Ahmadiyyah

Bismillah mod.png
Bagian dari seri tentang:
Ahmadiyah
Keyakinan & Ritual
Rukun Islam · Rukun
Iman
 · Quran
Sunnah · Hadits
Orientasi

Kenabian · Isa

Jihad · Evolusi
Mirza Ghulam Ahmad
Ajaran · Klaim
Tulisan
Literatur
Baraahin Ahmadiyyah ·
Filsafat Ajaran
Islam
 · Al Masih di Hindustan
Nuur-ul-Haq · Revelation,
Rationality, Knowledge &
Truth
 · Kemenangan Islam
Malfuuzhaat · Tafseer-e-Kabeer  · Haqā’iq al-Furqān
Jamaah Muslim
Ahmadiyah
Penerus Al Masih:
I · II · III · IV · V
Jalsah Salanah · Masjid · Jamiah
MTA International
Lain-lain
Penindasan · Gerakan
Ahmadiyah Lahore
 · Daftar Ahmadi
Lihat juga
Portal Ahmadiyah

Ahmadiyyah (Urdu: احمدیہ Ahmadiyyah) atau sering pula ditulis Ahmadiyah, yaitu sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi.[1]

Para pengikut Ahmadiyah, yang dinamakan sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi dijadikan dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian). Pengikut kelompok ini di Indonesia mewujudkan organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).[2] Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini mewujudkan organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang memperoleh Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. Perhitungan Landasan organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35.[3]

Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Luhur Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan untuk penganut Ahmadiyah untuk mengakhiri agendanya yang bertentangan dengan Islam.[4]

Tujuan pendirian

Jemaat Muslim Ahmadiyah (Ahmadiyya Muslim Community) yaitu satu organisasi keagamaan Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di alam[5]. Jemaat Muslim Ahmadiyah yaitu suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang mempunyai cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Kala ini jumlah keanggotaannya di seluruh alam lebih dari 150 juta orang.[6] Jemaat Ahmadiyah Internasional juga telah mengalihbahasakan al Quran ke dalam bahasa-bahasa mulia di alam dan sedang merampungkan pengalihbahasaan al Quran ke dalam 100 bahasa di alam. Sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah mengalihbahasakan al Quran dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa.

Ahmadiyah Qadian dan Lahore

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri aliran Ahmadiyyah.

Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad yaitu Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Hendak tetapi dua kelompok tersebut mempunyai perbedaan prinsip:

  • Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor[7]), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad yaitu seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tanpa membawa syariat baru.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:

  1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki lahir Qadian, India sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya di belakang masa seratus tahun oleh Allah SWT.
  2. Mengimani dan meyakini bahwa kitab Alquran yaitu satu-satunya kitab suci.
  3. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tanpa terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian (nabi ummati/nabi pengikut Rasulullah saw. yang hanya mengikuti syariat Islam terus berlanjut sampai hari kiamat.
  4. Mengimani dan meyakini bahwa Mekah dan Madinah tempat suci sebagaimana umat Islam biasanya.
  5. Wanita Ahmadiyah dianjurkan menikah dengan laki-laki Ahmadiyah demi melindungi dan meneruskan keturunan rohani, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.
  • Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Yogyakarta). Dengan agenda umum kelompok ini tanpa menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam [8].

Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:

  1. Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al Quran dan Hadits, dan percaya pada semua agenda agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf dan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad SAW yaitu nabi yang terakhir.
  2. Nabi Muhammad SAW yaitu khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tanpa hendak masuk nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
  3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tanpa hendak membawa wahyu nubuwat untuk siapa pun.
  4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu sebutan saja untuk seseorang, karenanya hendak bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
  5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, hendak tetapi silsilah wahyu walayat tetap membuka, agar iman dan kelakuan umat tetap cerah dan segar.
  6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap hendak masuk auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, hendak tetapi tanpa hendak masuk nabi.
  7. Mirza Ghulam Ahmad yaitu mujaddid 100 tahun 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid hendak tetap hadir. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
  8. Percaya untuk Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun Iman, karenanya dari itu orang yang tanpa percaya untuk Mirza Ghulam Ahmad tanpa bisa dinamakan kafir.
  9. Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tanpa boleh dinamakan kafir. Mungkin dia bisa salah, hendak tetapi seseorang dengan karena bersalah dan maksiat, tanpa bisa dinamakan kafir.
  10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad yaitu pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW.[9]

Sejarah penyebaran di Indonesia

Ahmadiyah Qadian

Tiga pemuda dari Sumatera Thawalib yakni suatu pesantren di Padangpanjang, Sumatera Barat menghindar dari negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka yaitu (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan.

