The name Indonesia
Change to impressions  M1, 2 Laptop Mobile
Important Info : Asia   ⛤ Australia   ⛤ Luxembourg   ⛤ Marshall Islands   ⛤ Music   ⛤ Philosophy   ⛤ Sampang   ⛤ Table of Content
Search in Collection of World Encyclopedia   
domain name  (Before this)(NextNapoleon Bonaparte

Nama Indonesia

Kepada sejarah nama negara Indonesia, lihat juga Sejarah nama Indonesia

Orang Indonesia memberikan nama Indonesia kepada anak-anak mereka dengan beragam metode. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan beragam budaya dan bahasa daerah, Indonesia tidak memiliki satu aturan tertentu dalam pemberian nama. Beberapa suku tertentu memiliki nama marga yang diturunkan dari orang tua ke anaknya. Suku-suku lain tidak mengenal nama keluarga.

Konsep nama keluarga tidak dikenal dalam beberapa budaya Indonesia, misalnya budaya Jawa. Karena itu, jumlah orang sampai kala ini hanya memiliki satu nama, merupakan nama pemberian. Apabila mereka selanjutnya pergi atau menetap di negara-negara yang mengharuskan setiap penduduknya kepada memiliki minimal dua nama (nama pemberian dan nama keluarga), kesusahan dapat berlangsung. Pemecahan yang pada umumnya diambil merupakan mengulang nama tersebut dua kali.

Beberapa budaya lain memiliki peraturan mengenai nama keluarga atau nama marga. Dalam budaya Batak dan Minahasa misalnya, nama marga ayah diwariskan kepada anak-anaknya (patrilineal) secara turun-temurun. Dalam budaya Minangkabau, pria yang sudah menikah akan diberikan gelar di belakang namanya, sedangkan kepada wanita pada umumnya tidak bergelar. Orang Arab-Indonesia juga memberikan nama keluarga di belakang namanya, misalnya Hambali, Shihab, Assegaf, dan lain-lainnya.

Selanjutnya orang Jawa, Bali, dan beberapa orang Madura, serta Sunda juga sering memakai nama yang bermula dari bahasa Sanskerta. Sejak kebijakan pemerintahan Soeharto di zaman Orde Baru, orang Tionghoa dilarang memakai nama Tionghoa dalam administrasi negara. Sehingga mayoritas dari mereka memilki nama Indonesia di samping nama Tionghoa. Dalam nama Indonesianya, orang Tionghoa sering menyelipkan nama marga dan keluarganya. Beberapa contoh: Sudono Salim (marga: Liem), Anggodo Widjojo (marga: Ang).

Daftar konten

Nama panggilan

Penduduk Indonesia memanggil satu sama lain dengan memakai panggilan kehormatan (menurut usia). Hingga kala ini, memanggil orang dengan nama depannya langsung dianggap hanya pantas dimainkan kepada memanggil orang sebaya atau lebih muda. Memanggil orang dengan nama belakangnya mulai dipakai menirukan kelola metode orang Eropa dan Amerika. Bila tidak diketahui usia lawan cakapnya, maka pada umumnya kepada berjaga-jaga dipakai panggilan kehormatan juga.

Kepada wanita yang jauh lebih tua panggilan yang dipergunakan pada umumnya merupakan Bu, Ibu, Bi, Bibi, Tante, A-i, dan lain-lainnya. Kepada wanita yang seberapa lebih tua panggilan yang umum dipergunakan merupakan Kak, Teh atau teteh (Sunda), Mbak (Jawa), Uni (Minang), Cik (Melayu), Saudari, dan lain-lainnya.

Kepada pria yang jauh lebih tua panggilan yang dipergunakan pada umumnya merupakan Pak, Bapak, Paman, Om, Suk, dan lain-lainnya. Kepada pria yang seberapa lebih tua panggilan yang umum dipergunakan merupakan Kang, Akang, Aa (Sunda), Tuan, Uda (Minang), Mas (Jawa), Bang, Bung, Kak, Saudara , dan lain-lainnya.

