah Arab), yang yang lain seperti tulisan tradisional Cina memanfaatkan dimensi vertikal (atas - bawah). Beberapa sistem penulisan memanfaatkan arah berlawan untuk baris-baris alternatif, dan yang yang lain, seperti naskah Maya, dapat ditulis dengan arah manapun dan memanfaatkan petuah grafis untuk menampakkan pada pembaca arah dari membaca.[61]

Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah membentangkan International Phonetic Alphabet, didesain untuk merepresentasikan semua suara yang selisih yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia. [62]


Tatabahasa

Tatabahasa yaitu kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan terjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat. Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya dinamakan dengan ucap, dan jika mereka terikat dengan ucap atau morfem yang lain, mereka dinamakan dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk bangun internal ucap dinamakan dengan morfologi. Aturan-aturan dari bangun internal dari frasa dan kalimat dinamakan dengan sintaks. [63]

Kategori Tatabahasa

Tatabahasa dapat diartikan menjadi sebuah sistem kategori, dan suatu kelompok aturan-aturan yang memilihkan bagaimana kategori-kategori digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang selisih. [64] Bahasa-bahasa selisih secara lebar tergantung apakah mereka dikodekan lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir universal. Beberapa kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari pengikut dan predikat secara tatabahasa selisih antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal membenahi referensi dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan. [65]

Kelas-kelas ucap

Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan terjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan jabatan relatif terhadap anggota yang lain. Semua bahasa, contohnya, mempunyai perbedaan mendasar antara sekelompok ucap yang secara prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok ucap yang secara prototipikal mengacu pada tingkah laku yang dibuat dan kejadian. Kelompok pertama, yang menyertakan ucap seperti "anjing" dan "lagu", biasanya dinamakan dengan ucap benda. Kelompok kedua, yang menyertakan ucap seperti "lari" dan "menyanyi", dinamakan dengan ucap kerja. Kategori umum yang lain yaitu Ucap sifat: kata-kata yang menjelaskan properti atau mutu dari ucap benda, seperti "merah" atau "besar".

Kelas-kelas ucap juga mempunyai fungsi selisih dalam tatabahasa. Secara prototipe, ucap kerja dipergunakan untuk membentuk predikat, sementara ucap benda dipergunakan menjadi gagasan dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya yaitu "lari," karena ia merupakan ucap yang menandakan keadaan tertentu tentang gagasannya "Sally". Beberapa ucap kerja seperti "sumpah" dapat saja memerlukan dua gagasan, contohnya: "Sally menyumpahi John". Predikat yang hanya memanfaatkan satu gagasan dinamakan dengan intransitif, dan predikat yang memanfaatkan dua gagasan dinamakan dengan transitif.

Banyak kelas-kelas lain yang sah di bahasa yang selisih, seperti konjungsi yang bermanfaat untuk menggabungkan dua kalimat, klausa yang memperkenalkan sebuah ucap benda, interjeksi seperti "agh!" atau "wow!", atau ideofon yang menirukan suara dari suatu kejadian. Beberapa bahasa mempunyai posisional yang menjelaskan jabatan spasial dari suatu kejadian atau entitas. Banyak bahasa mempunyai penggolongan, yang mengidentifikasi sejumlah kata-benda yang yang termasuk pada tipe tertentu atau mempunyai suatu bentuk tertentu. Menjadi contohnya, dalam Bahasa Jepang, penggolongan umum ucap benda untuk manusia yaitu nin (人), dan ia dipergunakan untuk melakukan perhitungan manusia, apapun namanya:

san-nin no gakusei (三人の学生) secara literal "3 manusia-penggolongan dari pelajar" — tiga pelajar

Untuk pohon, akan berbentuk:

san-bon no ki (三本の木) secara literal "3 penggolongan-untuk-objek dari pohon-panjang" — tiga pohon;

Morfologi

Dalam linguistik, kajian perihal bangun internal dari kata-kata kompleks, dan proses-proses di mana setiap ucap dibentuk dinamakan morfologi. Pada banyakan bahasa, yaitu memungkinkan untuk membentuk kata-kata kompleks yang dibentuk dari beberapa morfem. Menjadi contohnya, ucap Bahasa Inggris "unexpected" dan dianalisa menjadi gabungan dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed".[66]

Morfem dapat dikelompokkan berdasarkan apakah mereka morfem independen, yang dinamakan akar, atau apakah mereka dapat muncul terkait dengan morfem yang lain. Morfem yang terikat atau afiks dapat digolongkan sesuai keadaan jabatan mereka berkaitan dengan akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks sehabis akar dan infiks dibawa datang di antara akar. Afiks berhaluan untuk mengubah atau membentangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari ucap dengan mengubah bangun fonologi dari ucap, contohnya, ucap Inggris "run", dengan ucap kerja saat lampaunya yaitu "ran". Babak ini dinamakan dengan ablaut. Lebih lanjut, morfologi membedakan antara babak infleksi, yang mengubah atau membentangkan ucap, dan babak derivasi, yang menciptakan ucap baru dari ucap yang sudah sah. Dalam bahasa Inggris, ucap kerja "sing" mempunyai bentuk infleksi "singing" dan "sung", yang mana keduanya merupakan ucap kerja, dan bentuk derivasi "singer", yang merupakan sebuah ucap benda yang diturunkan dari ucap kerja dengan sufiks agentif "-er".[67][68]

Bahasa selisih secara lebar dalam bagaimana mereka bergantung kepada babak morfologis dari formasi ucap. Dalam beberapa bahasa, menjadi contohnya, Cina, tidak sah babak morfologis, dan semua informasi gramatis disandikan secara sintaks dengan membentuk pertalian dari kata-kata tunggal. Bentuk dari morfo-sintaks ini acap dinamakan isolasi, atau analitis, karena hampir sah suatu korepondensi penuh antara sebuah ucap tunggal dan sebuah aspek tunggal dari makna. Banyakan bahasa mempunyai kata-kata yang terdiri dari beberapa morfem, tapi mereka beragam dalam jabatan di mana morfem yaitu unit-unit diskrit. Pada banyakan bahasa, secara terkenal dalam banyakan bahasa Indo-Eropa, morfem tunggal dapat mempunyai beberapa makna selisih yang tidak dapat dianalisis terjadi segmen-segmen kecil. Menjadi contohnya, dalam bahasa Latin ucap bonus, atau bagus, terdiri dari ucap akar bon- yang berarti "baik", dan sufiks -us, yang berarti gender maskulin, jumlah tunggal dan kasus nominatif. Bahasa seperti itu dinamakan dengan bahasa fusional, karena beberapa makna dapat digabungkan terjadi morfem tunggal. Kebalikan dari bahasa fusional yaitu bahasa aglutinatif, yang membentuk kata-kata dengan menggabungkan morfem-morfem dalam satu ikatan, tapi dengan setiap morfem menjadi suatu unit diskrit semantik. Sebuah contoh dari bahasa seperti itu yaitu Turki, dengan contoh ucap evlerinizden, atau "dari rumah anda", terdiri dari beberapa morfem, ev-ler-iniz-den dengan arti rumah-jamak-anda-dari. Bahasa-bahasa yang bergantung kepada morfologi pada tingkat tertinggi secara tradisional dinamakan bahasa polisintetik. Mereka dapat mengekspresikan sebuah kalimat Bahasa Inggris secara penuh dalam satu ucap tunggal. Menjadi contohnya, dalam Yupik ucap tuntussuqatarniksaitengqiggtuq, yang berarti "Dia (pria) belum mengatakan lagi bahwa dia akan berburu rusa kutub.", ucap tersebut terdiri dari morfem-morfem tuntu-ssur-qatar-ni-ksaite-ngqiggte-uq dengan arti, "rusa.kutub-berburu-besok-mengatakan-negasi-lagi-orang.ketiga.tunggal-indikatif", dan kecuali pada morfem tuntu ("rusa kutub"), tidak sah morfem lain yang muncul dalam isolasi. [69]