Awal mulanya meraka hendak berangkat ke Mesir, karena kala itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai dijadikan pusat pemikiran Modernisasi Islam.

Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Sehabis beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang hadir di kampuang Qadian. Dan sehabis mendapatkan pernyataan dan keterangan, belakangnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.

Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk berusaha bisa di Madrasah Ahmadiyah yang sekarang dinamakan Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan proses mengajarkan disana, Mereka mengundang rekan-rekan murid di Sumatera Thawalib untuk berusaha bisa di Qadian. Sebentar kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Thawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.

Dua tahun sehabis peristiwa itu, para murid Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini diantarkan (alm) Haji Mahmud - juru cakap para murid Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a... Dia meyakinkan bahwa meskipun dia sendiri tanpa mampu mengunjungi Indonesia, dia hendak mengirim wakil dia ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.

Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT ditinggal Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera Barat. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.[10] Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh lebih cepat, hingga dibentuklah Pengurus Mulia (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya.

Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tanpa sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin. Dia dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena dia yaitu salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga hadir beberapa Ahmadi yang menjalankan tugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi lainnya berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh alam.

Sementara itu, muballigh lainnya (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad yaitu salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran untuk dia untuk dedikasi dia untuk negara.

Pada tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas dijadikan satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953.

Ahmadiyah tanpa pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu simbol era baru di Indonesia pada masa itu yaitu gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang tanpa lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik masa itu dan dijadikan simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karenanya iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera.

Di Era 70-an, melintas Rabithah Alam al Islami lebih menjadi-jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Karenanya ketika Rabithah Alam al Islami menerangkan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai hasilnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang diketuai oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita penyerangan negara dengan agenda fisik. Periode 90-an dijadikan periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television Ahmadiyya (MTA).

Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia sehabis jajak argumen dan menerangkan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan untuk Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat dengan agenda membuka.

Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia masuk dari London menuju Indonesia. Ketika itu dia sempat bertemu dan memperoleh sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais. [11]

Ahmadiyah Lahore

Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, masuk ke Yogyakarta. Minhadjurrahman Djojosoegito, seorang sekretaris di organisasi Muhammadiyah, mengundang Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan menyebut Ahmadiyah sebagai "Organisasi Beradik-berkakak Muhammadiyah". [12]

Pada tahun 1926, Haji Rasul mendebat Mirza Wali Ahmad Baig, dan kemudian proses mengajarkan paham Ahmadiyah dalam lingkup Muhammadiyah dilarang. Pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo tahun 1929, dikeluarkanlah pernyataan bahwa "orang yang percaya hendak Nabi sesudah Muhammad yaitu kafir". Djojosoegito yang diberhentikan dari Muhammadiyah, kemudian mewujudkan dan dijadikan ketua pertama dari Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang resmi berdiri 4 April 1930.[12]

Status di Beragam Negara

Masjid Ahmadiyyah di Paramaribo, Suriname

Pakistan

Di Pakistan, parlemen telah mendeklarasikan pengikut Ahmadiyah sebagai non-muslim. Pada tahun 1974, pemerintah Pakistan merevisi konstitusinya tentang ruang lingkup Muslim, yaitu "orang yang meyakini bahwa Nabi Muhammad yaitu nabi terakhir.[13] Penganut Ahmadiyah, baik Qadian maupun Lahore, dibolehkah menjalankan kepercayaannya di Pakistan, namun harus mengaku sebagai agama tersendiri di luar Islam.[14]

Indonesia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah meresmikan semenjak tahun 1980 tentang "sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang hadir di luar Islam"[15], kemudian ditegaskan pulang pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan".[16][17]

Dalam pembukaan diskusi antarumat gemar sekali terhadap benda sangat memuja-muja di Semarang pada 8 November 2013, Menteri Agama Suryadharma Ali menerangkan solusi yang paling efektif untuk menamatkan permasalahan Ahmadiyah yakni pemberangusan atau deklarasi yang menerangkan Ahmadiyah yaitu agama baru. Dia juga menerangkan bahwa Menteri Agama tanpa berwenang melarang praktik agama Ahmadiyah di Indonesia. Dia berkata: "Di Malaysia, agama itu jelas-jelas diharamkan. Sedangkan di Pakistan, Ahmadiyah diasumsikan agama minoritas non-Islam", "Menurut diri sendiri, memang harusnya dilarang saja, lebih efektif. Tapi bukan Menteri Agama yang melarang karena tanpa punya hak. Dari sisi organisasinya itu hak Menteri Dalam Negeri untuk mengakhiri, dari segi pelarang ajaran itu kewenangan Jaksa Agung. Sedangkan dari sisi badan hukum yaitu kewenangan Kementerian Hukum dan HAM".[18]