Kepada memanggil orang yang jauh lebih muda, biasa yang dipakai merupakan nama depan mereka atau nama panggilan kekeluargaan mereka. Bila nama mereka tidak diketahui, panggilan yang dipergunakan pada umumnya merupakan "Dik, Adik, Saudara/Saudari".

Kepada panggilan orang ketiga yang sopan dipakai istilah "beliau".

Pembentukan nama

Jumlah orang Indonesia memiliki tatacara penamaan yang unik, tidak seperti nama-nama Eropa yang umumnya memakai formula [nama depan]-[nama tengah]-[nama keluarga]. Nama-nama yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka bervariasi tergantung dari sumber pulau, suku, kebudayaan, bahasa, dan edukasi yang diterima orang tua mereka. Masing-masing suku bangsa di Indonesia pada umumnya memiliki metode penamaan yang spesifik dan mudah diketahui, misalnya nama-nama yang berawalan Su- atau Soe- yang hampir selamanya menunjukkan sang penyandang nama bermula dari keluarga Jawa / lahir di Jawa (nama Jawa). Beberapa suku bangsa juga mempraktekkan pemberian nama keluarga ala negara-negara Eropa, misalnya merupakan Marga Batak.

Keluarga-keluarga yang menetap di kota-kota akbar atau telah mendapatkan edukasi yang lain dari orang tua mereka tidak jarang mengadopsi metode penamaan [nama depan]-[nama keluarga] yang menyebabkan jumlahnya nama-nama keluarga baru yang bermunculan.

Secara umum, aci empat metode penamaan yang umumnya dipakai di Indonesia, dan contoh yang dipakai merupakan keenam presiden Indonesia, yang kebetulan mewakili setiap kategori:

  • Nama tunggal, seperti Soekarno dan Suharto
  • Nama jamak tanpa nama keluarga, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (ayahnya bernama Raden Soekotjo, tetapi beliau mengadopsi kelola nama Eropa dan menamai anak-anaknya dengan nama belakang Yudhoyono)
  • Nama jamak dengan nama keluarga menjadi nama belakang, seperti Baharuddin Jusuf Habibie
  • Nama jamak memakai sistem patronymik (lihat Nama#Nama patronymik):
    • Ala Eropa: Megawati Soekarnoputri dan saudara-saudarinya yang memakai nama ayahnya: Soekarno diberi imbuhan -putri (atau -putra)
    • Ala Timur Tengah: Abdurrahman Wahid yang memakai nama ayahnya: Wahid Hasyim (yang juga memakai nama ayahnya Hasyim Asyari). Ia juga mem'fosil'kan nama belakangnya sehingga anak-anaknya memiliki nama belakang Wahid.

Lihat pembahasan lebih terus di bawah.

Sistem penamaan

Hingga yang belakang sekali ratus tahun ke-20 banyakan orang Indonesia tidak memiliki nama keluarga. Pada umumnya anak-anak mewarisi nama ayah mereka (atau ibu mereka di kebudayaan Minangkabau). Wanita yang menikah beberapa mengadopsi nama suami mereka, tetapi tidak jarang yang tetap memakai nama belakang mereka, atau begitu saja tidak mengadopsi nama suami mereka. Maka dari itu seringkali suami istri memiliki nama belakang yang berbeda.

Nama keluarga memiliki sangat jumlah variasi. Rakyat Sumatera Utara memiliki nama klan mereka sendiri-sendiri, rakyat Jawa beberapa hanya memiliki nama tunggal (kadang-kadang disertai nama ayah mereka - patronymik), orang Tionghoa-Indonesia memiliki nama Tionghoa. Karena mengenai itulah maka sistem pengurutan yang dipakai di Indonesia (seperti di buku telepon) hampir keseluruhan mengurutkan nama-nama pas nama depan orang, dan orang Indonesia terbiasa berpikir / mementingkan nama depan seseorang daripada nama belakang mereka ─ terbalik dengan negara Eropa-Amerika yang mementingkan nama belakang seseorang dan mengurutkan nama-nama pas nama belakang mereka.

