Gerakan Aceh Merdeka

Gerakan Aceh Merdeka
Flag of Aceh.svg
Bendera GAM
Saat tugas4 Desember 1976 - 27 Desember 2005
NegaraIndonesia
Aliansi(sekutu)Nasional, separatis
SpesialisasiGerilya
MarkasPegunungan dan hutan di Aceh
PerlengkapanTentara kecil and dinamit
PerangPemberontakan di Aceh
Komando tempur
KomandanHasan di Tiro (meninggal)
Lencana
Lencana 1Bulan sabit dan bintang
Lencana 2Initials "GAM"

Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM merupakan sebuah organisasi (yang dianggap separatis) yang memiliki tujuan supaya Aceh, yang merupakan daerah yang aci waktu untuk bertukar nama menjadi Nanggroe Aceh Darussalam bebas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang disebabkan perbedaan hasrat ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia. Pada tanggal 2 Juni 2010, ia memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, tepat sehari sebelum ia meninggal di Banda Aceh. [1].

Garis waktu

Pada 4 Desember 1976 inisiator Gerakan Aceh Merdeka Hasan di Tiro dan beberapa pengikutnya mengeluarkan pernyataan perlawanan terhadap pemerintah RI yang dilaksanakan di perbukitan Halimon di kawasan Kabupaten Pidie. Diawal saat berdirinya GAM nama resmi yang dipakai merupakan AM, Aceh Merdeka. Oleh pemerintah RI pada periode 1980-1990 nama gerakan tersebut disebutkan dengan GPK-AM. Perlawanan represif bersenjata gerakan tersebut mendapat reaksi keras dari pemerintah pusat RI yang selesai menggelar sebuah operasi militer di Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang dikenal dengan DOM (Daerah Operasi Militer) pada paruh yang belakang sekali 80-an sampai dengan penghujung 90-an, operasi tersebut telah membikin para aktivis AM terpaksa meneruskan perjuangannya dari daerah pengasingan. Disaat rezim Orde Baru selesai dan reformasi dilaksanakan di Indonesia, seiring dengan itu pula Gerakan Aceh Merdeka kembali eksis dan memakai nama GAM menjadi identitas organisasinya.

Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga pemerintah mengerjakan status Darurat Militer di Aceh pada tahun 2003, setelah melintasi beberapa babak dialogis yang gagal mencapai solusi kata sepakat antara pemerintah RI dengan aktivis GAM. Konflik tersebut seberapa jumlah telah menekan keaktifan bersenjata yang dimainkan oleh GAM, jumlah di antara aktivis GAM yang melarikan diri ke luar daerah Aceh dan luar negeri. Bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 telah memaksa pihak-pihak yang bertikai kepada kembali ke meja perundingan atas inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.

Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Marti Ahtisaari mempunyai peran menjadi fasilitator.

Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilaksanakan pada 15 Agustus 2005. Babak perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggota lima negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya merupakan bahwa pemerintah Indonesia akan masuk memberi fasilitas pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti untuk anggota GAM.

Meski, perdamaian tersebut, sejatinya sampai kini masih menyisakan persoalan yang belum mendapatkan jalan keluar. Misal saja berkait dengan Tapol/Napol Aceh yang masih aci di penjara Cipinang, Jakarta seperti Ismuhadi, dkk. Selain juga persoalan kesejahteraan mantan prajurit kombatan GAM yang cenderung hanya dinikmati oleh segelintir elit.

Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk mandek diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005. Selanjutnya pada 27 Desember, GAM melintasi juru cakap militernya, Sofyan Dawood, mengedepankan bahwa sayap militer mereka telah dibubarkan secara formal.

Tokoh-tokoh GAM

  • Daud Paneuk
  • Dr. Zubir
  • Dr. Mukhtar
  • Ishak Daud
  • Abdullah Syafi'ie
  • Said Adnan

MP GAM

Selain GAM, pada saat konflik tersebut juga menyembul sebuah gerakan tandingan yang dikendalikan dari luar negeri yang dikata dengan MP GAM. Gerakan tersebut kekurangan mendapat reaksi dari penduduk lebar di Aceh. Pada awal tahun 2000-an juru cakap gerakan tersebut tewas dalam sebuah tingkah laku yang dibuat penembakan di Malaysia.

Lihat juga

Pranala luar

Acuan

  1. ^ Otto Syamsuddin Ishak, dkk, Hasan Tiro: Unfinished Story of Aceh, Bandar Publishing-Banda Aceh, 2010


Sumber :
kategori-antropologi.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, dan lain-lainnya.