Banyak bahasa memanfaatkan morfologi untuk merujuk-silang kata-kata dengan sebuah kalimat. Perihal ini terkadang dinamakan dengan kesepakatan. Contohnya, pada banyakan bahasa Indo-Eropa, adjektif harus merujuk-silang pada ucap benda yang dirubahnya berkenaan dengan jumlah, tentang, dan gender, sehingga adjektif Latin bonus, atau "bagus", diinfleksikan setuju dengan ucap benda gender maskulin dan singular. Pada bahasa-bahasa polisintetik, ucap kerja merujuk-silang subjek dan objek mereka. Dalam tipe-tipe bahasa ini, sebuah kata-kerja tunggal dapat menyertakan informasi yang membutuhkan sebuah kalimat dalam bahasa Inggris. Menjadi contohnya, dalam Bahasa Basque frase ikusi nauzu, atau "anda mengamati saya", ucap kerja bantu saat lampau n-au-zu (mirip dengan Inggris "do") cocok dengan subjek (anda) diekspresikan dengan prefiks n, dan dengan objek (saya) diekspresikan dengan sufiks -zu. Kalimat tersebut dapat secara langsung diartikan menjadi "melihat kamu-kan-saya". [70]

Sintaks

Menjadi tambahan dari kelas-kelas ucap, sebuah kalimat dapat dianalisa dipandang dari fungsi tata-bahasa: "Kucing" yaitu subjek dari kalimat, "di atas matras" yaitu sebuah frase lokatif, dan "duduk" yaitu inti dari predikat.

Cara lain di mana bahasa menyampaikan makna yaitu lewat urutan dari kata-kata dalam sebuah kalimat. Aturan-aturan tatabahasa untuk bagaimana berproduksi kalimat baru dari kata-kata yang telah diketahui dinamakan dengan sintaks. Aturan-aturan sintaks dari suatu bahasa memilihkan kenapa sebuah kalimat dalam bahasa Inggris seperti "I love you" mempunyai makna, tapi "*love you I" tidak [notes 3] Aturan-aturan sintaks memilihkan bagaimana urutan ucap dan bangun kalimat dibatasi, dan bagaimana batasan tersebut mempunyai kontribusi pada makna.[71] Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "si budak mengutuk si tuan" dan "si tuan mengutuk si budak" mempunyai makna selisih karena peran dari subjek tata-bahasa disandikan oleh ucap benda di depan ucap kerja, dan peran dari objek disandikan oleh ucap benda yang muncul sehabis ucap kerja. Sebaliknya dalam Latin keduanya Dominus servos vituperabat dan Servos vituperabat dominus berarti "si tuan menyapa si budak", karena servos, atau "budak", sah dalam kasus akusatif, menampakkan bahwa mereka yaitu objek dari atur bahasa, dari kalimat dan dominus, atau "tuan", sah dalam kasus nominatif, menampakkan bahwa dia yaitu si subjek. [72]

Latin memanfaatkan morfologi untuk mengekspresikan perbedaan antara subjek dan objek, di mana pada bahasa Inggris memanfaatkan urutan ucap. Contoh lain bagaimana aturan-aturan sintatis memberikan makan yaitu aturan pada urutan ucap terbalik dalam pertanyaan yang sah di banyak bahasa. Aturan ini menjelaskan kenapa dalam bahasa Inggris, saat frasa "John is talking to Lucy" berubah terjadi sebuah pertanyaan, terjadi "Who is John talking to?", dan bukan "John is talking to who?". Contoh terakhir dapat dipergunakan menjadi cara untuk menempatkan empasis khusus pada who, dengan demikian seberapa mengubah makna dari pertanyaan. Sintaks juga menyertakan aturan-aturan bagaimana kalimat-kalimat kompleks ditata dengan mengelompokan kata-kata dalam unit-unit, dinamakan frase, yang dapat menghuni tempat selisih dalam suatu bangun sintaktis akbar. Kalimat-kalimat dapat dinyatakan menjadi terdiri dari frase-frase terhubung dalam sebuah bangun pohon, menghubungkan frase satu sama lain pada jabatan yang selisih. [73] Di sebelah kanan yaitu suatu representasi grafik dari analisis sintaktis dari kalimat bahasa Inggris "the cat sat on the mat". Kalimat tersebut dianalisa menjadi dibentuk oleh suatu frase ucap benda, ucap kerja dan frase preposional; fase preposional lebih lanjut lagi dibagi terjadi sebuah preposisi dan sebuah frase ucap benda; dan frase ucap benda terdiri dari dari sebuah artikel dan sebuah ucap benda. [74]

Alasan kenapa kalimat dapat dilihat menjadi terjadi gabungan dari frase yaitu karena setiap frase akan mengadakan kampanye menjadi sebuah elemen tunggal jika operasi sintaktis disertakan. Contohnya, "the cat" yaitu satu frase dan "on the mat", yaitu yang yang lain karena mereka akan dianggap menjadi satu unit jika sebuah yang dipilih telah dibuat untuk menekankan lokasi dengan pindah ke depan frase preposisi: "[And] on the mat, the cat sat".[74] Sah banyak perbedaan pada kerangka formalis dan fungsionalis yang mengajukan teori-teori untuk menjelaskan bangun sintaktis, berdasarkan asumsi-asumsi selisih tentang apa itu bahasa dan bagaimana ia seharusnya dinyatakan. Tiap-tiapnya akan menganalisa sebuah kalimat seperti contoh di atas dalam makna yang selisih.[14]

Tipologi dan universal

Bahasa dapat dikelompokan sesuai keadaan relasi pada tipe-tipe tata-bahasa mereka. Bahasa-bahasa yang sah pada rumpun yang selisih terkadang mempunyai fitur-fitur yang sama, dan fitur berbagi tersebut condong berkomunikasi.[75] Contohnya, bahasa dapat dikelompokan berdasarkan urutan ucap, urutan relatif dari ucap kerja, dan komponen-komponennya dalam suatu kalimat indikatif normal. Dalam bahasa Inggris, urutan landasan yaitu SPK: "Ular (S) menggigit (P) orang (O)", sedangkan untuk contohnya, kalimat tersebut dalam bahasa orang Australia Gamilaraay akan terjadi "duyugu nama dayn yiːy" (Ular Orang Gigit), Subjek-Objek-Predikat. [76] Tipe urutan ucap berkaitan menjadi suatu parameter tipologis, karena landasan tipe urutan ucap berkomunikasi dengan parameter sintaktis yang lain, seperti urutan relatif dari ucap benda dan adjektif, atau penggunaan preposisi atau posposisi. Korelasi seperti itu dinamakan implikasi universal. Contohnya, banyakan (tapi tidak semua) bahasa yang mempunyai tipe SOP mempunyai posposisi bukan preposisi, dan mempunyai adjektif sebelum ucap benda. [77] 

Dari kajian beragam tipe urutan ucap, telah ditemukan bahwa tidak semua bahasa mengelompokan hubungan antara aktor dan tingkah laku yang dibuat terjadi Subjek, Objek dan Ucap Kerja, seperti dalam Bahasa Inggris. Tipe ini dinamakan dengan tipe nominatif-akusatif. Beberapa bahasa dinamakan ergatif, Gamilaraay di antaranya, membedakan antara Perwakilan dan Pasien. Dalam klausa transitif bahasa Inggris, kedua subjek dari kalimat intransitif ("I run") dan kalimat transitif ("I love you") diperlakukan sama, ditunjukkan di sini oleh ucap ganti nominatif I. Dalam bahasa-bahasa ergatif, partisipan tunggal dalam sebuah kalimat intransitif, seperti "I run", diperlakukan sama menjadi pasien dalam suatu kalimat transitif, memberikan persamaan pada "me run" dan "you love me". Hanya pada kalimat transitif persamaan ucap ganti I akan dipergunakan. [76] Dengan cara ini aturan-aturan semantik dapat dipetakan ke relasi tatabahasa dengan cara selisih, mengelompokan sebuah subjek intransitif adun dengan Perwakilan (tipe akusatif) atau Pasien (tipe ergatif) atau menciptakan setiap dari tiga aturan tersebut secara selisih, yang dinamakan tipe tripartite. [78]