Nama tunggal

Contoh:

  • Nama anak Soeharto
  • Nama ayah Kertosudiro
  • Nama ibu Sukirah

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Soeharto anak Kertosudiro dan Sukirah Anak yang lahir tanpa ayah hanya akan tertulis nama ibunya: Soeharto anak Sukirah Pada rapor sekolah namanya akan tertulis: Soekarno anak Soekemi Pada dokumen resmi lainnya hanya namanya yang ditulis: Soekarno

Nama Tionghoa

Contoh:

  • Nama anak Kwik Kian Gie
  • Nama ayah Kwik Hway Gwan
  • Nama ibu The Kwie Kie

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Kian Gie anak dari Kwik, Hway Gwan dan The, Kwie Kie atau dapat juga semua nama ditulis lengkap Kwik, Kian Gie anak dari Kwik, Hway Gwan dan The, Kwie Kie (antara nama kecil dan nama keluarga dipisah tanda koma). Kedua metode di atas aci, sehingga anak tersebut bernama lengkap Kwik Kian Gie

Anak yang lahir tanpa ayah hanya akan mendapat nama keluarga ibunya. Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Kian Gie anak dari The, Kwie Kie Sehingga anak tersebut bernama lengkap The Kian Gie

Nama jamak tanpa nama keluarga

Contoh:

  • Nama anak Siti Hartinah
  • Nama ayah Soemohardjo
  • Nama ibu Hatmanti

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Siti Hartinah anak Soemohardjo dan Hatmanti Pada dokumen resmi lainnya hanya namanya yang ditulis: Siti Hartinah

Nama jamak dengan nama keluarga menjadi nama belakang

Contoh:

  • Nama anak Baharuddin Jusuf Habibie
  • Nama ayah Alwi Abdul Jalil Habibie
  • Nama ibu Tuti Marini Puspowardojo

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Baharuddin Jusuf Habibie anak Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowardojo Pada dokumen resmi lainnya hanya namanya yang ditulis: Baharuddin Jusuf Habibie

Nama jamak memakai sistem patronimik ala Eropa

Contoh:

  • Nama anak Megawati Soekarnoputri
  • Nama ayah Soekarno
  • Nama ibu Fatmawati

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Megawati Soekarnoputri anak Soekarno dan Fatmawati Pada dokumen resmi lainnya hanya namanya yang ditulis: Megawati Soekarnoputri

Nama jamak memakai sistem patronimik ala Timur Tengah

Contoh:

  • Nama anak Abdurrahman Wahid
  • Nama ayah Wahid Hasyim
  • Nama ibu Sholehah

Pada akta kelahirannya nama sang anak akan tertulis: Abdurrahman Wahid anak Wahid Hasyim dan Sholehah Pada dokumen resmi lainnya hanya namanya yang ditulis: Abdurrahman Wahid

Pengubahan nama

Di negara-negara yang mengerjakan sistem [nama depan]-[nama belakang] dalam basis data mereka, sering kali orang Indonesia yang bernama tunggal harus mewakili nama mereka (selama mereka aci di negeri tersebut) supaya pas dengan sistem yang berlangsung. Kepada orang Indonesia yang hanya memiliki nama tunggal, beberapa negara menambahkan kata "Tidak diketahui" menjadi nama depan atau nama belakang mereka, atau mengulangi nama tersebut dua kali.

Australia dan Selandia Baru

Pada umumnya nama terbelakang seseorang otomatis menjadi nama keluarga (Surname). Sistem seperti ini tentu saja sementara tepat kepada orang berkebangsaan Indonesia. Contoh: Indrawati dan Gie bukanlah nama keluarga dari Sri Mulyani Indrawati dan Kwik Kian Gie.