Malaysia

Di Malaysia Ahmadiyah telah lama dilarang.[19]

Brunei Darussalam

Sebagaimana di Malaysia, di Brunei Darussalam pun status terlarang ditetapkan untuk Ahmadiyah.[20]

Kontroversi ajaran Ahmadiyah

Menurut sudut pandang umum umat Islam, ajaran Ahmadiyah (Qadian) diasumsikan melenceng karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi (Isa al Masih dan Imam Mahdi). Hal ini bertentangan dengan orientasi umum Islam yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi sehabis masa Beliau(Isa al Masih dan Imam Mahdi hendak dijadikan umat Nabi Muhammad SAW) [21].

Perbedaan Ahmadiyah dengan Islam dengan agenda umum yaitu bahwa Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah masuk ke alam seperti yang telah dinubuwwatkan Nabi Muhammad SAW, sedangkan umat Islam biasanya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke alam. Di luar hal tersebut permasalahan lain hanya sebatas perbedaan penafsiran ayat-ayat al Quran saja.

Ahmadiyah sering dikaitkan dengan kitab Tazkirah. Tazkirah ini sebenarnya bukan kitab suci warga Ahmadiyah, melainkan buku berisi kumpulan pengalaman rohani pendiri Jemaat Ahmadiyah, layaknya jurnal. Buku ini tanpa dimiliki setiap warga Ahmadiyah pegangan dan pedoman hidup hanyalah Al Quran-ul-Karim saja. [22]

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Kota suci Jemaat Ahmadiyah yaitu Qadian dan Rabwah. Hal ini tanpa jadi, kota suci Jemaat Ahmadiyah yaitu sama dengan kota suci umat Islam lainnya, yakni Mekkah dan Madinah. [23]

Ahmadiyah Lahore mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah mujaddid dan tanpa disetarakan dengan jabatan nabi, sesuai keterangan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Ahmadiyah Lahore) untuk Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.

Di luar uraian tersebut di atas, masih banyak kontroversi dan hitam putih persepsi yang tanpa bisa disamakan antara Jemaat Ahmadiyah dan umat muslim.

Ahmadiyah menurut pengikutnya

Pada tahun 1835, di sebuah kampuang bernama Qadian, di daerah Punjab, India, lahir seorang anak laki-laki bernama Ghulam Ahmad. Orang tuanya Muslim dan dia tumbuh dewasa dijadikan seorang Muslim yang luar biasa. Sejak awal kehidupannya, Mirza Ghulam Ahmad sudah amat tertarik pada telaah dan khidmat agama Islam. Dia sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu ataupun Sikh dalam perdebatan publik, serta menulis dan cakap tentang mereka. Hal ini menjadikan lingkungan keagamaan dijadikan tertarik untuknya dan dia dikenal baik oleh para pimpinan komunitas. Mirza Ghulam Ahmad mulai menerima wahyu Ilahi sejak usia muda dan dengan berjalannya waktu karenanya pengalaman perwahyuannya berlipat kali dengan agenda progresif. Setiap wahyu yang diterimanya kemudian terpenuhi pada kalanya, beberapa di antaranya yang berkaitan dengan masa depan masih menunggu pemenuhannya. Dakwahnya menerangkan diri sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau'ud (al Masih) dilangsungkan pada belakang tahun 1890, dan dipublikasikan ke seluruh alam. Pernyataannya, seperti juga halnya para pembaharu Ilahiah lainnya seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW, langsung memperoleh tentangan lebar. Sebelum menerangkan dirinya sebagai Masih Mau'ud, Allah SWT telah menjanjikan untuk Mirza Ghulam Ahmad melintas wahyu bahwa:

Diri sendiri hendak membawa pesanmu sampai ke ujung-ujung alam.
Mirza Ghulam Ahmad

Wahyu ini memberikan perjanjian hendak hadirnya dukungan Ilahi dalam penyebaran ajaran Jemaat yang telah dimulainya di dalam Islam. Mentaati perintah Tuhan, Mirza Ghulam Ahmad menerangkan diri sebagai Al-Masih bagi umat Kristiani, sebagai Imam Mahdi bagi umat Muslim, sebagai Krishna bagi umat Hindu, dsb-nya. Jelasnya, dia yaitu "Nabi Yang Dijanjikan" bagi masing-masing bangsa, dan ditugasi untuk menyatukan umat manusia di bawah bendera satu agama. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi umat Islam yaitu seorang nabi yang membawa ajaran yang bersifat universal; dan sosok Mirza Ghulam Ahmad yang menerangkan diri sebagai al Masih yang dijanjikan juga menerangkan dirinya tunduk dan dijadikan refleksi dari Muhammad, Khataman Nabiyin. Menjelaskan tentang tujuan diutusnya susunan Masih Mau'ud, dia menjelaskan:

