Kura-kura

Kura- Kura
Rentang fosil: Masa Trias - sekarang
Kura-kura kubus Florida Terrapene carolina
Kura-kura kubus Florida Terrapene carolina
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Kelas:Sauropsida
Ordo:Testudinata
Linnaeus, 1758
Subordo

Cryptodira
Pleurodira
Mengenai suku-suku Testudinata, lihat pada uraian.


Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang dinamakan (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan gampang dikenali dengan hadirnya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.

Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung dinamakan karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) dinamakan plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik mulia dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan ditukarkan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yalah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura cairan tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

Evolusi

Bagaimana batok kura-kura itu terwujud dan berkembang dalam proses evolusinya, belum diperoleh keterangan yang jelas. Fosil kura-kura tertua kedua yang berasal dari Masa Trias (sekitar 210 juta tahun silam), Proganochelys, telah mempunyai bentuk mirip dengan kura-kura masa sekarang. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung yang sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang belum cukup lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon, misalnya, adalah kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya mampu sampai lebih dari 4 m. Fosil kura-kura tertua yang ditemukan saat ini adalah Odontochelys yang ebrasal dari sekitar 220 juta tahun silam.

Banyak jenis kura-kura yang hidup sekarang bisa menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya, sehingga mampu menyelamatkan diri. Namun beberapa kura-kura primitif, seperti contohnya penyu, tak mampu menarik masuk bagian badannya itu.

Kebiasaan Hidup

Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Beberapa jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di cairan tawar maupun di lautan. Kura-kura hadir yang bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) atau campuran (omnivora).

Kura-kura tidak mempunyai gigi. Hendak tetapi perkerasan tulang di moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang dijadikan makanannya.

Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, hadir yang kecil hadir yang mulia. Biasanya ditunjukkan dengan panjang karapasnya (CL, carapace length). Kura-kura terbesar adalah penyu belimbing, yang karapasnya mampu sampai panjang 300 cm. Labi-labi terbesar adalah labi-labi irian, dengan panjang karapas sekitar 51 inci. Sementara kura-kura raksasa dari Kep. Galapagos dan Kep. Seychelles panjangnya mampu melebihi 50 inci. Sedangkan yang terkecil adalah kura-kura mini dari Afrika Selatan, yang panjang karapasnya tidak melebihi 8 cm.

Kura-kura berbiak dengan bertelur (ovipar). Sejumlah beberapa butir (pada kura-kura darat) hingga lebih dari seratus butir telur (pada beberapa jenis penyu) diletakkan setiap kali bertelur, biasanya pada lubang pasir di tepi sungai atau laut, untuk kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bantuan panas matahari. Telur penyu menetas belum cukup lebih setelah dua bulan (50-70 hari) tersimpan di pasir.

Jenis kelamin anak kura-kura yang bakal lahir salah satunya ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu tersimpan. Pada biasanya jenis kura-kura, suhu di atas rata-rata kebiasaan hendak memproduksi hewan betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung memproduksi banyak hewan jantan.

Kura-kura termasuk salah satu jenis hewan yang berumur panjang. Reptil ini mampu hidup puluhan tahun, bahkan seekor kura-kura darat dari Kep. Seychelles tercatat hidup selama 152 tahun (1766 – 1918).

Kura-kura dan Manusia

Kura-kura secara tradisional adalah hewan yang akrab dengan manusia. Mitologi Hindu menyebutkan bahwa bumi ini disangga oleh empat ekor kura-kura. Demikian pula, kisah kuno Adiparwa menceritakan bahwa kura-kura raksasa berperan penting menyangga gunung, yang diputar dan dipakai untuk mengaduk lautan, dalam mencari tirta amerta –air kehidupan.

Labi-labi juga dijadikan hewan yang disucikan, sehingga kerap dipelihara di kolam-kolam kuil Hindu atau tempat suci lainnya. Karena itu, lukisan kura-kura kadang-kadang timbul pada relief candi atau makam.

Pada sisi lainnya, daging kura-kura dan penyu telah sejak lama dikenal sebagai makanan yang lezat. Beribu-ribu ekor labi-labi, kura-kura dan penyu, terutama penyu hijau, belakangnya hidupnya setiap tahun di dapur restoran. Demikian pula nasib telur-telurnya, banyak yang belakangnya dijadikan santapan manusia.

Sejenis penyu, yakni penyu sisik (Eretmochelys imbricata), diburu orang untuk diambil sisiknya yang indah sebagai bahan perhiasan. Bersama penyu sisik, beberapa jenis penyu lainnya juga kerap dibunuh dan dikeringkan (diopset) untuk dijadikan alat berselok dinding.