Fitur-fitur berbagi bahasa yang termasuk pada tipe jabatan tipologis yang sama dapat muncul secara independen. Kedatangannya mereka dapat dikarenakan hukum universal membenahi bangun dari bahasa alami, bahasa universal, atau mereka mungkin sebuah hasil dari bahasa-bahasa membentangkan solusi-solusi konvergen terhadap permasalahan komunikatif yang muncul yang mana manusia memanfaatkan bahasa untuk menyelesaikannya. [15]

Konteks sosial dari penggunaan dan transmisi

Sementara manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari bahasa apapun, mereka hanya melaksanakan perihal tersebut jika mereka tumbuh dalam suatu lingkungan yang mempunyai bahasa dan dipergunakan oleh yang lain. Bahasa oleh karenanya bergantung pada komunitas dari pembicara di mana anak-anak mempelajari bahasa dari orang tua dan teman, dan mereka sendiri memindahkan bahasa kepada anak mereka. Bahasa dipergunakan oleh mereka yang menyuarakannya untuk komunikasi dan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Banyak aspek dari penggunaan bahasa dapat dilihat beradapatsi secara spesifik untuk tujuan tersebut. [15] Dikarenakan cara di mana bahasa dipindahkan antara generasi dan dalam komunitas, bahasa bertali-tali berubah, berpisah terjadi bahasa baru atau menyatu karena kontak bahasa. Babaknya sama dengan babak pada evolusi, di mana babak dari turunana dengan modifikasi mengarah pada formasi dari suatu pohon filogenetis. [79]

Namun bahasa selisih dengan organisme biologis di mana mereka sedia menggabungkan elemen-elemen dari bahasa lain lewat babak difusi, saat pembicara dari bahasa-bahasa selisih melaksanakan kontak. Manusia juga terkadang memanfaatkan lebih dari satu bahasa, memperoleh bahasa pertama mereka atau bahasa saat kanak-kanak, atau mempelajari bahasa baru saat mereka tumbuh. Karena meningkatnya kontak bahasa dalam dunia global, banyak bahasa-bahasa kecil terjadi langka karena si penutur berpindah ke bahasa lain yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam komunitas yang lebih akbar dan lebih influensial. [80]

Penggunaan dan Makna

Kajian semantik dari makna mengasumsikan bahwa makna sah dalam suatu relasi antara isyarat dan makna yang secara kuat terbentuk lewat konvensi sosial. Namun, semantik tidak mempelajari bagaimana dalam konvensi sosial tersebut dibaut dan mempengaruhi bahasa. Melainkan, saat mempelajari bagaimana suatu ucap dan isyarat dipergunakan, terkadang ucap mempunyai makna selisih, bergantung kepada penggunaan pada konteks sosial. Salah satu contoh penting dari perihal ini yaitu babak yang dinamakan deixis, yang menjelaskan cara bagaimana beberapa ucap mengacu kepada entitas lewat relasi mereka dalam titik-titik tertentu dalam ruang dan waktu saat ucap tersebut dinyatakan. Ucap tersebut yaitu, contohnya, ucap, "Saya" (yang menunjukkan pembicara), "sekarang" (yang menunjukan momen pembicaraan), dan "di sini" (yang menunjukan waktu berbicara). Isyarat juga berubah maknanya sepanjang waktu, saat konvensi membenahi penggunaannya secara bertahap berubah. Kajian tetang bagaimana makna dari ekspresi linguistik berubah bergantung konteks dinamakan pragmatika. Deixis yaitu sebuah anggota penting dari cara kita memanfaatkan bahasa untuk menunjukan entitas di dunia. [81] Pragmatika bersangkutan dengan cara-cara di mana penggunaan bahasa dipolakan dan bagaimana pola-pola tersebut mempengaruhi makna. Menjadi contohnya, di semua bahasa, ekspresi linguistik dapat dipergunakan tidak hanya untuk memindahkan informasi, tapi untuk melaksanakan tingkah laku yang dibuat. Aksi-aksi tertentu hanya dibentuk lewat bahasa, tapi mempunyai efek nyata, contohnya, tingkah laku yang dibuat "menamakan", yang menciptakan sebuah nama baru untuk beberapa entitas, atau tingkah laku yang dibuat dari "menyebutkan seseorang suami dan istri", yang menciptakan kontrak sosial dari pernikahan. Tipe-tipe dari tingkah laku yang dibuat ini dinamakan dengan tingkah laku yang dibuat cakap, walau mereka tentu saja terbawa dalam penulisan dan isyarat tangan. [82]

Bentuk dari ekspresi linguistik tidak berkomunikasi dengan makna yang dipunyainya dalam suatu konteks sosial. Contohnya, jika di meja makan seseorang berdiskusi, "bisakah anda menjangkau garam?", perihal itu, faktanya, bukanlah pertanyaan tentang panjang dari tangan teman yang diajak cakap, tapi suatu permintaan untuk memberikan garam. Makna tersebut tersirat oleh konteks di mana ia dibicarakan; bentuk efek dari makna ini dinamakan implikatur konversasional. Aturan-aturan sosial tentang bagaimana penggunaan bahasa dianggap cocok dalam situasi tertentu dan bagaimana pengucapan dapat dipahami dalam relasi terhadap konteksnya beragam dalam komunitas, dan mempelajarinya yaitu suatu anggota akbar dari memperoleh kompetensi komunikatif dalam sebuah bahasa. [83]

Akuisisi bahasa

Semua anak-anak normal memperoleh bahasa jika mereka dipertemukan dengan bahasa dalam tahun-tahun pertama hidup mereka, bahkan dalam kultur di mana orang dewasa jarang bertemu dengan bayi dan balita secara langsung.

Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal, berlatih memanfaatkan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa yang sah disekitarnya: bahasa manapun yang mereka terima secara penuh semasa saat kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa oral. [84] Babak berlatih ini diketahui dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran yang lain, ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut babak tersebut dengan "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni."[8]

Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun terdapat beragam variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan tertentu di antara bayi yang berkembang secara normal. Sejak kelahiran, bayi merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara yang lain. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara cakap yang selisih. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh, berproduksi suara cakap dari bahasa yang dipergunakan disekitarnya. Yang dinyatakan mulai muncul pada umur 12 hingga 18 bulan; rata-rata perbendaharaan ucap bayi berumur 18 bulan yaitu sekitar 50 ucap. Pengucapan pertama anak yaitu berbentuk Holofrasa (secara harfiah "keseluruhan-kalimat"), pengucapan yang hanya memanfaatkan satu ucap untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa bulan sehabis anak berproduksi kata-kata, mereka akan berproduksi pengucapan dengan dua-kata, dan dalam beberapa bulan akan mulai ber-bicara telegrafis, atau kalimat singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa daripada orang dewasa cakap, namun menampakkan bangun sintaks reguler. Pada umur tiga hingga lima tahun, kemampuan anak untuk cakap dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa dewasa. [85]

Akuisisi dari bahasa kedua dan tambahan dapat berlangsung pada umur berapapun, lewat paparan dalam hidup sehari-hari atau lewat kursus. Anak yang mempelajari bahasa kedua lebih mungkin mendapatkan kefasihan seperti aslinya daripada orang dewasa, tapi secara umum, sangat jarang bagi seseorang yang memanfaatkan bahasa kedua melewati secara penuh penutur aslinya. Perbedaan penting antara akuisisi bahasa pertama dan akuisisi bahasa tambahan yaitu bahwa babak dari akuisisi bahasa tambahan dipengaruhi oleh bahasa yang si pelajar telah ketahui.

Bahasa dan kultur

Arnold Lakhovsky, The Conversation (sekitar 1935)

Bahasa, dipahami menjadi kelompok norma-norma yang dinyatakan dari komunitas tertentu, juga termasuk anggota dari kultur yang lebih akbar dari komunitas yang menuturkannya. Bahasa tidak hanya selisih dari segi pengucapan, kosakata, atau tatabahasa, tapi juga selisih dalam "kultur berbicara". Manusia memanfaatkan bahasa menjadi cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang yang lain. Bahkan di antara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara selisih dalam memanfaatkan bahasa sedang sah, dan setiapnya dipergunakan untuk memberikan sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang akbar. Linguis dan antropologis, paling penting sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara cakap dapat selisih antara Komunitas cakap.