Tugas yang diberikan Tuhan untukku ialah agar diri sendiri dengan agenda menghilangkan hambatan di antara hamba dan Khalik-nya, menegakkan pulang di hati manusia, kasih dan pengabdian untuk Allah. Dan dengan memanifestasikan kebenaran kemudian mengakhiri semua perselisihan dan perang agama, sebagai fondasi dari kedamaian kekal serta memperkenalkan manusia untuk kebenaran ruhaniah yang telah dilupakannya selama ini. Begitu juga diri sendiri hendak menunjuk untuk alam makna kehidupan keruhanian yang hakiki yang selama ini telah tergeser oleh nafsu duniawi. Dan melintas kehidupanku sendiri, memanifestasikan daya Ilahiah yang sebenarnya dimiliki manusia namun hanya bisa kentara melintas doa dan ibadah. Di atas segalanya yaitu diri sendiri harus menegakkan pulang Ketauhidan Ilahi yang suci, yang telah sirna dari hati manusia, yang bersih dari segala kekotoran pemikiran polytheistik[24].
Mirza Ghulam Ahmad

Menyusul berpulang alamnya Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908, para Muslim Ahmadi memilih seorang penukar sebagai Khalifah. Sosok Khalifah yaitu pimpinan keruhanian dan administratif dari Jemaat Islam Ahmadiyah. Pimpinan tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah di seluruh alam pada kala ini (2007) yaitu Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yang berkedudukan di London, dan terpilih sebagai Khalifah kelima. Dia banyak berkunjung ke beragam negara dan cermat mengamati budaya dan masyarakat lainnya.

Dengan bimbingan seorang Khalifah, Jemaat Ahmadiyah hadir di barisan terdepan dalam khidmat dan kesejahteraan kemanusiaan. Banyak sekolah-sekolah, klinik dan rumah sakit yang didirikan di beragam negeri, dimana mereka yang papa dan miskin dirawat dengan agenda gratis. Kala terjadi bencana alam, Jemaat Ahmadiyah menolong dengan agenda sukarela dengan agenda finansial ataupun fisik tanpa membedakan agama, warna kulit atau pun bangsa. Jemaat Ahmadiyah telah mempunyai jaringan televisi global yang bernama "MTA (Muslim Television Ahmadiyya) International", yang mengudara dua puluh empat jam sehari dalam beberapa bahasa alam. Layanan ini diberikan tanpa memungut biaya. Jemaat Ahmadiyah telah menyebar ke lebih dari 170 negara di alam dan populasinya diperkirakan sudah sampai 80 juta manusia yang telah berbai'at ke dalam Jemaat pada tahun 2001.

Bai'at dalam Jemaat Ahmadiyah

Bulan Desember 1888, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima ilham Ilahi untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Dan orang yang bai'at pertama kali yaitu Hadhrat Maulvi Nuruddin (yang nantinya dijadikan Khalifah pertama Jemaat Ahmadiyah). Pada hari itu belum cukup lebih 40 orang telah bai'at. [25].

Sepuluh syarat Bai'at

  1. Orang yang bai'at, berjanji dengan hati jujur bahwa dimasa kelak hingga masuk ke dalam kubur, senantiasa hendak menjauhi syirik.
  2. Hendak senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, orientasi birahi terhadap bukan muhrim, kelakuan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, huru-hara, pemberontakan; serta tanpa hendak dikalahkan oleh gejolak-gejolak hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
  3. Hendak senantiasa mendirikan salat lima waktu tanpa putus-putusnya, semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan sekuat tenaga hendak senantiasa mengerjakan salat tahajjud, dan mengirimkan shalawat untuk Yang Mulia Rasulullah saw, dan memohon ampun dari kekeliruan dan memohon perlindungan dari dosa; hendak mengingat setiap kala untuk nikmat-nikmat Allah, kemudian mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
  4. Tanpa hendak kesusahan apapun yang tanpa pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan atau dengan agenda papaun juga.
  5. Hendak tetap setia terhadap Allah Taala baik dalam segala kondisi susah ataupun puas, dalam duka atau suka, nikmat dan musibah; pendeknya, hendak rela atas putusan Allah. Dan senatiasa hendak bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di dalam jalan Allah. Tanpa hendak memalingkan mukanya dari Allah Taala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan hendak terus melangkah ke muka.
  6. Hendak tamat dari kebiasaan yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu. Dan benar-benar hendak menjunjung tinggi perintah al Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu hendak dijadikan pedoman baginya dalam setiap langkahnya.
  7. Menghindar dari takabur dan sombong; hendak hidup dengan merendahkan diri, mempunyai kebiasaan lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun.
  8. Hendak menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
  9. Hendak selamanya menaruh belas kasihan terhadap makhluk Allah umumnya, dan hendak sejauh mungkin mendatangkan faedah untuk umat manusia dengan daya dan nikmat yang dianugerahkan Allah Taala untuknya.
  10. Hendak mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini "Imam Mahdi dan al Masih Mau'ud", semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma'ruf dan hendak berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, ataupun ikatan kerja.