Belanda

Kepada Warga Negara Indonesia secara umum dicatat di dalam daftar penduduk (Gemeentelijke Basisadministratie) menjadi nama depan (voornaam) karena pada paspor WNI nama pemegang paspor hanya terdapat kolom nama lengkap (tidak aci kolom tersendiri kepada nama keluarga dan nama depan). Tetapi karena entri data tidak dapat disimpankan tanpa mengisi nama keluarga, maka seluruh nama WNI disimpankan ke dalam entri nama keluarga, entri nama depan dibiarkan kosong. Kepada WNI yang memang aci mempunyai nama keluarga (seperti suku Batak dan suku Tionghoa), dapat memohon surat keterangan dari KBRI yang menerangkan mana nama depan (voornaam) dan nama keluarga (achternaam) dari nama lengkap seseorang. Setelah itu kita dapat memperbaharui data nama yang tersimpan di dalam daftar penduduk. Dalam dokumen-dokumen resmi, yang bersangkutan akan disebut dengan inisial nama depan disertai dengan nama keluarganya.

Memakai contoh di atas, maka orang tersebut akan diberi nama:

  1. XXX Soeharto
  2. XXX Susilo Bambang Yudhoyono
  3. XXX Edhie Baskoro Yudhoyono
  4. XXX Megawati Soekarnoputri
  5. XXX Abdurrahman Wahid
  6. XXX Sri Mulyani Indrawati
  7. Kian Gie Kwik atau K.G. Kwik
  8. Mari Elka Pangestu atau M.E. Pangestu (nama keluarga Pangestu mewakili nama keluarga Pang)
  9. Abdul Haris Nasution atau A.H. Nasution
  10. Johannes Leimena atau J. Leimena

Jerman

KBRI & KJRI di Jerman akan menggarisbawahi nama keluarga, bila memang aci, pada paspor yang mereka terbitkan. Pada kala mendaftarkan diri (menetap atau kelahiran) di kantor catatan sipil satu tempat (Standesamt) jelas mana yang merupakan nama depan (Vorname) dan mana yang merupakan nama keluarga (Name). Bila WNI yang bersangkutan tidak memiliki nama keluarga, seluruh nama akan di simpan dalam kolom nama keluarga (Name), kolom nama depan (Vornamen) dibiarkan kosong. Situasi yang berlangsung sama seperti pendaftaran WNI di Belanda. Mengenai ini berlangsung dikarenakan beberapa negara di Eropa (Austria, Belanda, Belgia, Jerman, Italia, Luksemburg, Yunani, Spanyol & Portugal) terikat dalam Traktat Munich 5 September 1980, tentang pencatatan nama depan dan nama keluarga. Dalam traktat tersebut tertulis bahwa pencatatan nama berkebangsaan asing harus pas dengan peraturan yang berlangsung pada masing-masing berkebangsaannya. Sah bukti hitam di atas putih dibutuhkan untuk WNI yang mempunyai nama keluarga kepada mencatatkan nama depan dan nama keluarga secara terpisah.

Amerika Serikat

Di Amerika Serikat aci tiga metode kepada mengubah nama tunggal:

  1. Membubuhi singkatan FNU (atau Fnu - singkatan dari First Name Unknown - "Nama Depan Tidak Diketahui") dan memakai nama aslinya menjadi nama belakang; mengenai ini membikin beberapa orang menyangka bahwa nama Fnu merupakan nama yang umum dipakai di Indonesia.
  2. Membubuhi singkatan LNU (atau Lnu - singkatan dari Last Name Unknown - "Nama Belakang Tidak Diketahui") dan memakai nama aslinya menjadi nama depan; mengenai ini sebaliknya membikin beberapa orang menyangka bahwa Lnu merupakan nama keluarga yang umum di Indonesia.
  3. Sama seperti Jerman memakai nama yang sama dua kali, menjadi nama depan dan nama belakang.

Sumber nama

Nama keluarga lokal

Seorang wanita Minangkabau

Aci beberapa suku bangsa di Indonesia yang memakai sistem nama keluarga yang diwariskan turun-temurun.