Linguis memanfaatkan istilah variasi untuk mengacu pada cara-cara selisih dalam cakap suatu bahasa. Istilah ini menyertakan dialek yang secara geografi atau sosialkultural dibentuk dan juga jargon atau gaya dari subkultur. Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya komunikasi menjadi cara suatu bahasa dipergunakan dan dipahami dalam kultur tertentu. [86]

Karena norma-norma bagi penggunaan bahasa bersama oleh anggota dari grup tertentu, gaya komunikasi juga terjadi suatu cara menampakkan dan membangun identitas grup. Perbedaan linguistik dapat terjadi penanda penting dari pemisahan antara kelompok-kelompok sosial, contohnya, menuturkan sebuah bahasa dengan aksen khusus dapat mengatakan keanggotaan dari sebuah etnis minoritas atau jabatan sosial, wilayah sumber, atau status menjadi penutur bahasa kedua. Bentuk-bentuk perbedaan ini bukan anggota dari sistem linguistik, tapi yaitu suatu anggota penting dari bagaimana pengguna bahasa memanfaatkan bahasa menjadi alat sosial untuk membangun kelompok. [87]

Namun, banyak bahasa juga mempunyai konvensi tatabahasa yang mensinyalkan jabatan sosial dari pembicara dengan relasi terhadap yang lain lewat penggunaan tingkat nama yang berkaitan dengan hirarki atau pemisahan sosial. Dalam banyak bahasa, terdapat perbedaan gaya atau bahkan tata-bahasa antara cara pria dan wanita cakap, antara kelompok usia, atau antara jabatan sosial, seperti perihalnya beberapa bahasa memanfaatkan kata-kata selisih bergantung kepada siapa mendengarkan. Contohnya, dalam bahasa Australia Dyirbal, seorang pria yang menikah harus memanfaatkan sekumpulan kata-kata untuk mengacu pada benda-benda keseharian saat cakap, jika sah ibu ambilnya.[86] Beberapa kultur, contohnya, mempunyai sistem yang berbelit dalam "deixis sosial", atau sistem pensinyalan jarak sosial lewat makna linguistik. [88] Dalam Bahasa Inggris, deixis sosial biasanya ditunjukkan lewat pembedaan antara mengacu beberapa orang dengan nama depan dan yang lain dengan nama keluarga, dan juga dalam gelar seperti "Nyonya.", "anak", "Doktor", atau "Yang Mulia", tapi pada bahasa lain, sistem tersebut dapat sangat kompleks dan tersandi di seluruh tatabahasa dan kosakata dari bahasa. Misalnya, pada beberapa bahasa di Asia timur, seperti Thai, Burmese, dan Jawa, ucap yang selisih dipergunakan berdasarkan apakah pembicara mengacu seseorang dari tingkat tinggi atau rendah dari diri sendiri dalam sebuah sistem jabatan dengan hewan dan anak-anak di yang paling bawah dan dewa-dewi dan anggota kerajaan menjadi yang tertinggi. [88]


Tulisan, literasi dan teknologi

Sebuah prasasti dari Swampy Cree memanfaatkan Silabel Canadian Aboriginal, abugida dikembangkan oleh misionari Kristen untuk bahasa Indigenous Canadian

Dalam sejarah sejumlah cara-cara selisih dari merepresentasikan bahasa dalam media grafik telah ditemukan. Perihal ini dinamakan sistem tulis.

Penggunaan tulisan telah menciptakan bahasa lebih bermanfaat bagi manusia. Ia menciptakan kita dapat menyimpan sejumlah akbar informasi di luar tubuh manusia dan menerimanya kembali, dan ia membolehkan komunikasi antarjarak yang sebelumnya tidak mungkin. Banyak bahasa secara konvensional memanfaatkan jenis-jenis selisih, gaya, dan tingkat nada dalam bahasa tulisan dan lisan, dan dalam beberapa komunitas, tulisan secara tradisional mengambil tempat bahasa yang selisih daripada yang dinyatakan. Sah beberapa bukti bahwa penggunaan tulisan juga mempunyai efek pada perkembangan kognitif pada manusia, mungkin karena mempelajari literasi secara umum membutuhkan pendidikan eksplisit dan pendidikan formal. [89] 

Penemuan sistem tulis pertama secara kasar bersamaan dengan permulaan dari Zaman Perunggu pada kesudahan periode Neolitik dari kesudahan 4 milenia SM. naskah cuneiform Sumeria purba dan Hiroglif Mesir secara umum dianggap sistem tulis paling awal, keduanya muncul dari sistem simbol proto-literasi nenek moyang dari 3400-3200 SM dengan tulisan koheren paling awal sekitar 2600 SM. Secara umum disetujui bahwa tulisan Sumeria yaitu suatu penemuan independen; namun, diperbantahkan apakah tulisan orang Mesir dikembangkan penuh secara independen oleh orang Sumeria, atau karena difusi kultural. Debat yang sama juga sah pada naskah China, yang dibuat sekitar 1200 SM. Sistem tulis Mesoamerika pra-Kolombia (termasuk di antaranya Olmec dan Naskah Maya) secara umum dipercaya mempunyai sumber mula yang independen. [61]

Perubahan Bahasa

Halaman pertama dari puisi Beowulf ditulis dengan Inggris Tua pada periode pertengahan awal (800 - 1100 AD). Walaupun bahasa Inggris tua merupakan leluhur langsung dari bahasa Inggris modern, perubahan telah menciptakan menjadinya tidak dapat dipahami bagi penutur bahasa Inggris kontemporer.

Semua bahasa berubah saat pembicara mengadopsi atau menemukan cara baru cakap dan menyampaikannya ke anggota lain dari komunitas cakap mereka. Perubahan bahasa terjadi pada semua tingkat dari tingkat fonologis hingga pada tingkat kosa ucap, morfologi, sintaks, dan diskursus. Walaupun perubahan bahasa terkadang pada awalnya dinilai negatif oleh pembicara dari bahasa tersebut yang acap menganggap perubahan terjadi "merusak" atau menjadi suatu tanda penggunaan bahasa yang salah dari normal, perihal tersebut yaitu alami dan tidak terelakkan. [90][91]

Perubahan dapat mempengaruhi suara-suara tertentu atau seluruh sistem fonologis. Perubahan suara dapat terdiri dari penggantian dari suatu suara atau fitur fonetik oleh yang lain, hilang sepenuhnya suara yang dipengaruhi, atau bahkan munculnya suara baru di tempat yang tadinya tidak sah. Perubahan suara dapat dikondisikan di mana suatu suara berubah hanya jika ia terjadi dalam daerah sekitar dari suara-suara tertentu yang lain. Perubahan suara biasanya dianggap biasa, yang berarti ia diinginkan untuk dilaksanakan secara mekanis saat keadaan strukturalnya cocok, terlepas dari faktor-faktor non-fonologis. Di sisi lain, perubahan suara terkadang sporadik, mempengaruhi hanya satu ucap tertentu atau beberapa ucap, tanpa sah kesamaan yang tampak. Terkadang sebuah perubahan sederhana memicu suatu ikatan pergeseran di mana seluruh sistem fonologis terpengaruhi. Perihal ini terjadi pada Bahasa Germanic saat perubahan suara yang diketahui dengan Hukum Grimm mempengaruhi semua stop konsonan dalam sistem. Konsonan asli * terjadi /b/ dalam bahasa Jerman, yang sebelumnya * b berubah terjadi /p/ dan * p sebelumnya berubah terjadi /f/. Babak yang sama terjadi untuk semua stop konsonan dan menjelaskan kenapa Bahasa Italic seperti Latin mempunyai p dalam ucap seperti pater dan pisces, sementara bahasa Germanic, seperti Inggris, mempunyai fater dan fish. [92]

