![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=300px-St_Basils_Cathedral-500px.jpg)
Katedral Santo Basil di
Moskwa, sebuah contoh gereja berasitektur Ortodoks.
Gereja Ortodoks, adalah denominasi gereja Kristen yang pengikutnya terutama tidak kekurangan di Eropa Timur dan daerah pesisir timur Laut Tengah. Selain itu, Gereja Ortodoks juga terdapat di India, Jepang, dan kini juga di Indonesia.
Umat gereja Ortodoks beribadat mengikuti Ritus Bizantin dan tata-tertib gerejawi Bizantium sebab pengaruh Gereja Konstantinopel (Bizantium). Selama milenium (seribu tahun) pertama Kekristenan, lima wilayah adalah Jerusalem, Aleksandria, Antiokhia, Roma dan Konstantinopel tidak kekurangan dalam persekutuan dan mengaku sebagai Gereja yang Satu, Kudus (Suci), Katolik (Penuh/Universal) dan Apostolik (Rasuli). Perkembangan politik dan jatuhnya Romawi Barat ke tangan suku-suku Jerman dihabisi dengan jarangnya komunikasi selang Gereja Barat (Roma) dan Gereja Timur (Jerusalem, Aleksandria, Antiokhia dan Konstantinopel). Pada tahun 1054 utusan Paus Roma ke Konstantinopel mengekskomunikasi Patriarkh Konstantinopel, yang membalas dengan tingkah laku yang dibuat serupa. Menurut pandangan Roma (satu-satunya wilayah patriarkhal Gereja Barat), Gereja Ortodoks yang memisahkan diri dari Gereja Yang Satu adalah Gereja Katolik Roma. Tapi menurut pandangan Gereja Timur (empat wilayah patriarkhal), Roma lah yang jatuh dalam kesesatan (dengan memaksakan kekuasaan paus dan mengubah Pengakuan Iman Nicea) dan memisahkan diri dari Gereja Yang Satu. Perpecahan ini dikata skisma. Mencapai kini Gereja Ortodoks tetap mengasumsikan dirinya sebagai Gereja Yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Gereja Katolik Roma juga mengklaim hal yang sama.
Perbedaan dengan Gereja Barat
Tidak kekurangan perbedaan dengan Gereja Katolik Roma namun banyak pula persamaannya. Kalangan Kristen lainnya cenderung mengasumsikan bahwa perbedaan utamanya ialah bahwa Gereja Ortodoks banyak menekankan ritus dan doa dalam bahasa terbatas, terutama dalam Bahasa Yunani Kuno atau Bahasa Slavonik Kuno Gerejawi (Old Church Slavonic). Sebenarnya Gereja Ortodoks menganut prinsip bahwa ibadah atau liturgi hendaknya dimengerti oleh umat. Oleh sebab itu sejak permulaan, Gereja Ortodoks mendukung usaha pengalihbahasaan Kitab Suci dan liturgi ke bahasa satu tempat. Bahasa Yunani Kontrak Baru (Koine) adalah bahasa asli Kitab Suci Kontrak Baru, jadi bahasa ini merebut tempat khusus dalam kehidupan Gereja. Namun, di Yunani kini ibadah dirayakan dalam bahasa Yunani yang dimengerti umat, bukan bahasa Yunani ratus tahun pertama.
Pemakaian bahasa Slavonik sebenarnya adalah bukti prinsip pengalihbahasaan tersebut. Santo Cyril dan Santo Methodius menyebarkan agama Kristen (Ortodoks) ke bangsa-bangsa Slavia (Eropa Timur) pada ratus tahun ke-10 dan mengalihbahasakan Kitab Suci dan liturgi ke bahasa mereka masa itu. Bahasa Slavonik yang dipakai mereka menjadi semacam bahasa klasik bagi bangsa-bangsa Slavia termasuk Rusia. Walau jangan-jangan gereja-gereja di sana masih memakai bahasa Slavonik Kuno, secara prinsip Gereja Ortodoks menekankan bahwa bahasa liturgi hendaklah dimengerti oleh umat. Gereja-gereja Ortodoks di Eropa Barat, Amerika dan Asia pada umumnya memakai bahasa satu tempat.
