Kerajaan Singhasari

Singhasari

1222–1292
Perkembangan Kerajaan Singhasari pada masa pemerintahan Kertanegara
IbukotaKutaraja Singhasari, sebelumnya dikata Tumapel
BahasaJawa Kuno, Sanskerta
AgamaSiwa-Buddha (Hindu dan Buddha), Kejawen, Animisme
PemerintahanMonarki
Raja
 - 1222-1227Ken Arok
 - 1268-1292Kertanegara
Sejarah 
 - Peperangan Ganter1222
 - Serangan Jayakatwang dari Gelang-gelang1292
Mata uangKoin emas dan perak
Artikel ini anggota dari seri
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia.png
Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (abad ke-6 mencapai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 mencapai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 mencapai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 mencapai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 mencapai ke-15)
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Kalinyamat (1527–1599)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)
Indonesia Lepas sama sekali
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)
Arca Prajnaparamita ditemukan dekat candi Singhasari dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni daya upaya budi Singhasari.

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, merupakan sebuah kerajaan di Jawa Timur yang dibangun oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan tidak kekurangan di daerah Singosari, Malang.

Nama ibu kota

Sesuai prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali dibangun tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota dijadikan Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kesudahan justru bertambah terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

Permulaan berdiri

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel kala itu merupakan Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kesudahan dijadikan akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kesudahan berpikir-pikir pergi dari Tumapel dari kekuasaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya dijadikan raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Peperangan melawan Kadiri meletus di kampung Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama kepada pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan tidak kekurangannya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel merupakan Bhatara Siwa. Mungkin nama ini merupakan gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, sebab dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju peperangan melawan Kadiri, Ken Arok bertambah dahulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Silsilah Wangsa Rajasa

Silsilah Wangsa Rajasa dari sumber prasasti dan naskah kepujanggaan
Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dengan blok warna dalam gambar ini.[1]

Wangsa Rajasa yang dibangun oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini dijadikan penguasa Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.


Versi Pararaton adalah:

  1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
  2. Anusapati (1247 - 1249)
  3. Tohjaya (1249 - 1250)
  4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
  5. Kertanagara (1272 - 1292)


Versi Nagarakretagama adalah:

  1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
  2. Anusapati (1227 - 1248)
  3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
  4. Kertanagara (1254 - 1292)

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati dampak pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang ditukarkan Kertanagara (putranya) dengan cara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan tidak kekurangannya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi sebab Nagarakretagama merupakan kitab pujian kepada Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai keliru.

Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dibawa keluar Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dibawa keluar oleh Kertanagara tahun 1255 antaraku raja bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 dapat diperbantahkan. Kemungkinannya merupakan bahwa Kertanagara dijadikan raja muda di Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di samping ini merupakan urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton.

Prasasti Mula Malurung

Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan versi Pararaton yang selagi ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.

Kerajaan Tumapel disebutkan dibangun oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara Siwa", setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah dijadikan dua, Tumapel diberi segala sesuatu yang diajarkan Anusapati sedangkan Kadiri diberi segala sesuatu yang diajarkan Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara ditukarkan oleh Guningbhaya, kesudahan Tohjaya. Sementara itu, Anusapati ditukarkan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan lagi oleh Seminingrat. Kadiri kesudahan dijadikan kerajaan bawahan yang diberi segala sesuatu yang diajarkan oleh putranya, merupakan Kertanagara.

Pemerintahan bersama

Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan tidak kekurangannya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti merupakan Mahisa Campaka.

Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini merupakan suatu upaya rekonsiliasi antara kedua gugusan yang berkompetisi. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti merupakan cucu Ken Arok.

Kejayaan

Kertanagara merupakan raja paling belakang dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia merupakan raja pertama yang menggantikan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu kepada menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Kala itu penguasa Sumatra merupakan Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini yang belakang sekalinya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari berharap supaya Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu diusir tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Keruntuhan

Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja paling belakang Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan tingkatan peperangannya ke luar Jawa yang belakang sekalinya mengalami keropos di anggota dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.

Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang dijadikan raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun yang belakang sekalinya.

Hubungan dengan Majapahit

Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang dijadikan menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kesudahan diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan kampung Majapahit.

Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang diberi segala sesuatu yang diajarkan Ike Mese kepada menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya kepada mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.

Raden Wijaya kesudahan mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan membicarakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, merupakan dinasti yang dibangun oleh Ken Arok.

Kepustakaan

  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Ronde mendidik dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

Sumber referensi

  1. ^ Bullough, Nigel (1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117.  Text "consulting editor: Mujiyono PH" ignored (help); Text "Printed in Singapore " ignored (help)

Pranala luar

Lihat juga

Sebelumnya:
Kadiri
Kerajaan Hindu-Budha
1222 - 1292
Digantikan oleh:
Majapahit
 
0-600 (Hindu-Buddha pra-Mataram)
 
600-1500 (Hindu-Buddha)
Mataram Hindu · Kahuripan · Janggala · Kadiri · Singasari · Majapahit · Pajajaran · Blambangan
 
1500-sekarang (Islam)


Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), kategori-antropologi.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dll-nya.