Contoh yang lain yaitu Pergeseran harakat akbar dalam bahasa Inggris, yang merupakan alasan kenapa pengejaan harakat Inggris tidak berkomunikasi dengan pengucapannya sekarang. Perihal ini karena pergeseran harakat membawa ortografi yang telah mapan keluar dari sinkronisasi dengan pengucapannya. Sumber lain dari perubahan suara yaitu erosi dari kata-kata saat pengucapan secara bertahap terjadi kian tidak selisih dan mempersingkat ucap, meniadakan silabel-silabel atau suara. Perubahan macam ini menyebabkan Latin mea domina terjadi Prancis madame]] dan Inggris Amerika ma'am. [93]

Perubahan juga terjadi dalam tatabahasa dari bahasa pada pola-pola diskursus seperti idiom atau konstruksi tertentu terjadi gramatikalisasi. Perihal ini acap terjadi saat ucap atau morfem aus dan sistem gramatis secara tidak sadar menyusun ulang untuk mengganti elemen yang hilang. Menjadi contoh, dalam beberapa ragam dari Spanyol Carribean imbuhan belakang /s/ telah menghilang. Karena Standar Spanyol memanfaatkan imbuhan belakang /s/ dalam morfem menandakan orang kedua subjek "anda" pada ucap kerja, variasi Carribean sekarang harus mengekspresikan orang kedua menggunaan ucap ganti . Perihal ini berarti kalimat "Nama anda siapa" yaitu ¿como te llamas? ['komo te 'jamas] di Standar Spanyol, tapi ['komo 'tu te 'jama] di Spanyol Carribean. Perubahan suara sederhana telah mempengaruhi morfologi dan sintaks. [94] Penyebab utama yang lain dari perubahan tata-bahasa yaitu kebakuan bertahap dari idiom-idiom terjadi bentuk-bentuk tata-bahasa baru, contohnya cara dalam bahasa Inggris konstruksi "going to" hilang aspek penggunaannya dan dalam suatu variasi bahasa Inggris hampir terjadi kalimat baku saat depan (yaitu I'm gonna).

Perubahan bahasa dapat disebabkan oleh faktor-faktor "internal bahasa", seperti perubahan dalam pengucapan dimotivasi oleh suara-suara tertentu sangat sulit untuk dibedakan secara audio atau untuk dinyatakan, atau karena pola-pola tertentu dari perubahan yang menyebabkan tipe-tipe langka tertentu dari konstruksi terjadi bergeser ke arah tipe-tipe yang lebih umum. [95] Penyebab lain dari perubahan bahasa yaitu sosial, seperti saat pengucapan tertentu terjadi bersifat lambang dari keanggotan dalam kelompok tertentu, seperti kelas-kelas sosial, atau dengan ideologi-ideologi, dan oleh karenanya diadopsi oleh mereka yang akan diidentifikasi dengan kelompok atau ide tersebut. Dengan cara ini, permasalahan identitas dan politik dapat mempunyai efek mendalam dalam bangun bahasa. [96]

Kontak bahasa

Salah satu sumber penting dari perubahan bahasa yaitu kontak antara bahasa-bahasa selisih dan berproduksi difusi dari sifat-sifat linguistik antara bahasa. Kontak bahasa terjadi saat pembicara dari dua atau lebih bahasa atau variasi berinteraksi secara regular. [97] Multilingualisme mungkin telah terjadi perihal yang normal dalam sejarah manusia, dan sekarang banyakan manusia di dunia yaitu multilingual. Sebelum munculnya konsep negara ethno-nasional, monolingualisme dikarakterkan umumnya dari populasi yang menghuni pulau-pulau kecil. Tapi dengan ideologi yang menciptakan satu warga, satu negara, dan satu bahasa perubahan politik yang diinginkan, monolingualisme mulai menyebar lewat dunia. Namun, hanya sah sekitar 250 negara di dunia bersamaan dengan sekitar 6000 bahasa, yang berarti bahwa banyakan negara yaitu multilingual dan banyakan bahasa maka sah karena kontak dekat dengan bahasa yang lain. [98]

Saat pembicara dari bahasa selisih berinteraksi secara dekat, bahasa mereka biasanya mempengaruhi satu sama lain. Semasa kontak bahasa terlindungi bertali-tali semasa periode waktu yang lama, sifat-sifat linguistik bergabung antara bahasa, dan bahasa-bahasa yang tadinya dari rumpun yang selisih dapat menyatu terjadi lebih mirip. Dalam wilayah di mana banyak bahasa sah pada kontak dekat, perihal ini dapat mengarah pada formasi dari Wilayah bahasa di mana bahasa yang tidak berkomunikasi berbagi sejumlah fitur-fitur linguistik. Jumlah dari wilayah bahasa telah dicatat, di antaranya, Wilayah bahasa Balkan, Wilayah bahasa Mesoamerika, dan Wilayah bahasa Ethiopia. Juga, wilayah akbar seperti Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tenggara terkadang dianggap wilayah bahasa, karena persebaran difusi dari fitur areal tertentu. [99][100]

Kontak bahasa juga dapat menyebabkan suatu variasi dari fenomena linguistik lain, termasuk konvergensi bahasa, pinjaman, dan releksifikasi (penggantian dari kosa ucap asli dengan bahasa lain). Dalam situasi ekstrim dan kontak bahasa yang bertali-tali, ia dapat menyebabkan pada formasi dari bahasa campuran baru yang tidak dapat dianggap termasuk pada satu rummpun bahasa. Salah satu tipe dari bahasa campuran dinamakan pijin terjadi saat pembicara dewasas dari dua bahasa selisih berinteraksi secara teratur, tapi dalam suatu situasi di mana tidak sah kelompok yang berlatih untuk cakap bahasa dari kelompok yang lain secara fasih. Pada kasus ini, mereka terkadang akan membentuk suatu bentuk komunikasi yang mempunyai sifat-sifat dari kedua bahasa, tapi dengan tata-bahasa dan bangun fonologis yang disederhanakan. Bahasa tersebut muncul umumnya terdiri dari kategori-kategori tata-bahasa dan fonologis seperti orang yang mempunyai bahasa lain menjadi bahasa pertamanya. Tapi jika sebuah bahasa Pijin terjadi bahasa utama dari suatu komunitas, maka nantinya anak-naka mereka akan tumbuh mempelajari pijin menjadi bahasa pertama mereka. Saat generasi dari anak-anak tersebut tumbuh, pijin terkadang akan tampak berubah bangunnya dan memperoleh tingkat kompleksitas yang tinggi. Tipe bahasa ini dinamakan dengan bahasa kreol. Contoh dari bahasa campuran yaitu Tok Pisin, bahasa resmi dari Papua New-Guinea, yang awalnya muncul menjadi Pijin berdasarkan bahasa Inggris dan Bahasa Austronesian; contoh yang lain yaitu Kreyòl ayisyen, bahasa kreol berbasiskan Prancis yang dipergunakan di Haiti, dan Michif, bahasa campuran di Kanada, berdasarkan pada bahasa Natif Amerika Cree dan Prancis. [101] [102]

Keberagaman linguistik

BahasaPenutur asli
(dalam jutaan)[103]
Mandarin845
Spanyol329[notes 4]
Inggris328
Bahasa Arab221
Hindi182
Bengali181
Portugis178
Rusia144
Jepang122
Jerman90,3

"Bahasa hidup" sederhananya yaitu bahasa yang secara lebar dipergunakan menjadi bentuk komunikasi utama oleh kelompok tertentu dari warga. Jumlah mesti dari bahasa hidup beragam dari 6.000 hingga 7.000, bergantung kepada presisi dari makna seseorang tentang "bahasa", dan paling penting, tentang bagaimana seseorang membedakan antara bahasa dan dialek. Pada tahun 2009, SIL ethnologue mengkatalogkan 6909 bahasa hidup manusia.[103] Ethnologue mendirikan grup linguistik untuk mempelajari kejelasan mutual, dan makanya terkadang menyertakan lebih banyak kategori-kategori daripada klasifikasi konservatif. Menjadi contohnya, Bahasa Denmark yang banyak pakar menganggap menjadi bahasa tunggal dengan beberapa dialek, dikelompokkan menjadi dua bahasa selisih (Danish dan Jutish) oleh Ethnologue. [103]

