Strukturalisme

Stuktur Hemoizon: Rangkaian yang tidak terputus menggambarkan sistem yang dibakukan

Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menerangkan bahwa semua penduduk dan kebudayaan memiliki suatu bentuk yang sama dan tetap.^[1] Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai penduduk dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis.^[2] Strukturalisme bermula dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangun), structura berarti bentuk kontruksi.^[1] Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan bentuk objek-objek ini dikembangkan olerh para pandai humaniora.^[1] Struktualisme berkembang pada masa abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.^[1]

Tujuan dari Strukturalisme

Tujuan Strukturalisme adalah mencari bentuk terdalam dari realitas yang tampak serampangan dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, akrab dan berjarak).^[3] Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:

• Bahwa yang tidak memakai aturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang tidak cukup lebih konstan.^[3]
• Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menerangkan yang dipermukaan.^[3]
• Para peneliti menganggap obyektif, adalah dapat menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka.^[3]
• Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, adalah mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan.^[3] Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.^[3][4]
• Strukturalisme dianggap melampaui humanisme, sebab cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek.^[3]

Masa Strukturalisme

Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.^[5][4] Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan mengenai konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.^[5]

Ciri-ciri Strukturalisme

Bentuk Diamond, Keteraturan yang indah

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi kondisi aktual objek melintasi penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melintasi edukasi.^[1] Ciri-ciri itu dapat dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat cara, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.^[1]

Para pandai strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan tidak cukup ilmiah.^[3] Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia.^[4] Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki jabatan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.^[4]

Tokoh-tokoh dan sumbangan bidang strukturalisme

• Ferdinand De Saussure dalam linguistik.^[1]

Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan yang menang dalam pendekatan filologi.^[2] Ia mengajukan pendekatan ilmiah, yang dihampiri dari sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong komnunikasi dalam penduduk.^[2] Dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social fact, yang berdasar pada objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan.^[2] Saussure memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda tanda diskusif yand dibagikan oleh sebuah komunitas.^[2] Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama dunia, dan menuntut suatu ilmu yang disebut semiologi.^[1]

• Levi-Strauss dalam penduduk.^[1]

Cara Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak.^[1] Unsur-unsur yang digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan penduduknya sendiri.^[1] Dalam proses analisisnya, manusia lalu dipandang sebagai suatu porsi dari bentuk, yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan dilarutkan dengan analisis.^[1] Perubahan penekanan dari manusia ke bentuk merupakan ciri umum pemikiran strukturalis.^[1]

• L.S Vygostsky, Jacques Lacan dan Jean Piaget dalam psikologi.^[1]

Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan Levi-Strauss untuk menekankan argumen Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang, sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu.^[2] Hal ini masalah, bahwa bahasa selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta pergeserannya.^[2] Jean Piaget sendiri menggambarkan Strukturalismenya sebagai sebuah bentuk yang terpadu, adalah yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem di luar bentuk itu sendiri.^[5] Sistem itu ditangkap melintasi kognisi anggota penduduk sebagai kesadaran kolektif.^[5]

• Frege, Hillbert dalam meta-logika meta-matematika.^[1]

• Roland Berthes menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap berjenis-jenis ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda.^[1] Tugas kritik sastra adalah terjemahan, adalah mengekspresikan sistem formal yang telah dibentangkan penulisnya dengan suatu bahasa.^[1] Hal ini terkait dengan kondisi zamannya.^[1]

• Michel Foucault dalam filsafat.

Strukturalisme modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan menghampiri subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik dari tiruan maupun pengungkapannya.^[2] Sebagaimana peran isntitusional dari pengetahuan dan kekausaan dalam produksi dan pelestarian disiplin tertentu dalam lingkungan dan ranah sosial juga berlangsung pendekatan itu.^[2] Dalam disiplin ini, Focault menyarankan, di dalam perubahan teori dan praktek dari kegilaan, kriminalitas, hukuman, seksualitas, gugusan catatan itu dapat menormalisasi setiap individu dalam pengertian mereka.^[2]

• Guenther Schiwy dalam kekristenan

Strukturalisme terkait kekristenan dalam atemporal sturkturalisme sebenarnya cocok dengan penekanan eternalistik kekristenan.^[1]

referensi

Bacaan lanjutan

• Elisabeth Roudinesco, Philosophy in Turbulent Times: Canguilhem, Sartre, Foucault, Althusser, Deleuze, Derrida, Columbia University Press, New York, 2008.

Templat:Philosophy of language Templat:Continental philosophykategoriy:Kritik Literer