Nama patronimik

Sistem penamaan yang umum dipakai di Eropa ini (lihat Nama) tidak termasyhur di Indonesia. Sistem ini dalam bahasa Indonesia menambahkan nama sang ayah disertai imbuhan belakang -putra kepada anak lelaki, atau -putri kepada anak perempuan. Tokoh termasyhur yang memopulerkan/memperkenalkan sistem ini merupakan anak-anak mantan presiden Soekarno: Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, Guruh Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri.

Nama matronimik

Sistem ini hampir sama dengan patronimik tetapi memakai nama sang ibu karena menganut sistem kekerabatan matrilineal. Minangkabau merupakan kelompok suku matrilineal terbesar di dunia dan merupakan suku terbesar keempat di Indonesia. Adat seperti ini sangatlah unik di tengah-tengah negara yang mayoritas penduduknya sangat memuja-muja Islam.

Nama Aceh

Nama Islam memiliki keunikan tersendiri karena Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang mengerjakan syariat Islam dan hampir seluruh penduduknya sangat memuja-muja Islam. Kebudayaan Islam yang telah mengakar di Aceh dan berkomunikasi dengan kebudayaan satu tempat memunculkan nama-nama khas Cut, Teuku, Nyak, dan menjadinya.

Nama Aceh pada umumnya identik dengan agama Islam, walaupun tidak berarti semua pemilik nama bernuansa Aceh sangat memuja-muja Islam.

Nama Bali

Nama Bali memiliki keunikan tersendiri karena Bali merupakan satu-satunya pulau di Indonesia yang hampir seluruh penduduknya sangat memuja-muja Hindu. Kebudayaan Hindu yang telah mengakar di Bali dan berkomunikasi dengan kebudayaan satu tempat memunculkan nama-nama khas I Gede, I Made, I Ketut, I Bagus, dan menjadinya.

Nama Bali pada umumnya identik dengan agama Hindu, walaupun tidak berarti semua pemilik nama bernuansa Bali sangat memuja-muja Hindu.

Nama Buton

Nama Buton berkaitan dekat dengan kebudayaan yang memunculkan nama-nama khas La Ode, Wa Ode, La dan Wa. Nama La Ode ditujukan kepada seorang pria, sedangkan Wa Ode ditujukan kepada seorang wanita. Dahulu La Ode dan Wa Ode ditujukan kepada kalangan bangsawan yang dalam bahasa satu tempat Ode berarti seseorang yang dimuliakan sedangkan penduduk biasa memakai nama La kepada pria dan Wa kepada wanita. Kini La Ode dan Wa Ode telah jumlah dipakai penduduk meskipun bukan keturunan bangsawan karena kini telah menjadi penciri khas bahwa pemilik nama bermula dari Buton. Nama buton identik dengan agama Islam (Arab) dan beberapa kecil identik dengan budaya barat, Tionghoa, dan Hindu. Contohnya: La Ode Muhammad Falihi (Arab), Wa Ode Nur Sari Dewi (Arab-Hindu), La Acing (Tionghoa), Wa Lucy (Barat).

Nama Tionghoa

Nama Tionghoa khususnya dipakai oleh penduduk Tionghoa-Indonesia. Banyakan di selang mereka yang memakai nama Indonesia memiliki dua nama, yang satu merupakan nama yang tertulis di akte kelahirannya (nama Indonesia / nama Tionghoa dengan aksara Latin, pada umumnya dipakai ejaan suku sumber mereka) dan nama Tionghoa asli mereka yang diwariskan secara turun temurun (tidak tercatat dalam dokumen resmi manapun, hanya dihafalkan oleh keluarga saja).

Seiring dengan modernisasi, jumlah keluarga-keluarga Tionghoa-Indonesia muda yang mulai membelakangi tradisi menamai anak-anak mereka dengan nama Tionghoa. Mereka yang mendapat edukasi Barat pada umumnya mengadopsi tatacara penamaan Barat kepada keluarga yang mereka bangunan, kecuali generasi orang tua mereka ikut campur tangan.