Ethnologue terkadang juga dikritik karena memanfaatkan data kumulatif yang dikumpulkan semasa beberapa dekade, yang berarti bahwa jumlah mesti dari penutur seringkali kedaluwarsa, dan beberapa bahasa diklasifikasikan menjadi hidup mungkin telah terjadi punah. Sesuai keadaan Ethnologue, 389 (atau hampir 6%) bahasa mempunyai lebih dari sejuta penutur. Bahasa-bahasa tersebut bersama mencatat sekitar 94% dari populasi dunia, sebaliknya 94% dari bahasa dunia dipergunakan oleh 6% dari populasi golbal. Di sebelah kanan yaitu tabel dari 10 bahasa paling banyak dinyatakan didunia dengan populasi diestimasi dari Ethnologue (perhitungan tahun 2009).[103]

Bahasa dan dialek

Tidak sah perbedaan jelas antara sebuah bahasa dan sebuah dialek, meskpun sebuah aforisme terkenal diatribusikan pada linguis Max Weinreich bahwa "sebuah bahasa yaitu sebuah dialek dengan angkatan darat dan angkatan laut". [104] Contohnya, perbatasan negara seringkali menimpa perbedaan linguistik dalam memilihkan apakah dua ragam linguistik yaitu bahasa atau dialek. Bahasa Kanton dan Bahasa Mandarin, menjadi contohnya, acap dikelompokkan menjadi "dialek" dari Cina, walaupun mereka lebih selisih satu sama lain daripada Bahasa Swedia yaitu dari Bahasa Norwegia. Sebelum pertempuran sipil Yugoslavia, Bahasa Serbia-Kroasia dianggap sebuah bahasa tunggal dengan dua dialek, tapi sekarang Bahasa Kroasia dan Bahasa Serbia dianggap bahasa selisih, dan memanfaatkan sistem tulis yang selisih. Dengan ucap lain, perbedaannya dapat saja tergantung pada pertimbangan politik seperti perihalnya pada perbedaan kultural, perbedaan sistem tulis, atau tingkat dari Kejelasan mutual. [105]

Rumpun bahasa di Dunia

Rumpun bahasa utama di dunia (dan pada beberapa kasus kelompok geografis dari rumpun-rumpun). Untuk rincian lebih lanjut, lihat Distribusi bahasa di dunia.

Bahasa-bahasa di dunia dapat dikelompokan terjadi rumpun bahasa meliputi bahasa-bahasa yang dapat diperlihat mempunyai leluhur yang sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa, walau beberapa dari mereka dapat dikelompokan terjadi unit lebih akbar jika lebih banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang sah lusinan bahasa terisolasi: bahasa yang tidak dapat ditunjukkan berelasi dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adlah Basque, dinyatakan di Eropa, Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di Pakistan dan banyak yang lain.

Rumpun bahasa di dunia yang mempunyai jumlah penutur paling banyak yaitu Bahasa Indo-Eropa, dinyatakan oleh 46% dari populasi dunia. Rumpun ini menyertakan bahasa utama dunia seperti Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, dan Hindustani (Hindi / Urdu). Rumpun bahasa Indo-Eropa hingga pemerataan pertama semasa Periode Migrasi Eurasia (400-800 M), dan dilangsungkan lewat ekspansi kolonial Eropa, yang membawa bahasa Indo-Eropa ke jabatan dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dinyatakan oleh 21% populasi dunia dan menyertakan banyak bahasa dari Asia Timur, termasuk Cina Mandarin, Bahasa Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.

Afrika yaitu rumah bagi sejumlah akbar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu rumpun bahasa Niger-Kongo, yang menyertakan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona, dan Bahasa Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terbilang 6,4% dari populasi dunia. Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang menyertakan Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew, dan bahasa-bahasa di wilayah Sahara, seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.

Bahasa Austronesian dinyatakan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar hingga Asia Tenggara Laut hingga Oseania. Ia menyertakan beberapa bahasa seperti Bahasa Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia dan Taiwan. Bahasa Austronesian dianggap bersumber dari Taiwan sekitar 3000 SM. dan tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat yang lain yaitu Bahasa Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu), Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), Austroasiatic (di antaranya Khmer), dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa Thai). [106]

Lahan di dunia yang mempunyai keberagaman linguistik tertinggi, seperti Amerika, Papua New Guinea, Afrika Barat, dan Asia-Selatan, mempunyai ratusan rumpun bahasa kecil. Di Amerika, beberapa rumpun bahasa akbar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa Oto-Manguean, dan Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, banyakan bahasa pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan, walaupun Papua-New Guinea yaitu rumah bagi sejumlah akbar rumpun bahasa kecil dan terisolasi, menjadi perihalnya juga sejumlah bahasa Austronesian. [107]

Kepunahan bahasa

Bersama, delapan negara dengan warna merah terdiri dari 50% dari bahasa dunia. Lahan warna biru yaitu yang paling beragam secara linguistik di dunia, dan lokasi dari bahasa paling terancam punah di dunia.

Hampir punahnya bahasa terjadi jika sebuah bahasa sah pada resiko tidak dipergunakan lagi jika penuturnya meninggal atau bergeser memanfaatkan bahasa lain. Bahasa hilang terjadi saat bahasa tersebut tidak mempunyai penutur asli, dan terjadi sebuah bahasa mati. Jika seterusnya tidak sah lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia terjadi bahasa punah. Walau bahasa selalu terjadi punah semasa sejarah manusia, sekarang mereka menghilang dengan laju kian cepat dikarenakan proses-proses dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi bahasa yang lain. [1]

Kian bahasa yang secara umum dinyatakan mendominasi bahasa yang jarang dinyatakan dan maka, bahasa yang jarang dinyatakan nantinya akan menghilang dari populasi. Jumlah total dari bahasa di dunia tidak diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak faktor. Konsensusnya yaitu sekitar 6.000 [2] dan 7.000 bahasa yang sekarang dinyatakan, dan antara 50-90% dari mereka akan terjadi punah pada tahun 2100. [1] 20 Bahasa teratas dinyatakan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya, dinyatakan oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain yang dinyatakan oleh komunitas yang lebih kecil, banyakan mereka kurang dari 10.000 penutur. [1]

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization mengadakan kampanye dengan lima tingkat dari bahasa yang terancam punah: "aman", "rentan" (tidak dinyatakan oleh anak di luar rumah), "pasti punah" (tidak dinyatakan oleh anak), "punah parah" (hanya dinyatakan oleh generasi tua), dan "langka kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota dari generasi tua, terkadang semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih adun jika keseluruhan memanfaatkan sebuah bahasa utama lingua franca, seperti bahasa Inggris atau Esperanto, sah suatu konsensus bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman kultural dari dunia. Yaitu kepercayaan umum, merujuk kembali pada narasi alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik, [24] tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak episode-episode kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan keberagaman linguistik yang rendah seperti Yugoslavia dan Pertempuran Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman Nazi dan Rwanda, meskipun banyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat multilingual. [108]

Banyak proyek-proyek sedang terjadi berhaluan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan tersebut dengan merevitalisasi bahasa yang terancam penuh dan mempromosikan edukasi dan literasi terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak negara telah memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk melindungi dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa. Minoritas linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa yaitu babak alami yang seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan mendokumentasikan bahasa yang terancam punah demi keturunan sudah cukup. [109]