Para Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

Khalifah Ahmadiyah Qadiyan

  1. Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih I, 27 Mei 1908 - 13 Maret 1914
  2. Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14 Maret 1914 - 7 November 1965
  3. Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III, 8 November 1965 - 9 Juni 1982
  4. Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, 10 Juni 1982 - 19 April 2003
  5. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 - sekarang

Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)

Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tanpa mengenal khalifah sebagai pemimpin, hendak tetapi seorang Amir yang diangkatkan sebagai pemimpin.

Adapun para Amir tersebut yaitu sbb:

  1. Hazrat Maulana Hakim Nurudin
  2. Maulana Muhammad Ali MA. LLB.
  3. Maulana Sadrudin
  4. Dr. Saed Ahmad Khan
  5. Prof. Dr. Asghar Hamid Ph.D
  6. Prof. Dr.Abdul Karim Saeed

Media elektronik

Salah satu media elektronik milik Ahmadiyah yang terbesar yaitu televisi. Mereka telah membuat satu televisi yang mereka namai MTA, yaitu Moslem Television Ahmadiyya. Proyek ini dirintis oleh Khalifah Ahmadiyah yang ke-empat, Mirza Tahir Ahmad [26].

Rujukan

  1. ^ http://www.alislam.org/introduction/index.html
  2. ^ http://www.thepersecution.org/world/indonesia/05/jai_pr2108.html
  3. ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php?go=tentang
  4. ^ "SKB Ahmadiyah diterbitkan". BBCIndonesia.com. 09-06-2008. Diakses 26-08-2008. 
  5. ^ http://alislam.org/introduction/index.html
  6. ^ "Bukan Sekedar Hitam Putih", [1] halaman 1
  7. ^ http://www.ahmadiyya.or.id/kontak
  8. ^ http://www.ahmadiyah.org/
  9. ^ http://www.ahmadiyah.org/index.php
  10. ^ Subjek "Mengundang Ahmadiyah ke Indonesia", Diskusi Sdr.Nadri Saaduddin, [2]
  11. ^ [3]
  12. ^ a b Beck, Herman (2005). The rupture between the muhammadiyah and the ahmadiyya. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI) 161-2/3 (2005):210-246
  13. ^ http://www.pakistani.org/pakistan/constitution/amendments/2amendment.html
  14. ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3
  15. ^ Ahmadiyah Qadiyan, Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional II tanggal 11-17 Rajab 1400 H/ 26 Mei – 1 Juni 1980 M.
  16. ^ Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 Tentang Aliran Ahmadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Belakang 1426 H / 26-29 Juli 2005 M.
  17. ^ Pernyataan Tentang Fatwa Aliran Ahmadiyah, Bidang Aqidah Dan Aliran Keagamaan, Musyawarah Nasional (MUNAS) VII MUI tanggal 26-29 Juli 2005 M./19-22 Jumadil Belakang 1426 H.
  18. ^ http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/09/1/193450/Suryadharma-Ali-Sebut-Pemberangusan-Ahmadiyah-sebagai-Solusi-Paling-Efektif
  19. ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3
  20. ^ http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=319274&kat_id=3
  21. ^ http://www.halalguide.info/index.php?option=com_content&task=view&id=111&Itemid=29
  22. ^ Buku: klarifikas Tazkirah
  23. ^ buku: Kami Orang Islam
  24. ^ Khutbah Islamiah, h. 34
  25. ^ http://www.ahmadiyya.or.id/pustaka/buku/riwayatahmad/ahmad2.php
  26. ^ "MTA"[4]

Pranala luar



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, kategori-antropologi.program-reguler.co.id, dsb-nya.