Di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, kepada mengasimilasi etnis/suku Tionghoa-Indonesia ke dalam tatanan penduduk satu tempat, maka dikeluarkanlah peraturan kepada mewakili nama Tionghoa mereka menjadi nama Indonesia. Mengenai ini membikin kesusahan dan kebingungan di selanjutnya hari dan begitu saja tidak menolong bagian asimilasi karena nama yang dipakai pada umumnya bercorak Eropa dan nama marga Tionghoa yang diindonesiakan tetap menunjukkan jati diri kesukuan mereka. Secara umum aci dua reaksi terhadap peraturan baru tersebut: kelompok yang mengubah nama mereka (untuk argumen yang berbeda-beda), misalnya Liem Sioe Liong yang mewakili namanya menjadi Sudono Salim dan kelompok yang mempertahankan nama mereka, hanya tidak memakai watak Tionghoa, tetapi huruf Latin (yang khas Indonesia, karena dipengaruhi metode pengejaan setempat), misalnya Liem Swie King dan Kwik Kian Gie. Selagi kelompok yang kedua hanya memiliki satu nama saja dan nama keluarganya terletak di depan, kelompok yang pertama mempertahankan kedua-dua nama mereka dan mempergunakannya silih bertukar pas dengan kondisi. Nama keluarga kelompok yang pertama juga ditempatkan di belakang, dan tidak aci konsensus resmi (dikarenakan minimnya komunikasi dan persebarannya di seluruh Indonesia) tentang transliterasi dari marga Tionghoa resmi (Liem, Tio, Kwik, dll) menjadi ejaan Indonesia (Liem menjadi Salim, Halim, Limawan, dll).

Nama Arab

Nama Arab khususnya dipakai oleh penduduk Arab-Indonesia dan penganut Islam lainnyanya. Keturunan orang Arab yang menetap di Indonesia masih memakai nama marga Arab mereka (contoh: Assegaf, Shihab, dll). Nama-nama depan yang bernuansa Arab cukup termasyhur dipakai oleh orang Indonesia karena latar belakang agama Islam yang kental pada nama-nama Arab seperti Amir, Rashid, Saiful, Bahar, yang bervariasi tergantung ejaan masing-masing daerah sumber mereka. Nama-nama tersebut kecuali dipakai menjadi nama depan juga tidak jarang dipakai menjadi nama belakang atau nama keluarga.

Nama Arab pada umumnya identik dengan agama Islam, walaupun tidak berarti semua pemilik nama bernuansa Arab sangat memuja-muja Islam.

Nama India

Nama India khususnya dipakai oleh penduduk India-Indonesia. Keturunan orang India yang menetap di Indonesia masih memakai nama marga India mereka (contoh: Punjabi, Azhari, Haque, Sinivasan, Singh, dll). Jumlah nama orang Indonesia yang memakai nama-nama India atau Hindu, meskipun tidak berarti bahwa mereka sangat memuja-muja Hindu. Nama-nama seperti "Yudhistira Adi Nugraha", "Bimo Nugroho", "Susilo Bambang Yudhoyono", keseluruhan mencerminkan pengaruh India yang sangat kuat di Indonesia.

Kecuali itu di beberapa tempat, terlihat sisa-sisa keturunan penduduk India yang telah berbaur dengan penduduk Indonesia. Nama-nama keluarga di kalangan penduduk Batak Karo, seperti Brahmana dan Gurusinga yang bernuansa India, menunjukkan warisan tersebut.

Nama Eropa

Pemeluk agama Katolik (dan juga kadang Protestan) pada umumnya memakai nama baptis bercorak Latin (contoh: Johannes, Paulus, Antonius, Anastasia), selagi pemeluk agama Protestan (dan juga kadang Katolik) pada umumnya memberikan nama anak mereka nama-nama dalam bahasa Inggris (contoh: George, Harry, John, Stephanie, Melinda). Kelompok yang ketiga memakai nama-nama, baik Latin maupun Inggris, dan mengindonesiakannya (contoh: Antoni, Heri, Joni, Stefani). Penduduk non-Kristen Indonesia juga kadang-kadang memakai nama-nama asing yang tidak begitu berkomunikasi dengan kekristenan (contoh: Tony, Julie).