Lihat juga

Daftar-daftar

Catatan

Catatan-catatan kandungan

  1. ^ Koko si gorila dilaporkan memanfaatkan sebanyak 1000 ucap dalam bentuk Bahasa Isyarat Amerika, dan segala sesuatu yang diajarkan sebanyak 2000 ucap dalam bahasa Inggris. Sah beberapa keraguan tentang apakah dia memanfaatkan isyarat berdasarkan pemahaman yang kompleks atau sederhana hanya karena pengkondisian. (Candland (1993)).
  2. ^ "[Tata-bahasa fungsional] menganalisa bangun tata-bahasa, seperti perihalnya tata-bahasa formal dan struktural; tapi ia juga menganalisa keseluruhan situasi komunikatif: tujuan dari pembicaraan, pembicaranya, konteks diskursusnya. Fungsionalis mempertahankan motif situasi komunikatif, batasan, penjelasan, atau sebaliknya memilihkan bangun tata-bahasa, dan bahwa pendekatan struktural atau formal tidak hanya berhingga pada basis data yang secara artifisial membatasi, tapi ketidakcukupannya bahkan menjadi suatu catatan struktural. Atur bahasa fungsional, maka, selisih dari atur bahasa formal dan struktural di mana ia bermaksud tidak untuk memodelkan tapi untuk menjelaskan; dan penjelasannya didasarkan pada situasi komunikatif." (Nichols (1984))
  3. ^ Prefiks asterisk * secara konvensi mengindikasikan bahwa kalimat tersebut tidak mempunyai tata-bahasa, yaitu tidak sah secara sintaks
  4. ^ Penghitungan Ethnologue didasarkan pada jumlah sebelum 1995. Penghitungan yang terbaru yaitu 420 juta ("Primer estudio conjunto del Instituto Cervantes y el British Council sobre el peso internacional del español y del inglés". Instituto Cervantes (www.cervantes.es). )

Kutipan-kutipan

  1. ^ a b c d Austin & Sallabank (2011)
  2. ^ a b Moseley (2010)
  3. ^ "language". The American Heritage Dictionary of the English Language (ed. 3rd). Boston: Houghton Mifflin Company. 1992. 
  4. ^ Lyons (1981)
  5. ^ Lyons (1981)
  6. ^ Trask (2007:129–31)
  7. ^ Hauser & Fitch (2003)
  8. ^ a b c Pinker (1994)
  9. ^ Trask 2007, hlm. 93.
  10. ^ a b Saussure (1983)
  11. ^ Campbell (2001)
  12. ^ Chomsky (1957)
  13. ^ Trask (2007)
  14. ^ a b c d Newmeyer (1998)
  15. ^ a b c Evans & Levinson (2009)
  16. ^ Van Valin (2001)
  17. ^ Hockett (1960); Deacon (1997)
  18. ^ a b Trask (1999:1–5)
  19. ^ Trask (1999)
  20. ^ a b Tomasello (2008)
  21. ^ a b Deacon (1997)
  22. ^ Hauser, Chomsky & Fitch (2002)
  23. ^ Trask (2007)
  24. ^ a b Haugen (1973)
  25. ^ Ulbaek (1998)
  26. ^ Chomsky 2000, hlm. 4.
  27. ^ Fitch 2010, hlm. 466-507.
  28. ^ Fitch 2010, hlm. 250-92.
  29. ^ Foley 1997, hlm. 70-74.
  30. ^ Fitch 2010, hlm. 292-3.
  31. ^ Campbell (2001)
  32. ^ Bloomfield 1914, hlm. 310
  33. ^ Clarke (1990:143–144)
  34. ^ Foley (1997)
  35. ^ Croft & Cruse (2004:1)
  36. ^ Trask (1999)
  37. ^ Fisher, Lai & Monaco (2003)
  38. ^ a b Lesser (1989)
  39. ^ Trask (1999)
  40. ^ Trask (1999)
  41. ^ Sandler & Lillo-Martin (2001)
  42. ^ MacMahon (1989)
  43. ^ a b c d MacMahon (1989)
  44. ^ a b International Phonetic Association (1999)
  45. ^ MacMahon (1989)
  46. ^ MacMahon (1989)
  47. ^ Ladefoged & Maddieson (1996)
  48. ^ a b Lyons (1981)
  49. ^ Trask (1999)
  50. ^ Lyons (1981)
  51. ^ Levinson (1983)
  52. ^ Levinson_1983
  53. ^ Goldsmith (1995)
  54. ^ International Phonetic Association (1999)
  55. ^ Ladefoged & Maddieson (1996)
  56. ^ International Phonetic Association (1999)
  57. ^ a b Trask (2007)
  58. ^ International Phonetic Association (1999)
  59. ^ Sandler & Lillo-Martin (2001)
  60. ^ Trask (2007)
  61. ^ a b Coulmas (2002)
  62. ^ Trask (2007)
  63. ^ Lyons (1981)
  64. ^ Allerton (1989)
  65. ^ Payne (1997)
  66. ^ Aronoff & Fudeman (2011)
  67. ^ Bauer (2003)
  68. ^ Haspelmath (2002)
  69. ^ Payne (1997)
  70. ^ Trask (2007)
  71. ^ Baker (2001)
  72. ^ Trask (2007)
  73. ^
  74. ^ a b Trask (2007)
  75. ^ Nichols (1992);Comrie (1989)
  76. ^ a b Croft (2001)
  77. ^ Greenberg (1966)
  78. ^ Croft (2001)
  79. ^ Campbell (2004)
  80. ^ Austin & Sallabank (2011)
  81. ^ Levinson (1983)
  82. ^ Levinson (1983)
  83. ^ Levinson (1983)
  84. ^ Bonvillian, John D.; Michael D. Orlansky and Leslie Lazin Novack (December 1983). "Developmental milestones: Sign language acquisition and motor development". Child Development 54 (6): 1435–1445. 
  85. ^ O'Grady, William; Cho, Sook Whan (2001). "First language acquisition". Contemporary Linguistics: An Introduction (ed. fourth). Boston: Bedford St. Martin's. 
  86. ^ a b Foley (1997)
  87. ^ Agha (2006)
  88. ^ a b Foley (1997)
  89. ^ Olson (1996)
  90. ^ Aitchison (2001)
  91. ^ Trask (1999)
  92. ^ Clackson (2007)
  93. ^ Aitchison (2001)
  94. ^ Zentella (2002)
  95. ^ Labov (1994)
  96. ^ Labov (2001)
  97. ^ Thomason (2001)
  98. ^ Romaine (2001)
  99. ^ Campbell (2002)
  100. ^ Aikhenvald (2001)
  101. ^ Thomason & Kaufman (1988); Thomason (2001)
  102. ^ Matras & Bakker (2003)
  103. ^ a b c d Lewis (2009)
  104. ^ Rickerson, E.M. "What's the difference between dialect and language?". The Five Minute Linguist. College of Charleston. Diakses 17 July 2011. 
  105. ^ Lyons (1981)
  106. ^ Katzner (1999); Comrie (2009); Brown & Ogilvie (2008)
  107. ^ Katzner
  108. ^ Austin & Sallabank (2011)
  109. ^ Ladefoged (1992)