Kesudahan teologi gereja Ortodoks lebih bersifat mistik. Gereja-gereja Ortodoks juga cenderung menjadi gereja nasional, misalkan Gereja Ortodoks Rusia, Yunani dll.
Jumlah Umat
Berdasarkan jumlah umat, Ortodoksi Timur adalah komunitas Kristiani terbesar kedua di dunia sesudah Gereja Katolik Roma.[1] Estimasi paling umum tentang jumlah umat Kristen Ortodoks Timur di seluruh dunia berkisar selang 225-300 juta jiwa [2]. Ortodoksi Timur adalah agama tunggal terbesar di Belarusia (89%), Bulgaria (86%), Republik Siprus (88%), Georgia (89%), Yunani (98%), Republik Makedonia (70%), Moldova (98%), Montenegro (84%), Romania (89%), Rusia (88%), Serbia (88%), dan Ukraina (83%).[3] Ortodoksi Timur juga adalah agama dominan di Republika Srpska (92%) entitas di Bosnia dan Herzegovina, serta agama dominan di Kazakhstan Utara (48% dari populasi Kazakhstan). Selain itu, tidak kekurangan pula sejumlah akbar komunitas Ortodoks di Afrika, Asia, Australia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental
Gereja-Gereja Ortodoks mengklaim diri sebagai kelanjutan dari jemaah Kristiani perdana, yang dibangun oleh Yesus Kristus sendiri serta para Rasul-Nya. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak kekurangan dua persekutuan Ortodoks yang berbeda. Persekutuan Ortodoks yang pertama dan yang terbesar adalah yang dikata Gereja Ortodoks Timur, yakni gereja-gereja Ortodoks yang menerima hasil ketujuh Konsili ekumenis seperti Gereja Katolik Roma. Komunitas Ortodoks lainnya dibedakan dari Ortodoksi Timur dengan memakai istilah Gereja Ortodoks Oriental. Ortodoksi Oriental hanya menerima hasil dari 3 Konsili Ekumenis yang pertama, adalah Konsili Nicea I, Konsili Konstantinopel I, dan Konsili Efesus. Komunitas ini terpisah setelah beberapa Uskup peserta Konsili Khalsedon memutuskan untuk tanpa menerima hasil Konsili tersebut.
Persamaan dengan Gereja Barat
Persamaan dengan Gereja Katolik Roma ialah Gereja Ortodoks mengakui semua keputusan-keputusan ke-7 Konsili Ekumenis sebelum tahun 1054. Misalkan Doa Syahadat Nicea juga dipakai tetapi tanpa akap filioque yang adalah tambahan dari Katolik Roma tanpa persetujuan dari 4 Patriarkh di Timur. Imam Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik Ritus Timur diizinkan menikah, namun para uskupnya ditunjuk hanya dari mereka yang selibat (tidak menikah).
Pasca Skisma
Semenjak perpecahan Gereja Ortodoks sering bertikai dengan Gereja Barat. Bahkan ketika Konstantinopel direbut orang Turki pada tahun 1453, orang Barat tanpa menolong.
Kesudahan semenjak tahun 1917 dengan Revolusi Oktober di Rusia, Gereja Ortodoks Rusia mulai ditindas dengan kejam oleh rezim komunis. Banyak rohaniwan dibunuh atau dideportasi ke Siberia. Gedung-gedung gereja banyak yang berubah fungsi menjadi tempat-tempat lain, bahkan kadang-kadang dipakai sebagai penjara. Mereka baru boleh bebas sama sekali beribadah kembali pada permulaan sepuluh tahun terbelakang ratus tahun ke-20.
Yuridiksi Gereja Ortodoks
Referensi
- Pogadaev, V. A. "The Orthodox Church in Indonesia". in Nusantara. South-East Asia. Collection of Materials. Vol. 3. St-Petersburg, 2002, p. 89-91.
Lihat pula
Sumber :
kategori-antropologi.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, perpustakaan.web.id, dsb.