Nama Eropa pada umumnya identik dengan agama Kristen, walaupun tidak berarti semua pemilik nama bernuansa Eropa sangat memuja-muja Kristen.

Kombinasi

Karena keragaman budaya di Indonesia, tidak jarang ditemui kombinasi nama-nama di atas seperti Ricky Hidayat (Inggris-Arab) atau Lucy Wiryono (Inggris-Jawa).

Pranala luar

  • (Inggris) Nama bayi Indonesia, disertai dengan maknanya
Topik Indonesia National emblem of Indonesia Garuda Pancasila.svg
 
Sejarah Nusantara
 
Sejarah Indonesia
 
Geografi
 
Politik dan
pemerintahan
 
Ekonomi
 
Demografi
 
Budaya
 
Simbol
 
Flora fauna
 
Lainnya
 
Nama di beragam kebudayaan di dunia
 

Arab • Armenia • Bali • Bangladesh • Bulgaria • Ceko • Belanda • Fiji • Filipina • Finlandia • Ethiopia • Ghana • Hawaii • Ibrani • Hungaria • Islandia • India • Indonesia • Irlandia • Italia • JawaJepang • Jerman • Kamboja • Kanada • Kroasia • Korea • Laos • Latvia • Lithuania • Malaysia • Minangkabau • Mongolia • Myanmar • Pakistan • Perancis • Persia • Polandia • Portugis • Romawi • Rusia • Serbia • Slowakia • Spanyol • Thai • Tibet • Tionghoa • Turki • Ukraina • Vietnam • Yahudi • Yunani



Sumber :
kategori-antropologi.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dan lain-lainnya.



 Job Opportunities
 Various Forums
 Master School Program
 Download Brochures
eduNitas.com
Toll-free service
0800 1234 000
Sites
Regular Night Course (Online Lectures / Blended)

Profile
Admission
Selection System
Study Program
Prospects Alumnus
Our Services
Important Info
 ⛤ Agriculture
 ⛤ Biography
 ⛤ Geography
 ⛤ Guinea-Bissau
 ⛤ Law
 ⛤ Military
 ⛤ New Caledonia
 ⛤ Pidie
 ⛤ Puncak Jaya
 ⛤ Religion
 ⛤ Sports
 Prayer Times
 Alquran Online
 User book
 Psychotest Tips & Tricks
 Referral Center
 Various Kinds Adsense
 Online Registration
 Waivers Tuition Submission
 Online College in the Best 168 PTS
 Free Tuition Fees Program
 Non Regular Class Program
 Regular Day Tuition Program
 Regular Night Lecture
 Free Online Try Out



Special Links
Education
PTS Selected & Prominent
Bachelor, Diploma (D3)

FREE DOWNLOAD
Employee Classes Brochure
Combined All Areas of Indonesia

PDF (11,2 MB)ZIP (8,8 MB)
jpg (36,2 MB)
Employee Classes Brochure
JABODETABEK

PDF (5,5 MB)ZIP (4,4 MB)
jpg (13,2 MB)
Employee Classes Brochure
Java and Bali

PDF (4,4 MB)ZIP (3,5 MB)
jpg (14,5 MB)
Employee Classes Brochure
West Java

PDF (2,8 MB)ZIP (2,2 MB)
jpg (7,1 MB)
Employee Classes Brochure
SULAWESI

PDF (1,9 MB)ZIP (1,5 MB)
jpg (5,6 MB)
Employee Classes Brochure
SUMATERA & BATAM

PDF (2,2 MB)ZIP (1,7 MB)
jpg (6,5 MB)
Regular Program Brochure
PDF (4,1 Mb)ZIP (8,4 Mb)
"New Breakthrough" Book
Strategies to Increase Revenue
PTS, Quality Education
& Resources PTS

PDF(6 Mb)jpg(16 Mb)

Catalog Request
(FREE via POS)
Full name

Recipient Address

City & Province

Postal Code

Email (not required)

☆ must be filled in correctly
Or send name and
Your address via SMS to mobile:
08523 1234 000