Referensi

  1. Agha, Agha (2006). Language and Social Relations. Cambridge University Press.
  2. Aikhenvald, Alexandra (2001). "Introduction". In Alexandra Y. Aikhenvald; R. M. W. Dixon. Areal diffusion and genetic inheritance: problems in comparative linguistics. Oxford: Oxford University Press. hlm. 1–26.
  3. Aitchison, Jean (2001). Language Change: Progress or Decay? (ed. 3rd (1st edition 1981)). Cambridge, New York, Melbourne: Cambridge University Press.
  4. Allerton, D. J. (1989). "Language as Form and Pattern: Grammar and its Categories". In Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
  5. Aronoff, Mark; Fudeman, Kirsten (2011). What is Morphology. John Wiley & Sons.
  6. Austin, Peter K; Sallabank, Julia (2011). "Introduction". In Austin, Peter K; Sallabank, Julia. Cambridge Handbook of Endangered Languages. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-88215-6.
  7. Baker, Mark C. (2001). "Syntax". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 265–295.
  8. Bauer, Laurie (2003). Introducing linguistic morphology (ed. 2nd). Washington, D.C.: Georgetown University Press. ISBN 0-87840-343-4.
  9. Bloomfield, Leonard (1914). An introduction to the study of language. New York: Henry Holt and Company.
  10. Brown, Keith; Ogilvie, Sarah, ed. (2008). Concise Encyclopedia of Languages of the World. Elsevier Science. ISBN 0-08-087774-5.
  11. Clackson, James (2007). Indo-European Linguistics: An Introduction. Cambridge University press.
  12. Campbell, Lyle (2002). "Areal linguistics". In Bernard Comrie, Neil J. Smelser and Paul B. Balte. International Encyclopedia of Social and Behavioral Sciences. Oxford: Pergamon. hlm. 729–733.
  13. Campbell, Lyle (2004). Historical Linguistics: an Introduction (ed. 2nd). Edinburgh and Cambridge, MA: Edinburgh University Press and MIT Press.
  14. Campbell, Lyle (2001). "The History of Linguistics". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 81–105.
  15. Candland, Douglas Keith (1993). Feral Children and Clever Animals: Reflections on Human Nature. Oxford University Press US. hlm. 293–301. ISBN 0-19-510284-3.
  16. Chomsky, Noam (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton.
  17. Chomsky, Noam (2000). The Architecture of Language. Oxford: Oxford University Press.
  18. Clarke, David S. (1990). Sources of semiotic: readings with commentary from antiquity to the present. Carbondale: Southern Illinois University Press.
  19. Comrie, Bernard (1989). Language universals and linguistic typology: Syntax and morphology. (ed. 2nd). Oxford: Blackwell. ISBN 0-226-11433-3.
  20. Comrie, Bernard, ed. (2009). The World's Major Languages. New York: Routledge. ISBN 978-0-415-35339-7.
  21. Coulmas, Florian (2002). Writing Systems: An Introduction to Their Linguistic Analysis. Cambridge University Press.
  22. Croft, William; Cruse, D. Alan (2004). Cognitive Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
  23. Croft, William (2001). "Typology". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 81–105.
  24. Crystal, David (1997). The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
  25. Deacon, Terrence (1997). The Symbolic Species: The Co-evolution of Language and the Brain. New York: W.W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-31754-1.
  26. Duranti, Alessandro (2003). "Language as Culture in U.S. Anthropology: Three Paradigms". Current Anthropology 44 (3): 323–348.
  27. Evans, Nicholas; Levinson, Stephen C. (2009). The myth of language universals: Language diversity and its importance for cognitive science 32 (5). Behavioral and Brain Sciences. hlm. 429–492.
  28. Fisher, Simon E.; Lai, Cecilia S.L.; Monaco, Anthony P. (2003). "Deciphering the Genetic Basis of Speech and Language Disorders". Annual Review of Neuroscience 26: 57–80. doi:10.1146/annurev.neuro.26.041002.131144. PMID 12524432.
  29. Fitch, W. Tecumseh (2010). The Evolution of Language. Cambridge: Cambridge University Press.
  30. Foley, William A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Blackwell.
  31. Goldsmith, John A (1995). "Phonological Theory". In John A. Goldsmith. The Handbook of Phonological Theory. Blackwell Handbooks in Linguistics. Blackwell Publishers. ISBN 1-4051-5768-2.
  32. Greenberg, Joseph (1966). Language Universals: With Special Reference to Feature Hierarchies. The Hague: Mouton & Co.
  33. Haspelmath, Martin (2002). Understanding morphology. London: Arnold, Oxford University Press. (pbk)
  34. Haugen, Einar (1973). "The Curse of Babel". Daedalus 102 (3, Language as a Human Problem): 47–57.
  35. Hauser, Marc D.; Chomsky, Noam; Fitch, W. Tecumseh (2002). "The Faculty of Language: What Is It, Who Has It, and How Did It Evolve?". Science 22 298 (5598): 1569–1579.
  36. Hauser, Marc D.; Fitch, W. Tecumseh (2003). "What are the uniquely human components of the language faculty?". In M.H. Christiansen and S. Kirby. Language Evolution: The States of the Art. Oxford University Press.
  37. Hockett, Charles F. (1960). "Logical considerations in the study of animal communication". In W.E. Lanyon; W.N. Tavolga. Animals sounds and animal communication. hlm. 392–430.
  38. International Phonetic Association (1999). Handbook of the International Phonetic Association: A guide to the use of the International Phonetic Alphabet. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-65236-7.
  39. Katzner, K (1999). The Languages of the World. New York: Routledge.
  40. Labov, William (1994). Principles of Linguistic Change vol.I Internal Factors. Blackwell.
  41. Labov, William (2001). Principles of Linguistic Change vol.II Social Factors. Blackwell.
  42. Ladefoged, Peter (1992). "Another view of endangered languages". Language 68 (4): 809–811.
  43. Ladefoged, Ian; Maddieson (1996). The sounds of the world's languages. Oxford: Blackwell. hlm. 329–330. ISBN 0-631-19815-6.
  44. Lesser, Ruth (1989). "Language in the Brain: Neurolinguistics". In Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
  45. Levinson, Stephen C. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
  46. Lewis, M. Paul (ed.) (2009). "Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition". Dallas, Tex.: SIL International.
  47. Lyons, John (1981). Language and Linguistics. Cambridge University Press. ISBN 0-521-29775-3.
  48. MacMahon, M.K.C. (1989). "Language as available sound:Phonetics". In Collinge, N.E. An Encyclopedia of Language. London:NewYork: Routledge.
  49. Matras, Yaron; Bakker, Peter, ed. (2003). The Mixed Language Debate: Theoretical and Empirical Advances. Berlin: Walter de Gruyter. ISBN 3-11-017776-5.
  50. Moseley, Christopher, ed. (2010). Atlas of the World’s Languages in Danger, 3rd edition.. Paris: UNESCO Publishing.
  51. Newmeyer, Frederick J. (2005). The History of Linguistics. Linguistic Society of America. ISBN 0-415-11553-1.
  52. Newmeyer, Frederick J. (1998). Language Form and Language Function. Cambridge,MA: MIT Press.
  53. Nichols, Johanna (1992). Linguistic diversity in space and time. Chicago: University of Chicago Press. ISBN 0-226-58057-1.
  54. Nichols, Johanna (1984). "Functional Theories of Grammar". Annual Review of Anthropology 13: 97–117.
  55. Olson, David R. (1996). "Language and Literacy: what writing does to Language and Mind". Annual Review of Applied Linguistics 16: 3–13. doi:10.1017/S0267190500001392.
  56. Payne, Thomas Edward (1997). Describing morphosyntax: a guide for field linguists. Cambridge University Press. hlm. 238–241.
  57. Pinker, Steven (1994). The Language Instinct: How the Mind Creates Language. Perennial.
  58. Romaine, Suzanne (2001). "Multilingualism". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 512–533.
  59. Saussure, Ferdinand de (1983) [1913]. In Bally, Charles; Sechehaye, Albert. Course in General Linguistics. La Salle, Illinois: Open Court. ISBN 0-8126-9023-0. Unknown parameter |translator= ignored (help)
  60. Sandler, Wendy; Lillo-Martin, Diane (2001). "Natural Sign Languages". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 533–563.
  61. Swadesh, Morris (1934). "The phonemic principle". Language 10 (2): 117–129. doi:10.2307/409603. JSTOR 409603.
  62. Tomasello, Michael (2008). Origin of Human Communication. MIT Press.
  63. Thomason, Sarah G.; Kaufman, Terrence (1988). Language Contact, Creolization and Genetic Linguistics. University of California Press.
  64. Thomason, Sarah G. (2001). Language Contact - An Introduction. Edinburgh University Press.
  65. Trask, Robert Lawrence (1999). Language: The Basics (ed. 2nd). Psychology Press.
  66. Trask, Robert Lawrence (2007). In Stockwell, Peter. Language and Linugistics: The Key Concepts (ed. 2nd). Routledge.
  67. Ulbaek, Ib (1998). "The Origin of Language and Cognition". In J. R. Hurford & C. Knight. Approaches to the evolution of language. Cambridge University Press. hlm. 30–43.
  68. Van Valin, jr, Robert D. (2001). "Functional Linguistics". In Mark Aronoff; Janie Rees-Miller. The Handbook of Linguistics. Blackwell. hlm. 319–337.
  69. Zentella, Ana Celia (2002). "Spanish in New York". In García, Ofelia; Fishman, Joshua. The Multilingual Apple: Languages in New York City. Walter de Gruyter.


Sumber :
kategori-antropologi.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dsb.