Di samping itu banyak jenis kura-kura yang ditangkapi untuk diperdagangkan sebagai hewan timangan (pet). Baik karena keindahan warnanya, keunikannya, atau –ironisnya- kelangkaannya. Beberapa jenisnya mampu sampai harga yang sangat mahal.

Tekanan yang tinggi dan bertali-tali ini, telah menurunkan banyak populasi kura-kura ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Apalagi biasanya habitat alaminya di sungai-sungai, rawa dan hutan juga telah turut rusak yang belakang sekali suatu peristiwa aktivitas manusia. Pada pihak lain, perkembangan populasi kura-kura amat lambat dan biasanya malah belum diketahui sifat-sifat dan kebiasaannya. Oleh karena itu tindakan konservasi bagi hewan ini amat diperlukan.

Dari semua bangsa kura-kura, hanya penyu yang telah dilindungi dengan cukup baik di Indonesia. Nyaris semua jenisnya telah dilindungi oleh undang-undang. Banyak pantai peneluran penyu yang telah diisikan ke dalam kawasan yang dilindungi, seperti misalnya Pantai Sukamade di Jawa Timur dan Pantai Jamursba-Medi di Papua. Meski demikian, penangkapan penyu dan pengambilan telurnya masih juga aci secara ilegal dan sulit dihentikan.

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran

"Chelonia" dari karya Ernst Haeckel Artforms of Nature, 1904

Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian alam. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.

Suku-suku tersebut dan beberapa contohnya:

Anak bangsa (Sub Ordo) Pleurodira

Chelidae, kura-kura leher ular

Suku ini dinamai demikian karena biasanya bagiannya mempunyai leher yang panjang. Karena tak mampu ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya.

Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang hadir di Indonesia, di antaranya:

  • Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
  • Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
  • Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)

Pelomedusidae

Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, bagian suku ini adalah kura-kura cairan tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.

Anak bangsa Cryptodira

Cheloniidae, penyu

Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dituturkan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak mampu ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang mempunyai bentuk dayung, dan lubang hidungnya yang hadir di sisi atas moncongnya, adalah bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.

Penyu tersebar lebar di samudera-samudera di seluruh alam. Dari tujuh spesies bagian suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:

Dermochelyidae, penyu belimbing

Suku penyu ini hanya mempunyai satu bagian saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan mulia hingga ke daerah dingin, penyu ini adalah kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang karapas) mampu sampai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau belum cukup, dan beratnya menghampiri 1 ton.

Chelydridae

Suku ini terdiri dari kura-kura cairan tawar berekor panjang dan berkepala mulia, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga bagiannya (Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa pandai memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae. Tidak hadir di Indonesia.

Kinosternidae

Yakni suku kura-kura cairan tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang bisa mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.Catatan penting, jenis ini mempunyai kelamin yang persis sama dengan milik pria dewasa. Ketika ereksi, sang betina sanggup berjam jam menjilati kelamin kekasihnya. Uniknya, selama hidupnya sang betina boleh bertukar pasangan namun hanya mau oral dengan satu kura kura saja.

Dermatemyidae

Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif mulia dan hidup di sungai-sungai.

Carettochelyidae, labi-labi moncong babi

Suku ini hanya mempunyai satu bagian yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.

Trionychidae, labi-labi

Menyebar lebar di Amerika utara, (Eropa ?), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:

  • Bulus (Amyda cartilaginea)
  • Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
  • Labi-labi hutan (Dogania subplana)
  • Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
  • Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)

Emydidae

Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di cairan tawar di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae adalah salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah bagiannya. Tidak hadir spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).

Geoemydidae

Adalah suku kura-kura yang terbanyak bagiannya, Geoemydidae (dahulu dinamakan Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, bagian suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura cairan tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:

  • Biuku (Batagur baska)
  • Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
  • Kuya batok (Cuora amboinensis)

Testudinidae, kura-kura darat sejati

Adalah suku kura-kura darat dengan banyak bagian yang tersebar lebar di seluruh alam. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua bagiannya terdapat di Indonesia:

Anak bangsa Paracryptodira

Telah punah.

Galeri

Kura-kura Kepulauan Galapagos (Chelonoidis nigra)

Bahan Bacaan

Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura & Buaya Indonesia & Papua Nugini

Zug, G.R. 1993. Herpetology. Academic Press.

Pranala luar



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, kategori-antropologi.program-reguler.co.id, dsb.