Roestam Effendi |
---|
![Rustam Effendi.jpg](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=19&kodegb=125px-Rustam_Effendi.jpg) |
Lahir | 13 Mei 1903 Padang, Sumatera Barat |
---|
Meninggal | 24 Mei 1979 Jakarta |
---|
Pekerjaan | Dramawan, penyair, penulis |
---|
Roestam Effendi (lahir di Padang, Sumatera Barat, 13 Mei 1903 – meninggal di Jakarta, 24 Mei 1979 pada umur 76 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia asal Minangkabau dan tokoh aksi kemerdekaan Indonesia. Keberadaannya dalam khasanah sastra Indonesia cukuplah penting. Semangat perlawanan terhadap pemerintah penjajahan dituangkan dalam penulisan sajak dan drama yang bersifat metaforik, dan dijadikan pembaharu dalam gaya. Beliau adalah orang Hindia-Belanda pertama yang dijadikan babak parlemen Belanda (Tweede Kamer). [1]
Riwayat
Roestam lahir dari pasangan Soelaiman Effendi dan Siti Sawiah. Ayahnya adalah seorang fotografer, yang akhir pindah ke Jakarta dan mendirikan Effendi Bank.[2] Roestam lulusan Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi yang akhir melanjutkan sekolahnya di Hogere Kweekschool voor Indlanse Onderwijzers (Sekolah Pengajar Tinggi untuk Pengajar Bumiputra) di Bandung. Pada tahun 1926 beliau pergi ke Belanda untuk melanjutkan babak memberi latihan Hoofdakte. Sejak masih duduk di bangku sekolah, Roestam sudah banyak menaruh minat pada soal-soal hukum budaya istiadat dan pernah bercita-cita hendak memperbaharui dunia sandiwara yang saat itu lebih bersifat komedi stambul.
Karier
Sebelum pergi ke Belanda, Roestam sempat beberapa lama dijadikan kepala sekolah di Adabiah, Padang. Sebelum di Adabiah, beliau pernah dinaikkan dijadikan Waarnemend hoofd pada sekolah tingkatan HIS di Siak Sri Indrapura. Namun pengangkatan tersebut dihalaunya. Beliau akhir mendirikan sekolah partikelir yang diberi nama "Adabiah". Sebagai kepala sekolah, beliau merasa mempunyai kemerdekaan untuk berbuat. Sehingga ketika beliau mengepalai sekolah, beliau juga terjun ke dunia politik dan aktif menulis.
Selama 19 tahun (1928-1947) beliau menetap di Belanda, dan bergabung dengan Partai Komunis Belanda (Communistische Party Nederland, CPN) dan selama 14 tahun (1933-1946) Roestam adalah satu-satunya orang Hindia Belanda yang pernah dijadikan babak Majelis Rendah (Tweede Kamer) mewakili partai tersebut. [3]
Di dunia sastra, keseriusannya untuk mengembangkan sastra Melayu dipandukan dengan kegigihannya mengkaji hasil-hasil kesusastraan Melayu seperti hikayat, syair, dan pantun. Pada masa awal kepengarangannya, Roestam sering menggunakan nama-nama samaran seperti Rantai Emas, Rahasia Emas, dan Rangkayo Adun.
Naskah Drama
Karya Roestam yang cukup terkenal ialah Bebasari, yaitu naskah drama yang ditulisnya pada tahun 1920-an. Naskah ini sempat dilarang oleh pemerintah Belanda ketika ingin dipentaskan oleh murid MULO Padang dan para mahasiswa kedokteran di Batavia (Jakarta). Pelarangan itu disebabkan karena karya ini dianggap sindiran terhadap pemerintah Hindia-Belanda.
Cuplikan teks Bebasari :
- Harapan beta perawan pada Bujangga hati pahlawan
- Lepaskan beta oh kakanda, lepaskan
- Dengarlah peluk asmara abdi
- Kilatkan jaya kekasih hati
Inti cerita Bebasari ialah, putri seorang bangsawan yang terkurung di sela kawat berduri, setelah ayahnya dibunuh. Bebasari diculik. Mungkin dia yakin kekasihnya, Bujangga, terus membawa dendam kesumat pada penjahat Rahwana. Bagaimana tak sakit hati Bujangga, kekasih diculik, kerajaan porak-poranda, bapak mati berkubang kesedihan. Hatinya geram dan bersiap menuntut balas. Jiwa kebangsaan, dendam patriotik hingga cinta asmara dijadikan senjata pamungkas menghadapi penindas durjana.
Keluarga
Roestam Effendi mempunyai empat kerabat yang lebih muda laki-laki, diantaranya Bachtiar Effendi, salah seorang aktor dan sutradara; Boes Effendi, politisi Partai Nasional Indonesia; serta Deibel Effendi, pemimpin pasukan pemuda Surabaya dan tewas dalam perang dengan militer Belanda di Jawa Timur. Putranya Tammy Effendi, pernah menjabat sebagai direktur Taman Ismail Marzuki. Dia juga adalah datuk (kakek) dari aktor sekaligus wakil gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf.[4]
Karya-karyanya
- Revolusi Nasional (Juli, 1947)
- Seberapa Pernyataan Tentang Soal-Soal Trotskysme (April, 1947)
- Soal-Soal di Sekitar Krisis Kapitalis (Mei, 1947)
- Soal-Soal Mengenai Sistem Kapitalis (December 1947)
- Pidato-Pidato Tentang Soal-Soal Negara Demokrasi dan Diktatur Proletar (April, 1948)
- Demokrasi dan Demokrasi (December, 1949)
- Strategi dan Taktik (Juni, 1950)
- Percikan Permenungan, kelompok puisi yang pernah dimuat majalah Asjraq, Padang (1926)
- Bebasari, naskah drama tiga babak (1926)
- Van Moskow naar Tiflis: mijn reis door de nationale Sowjet-republieken van de Kaukasus (Amsterdam, 1937, ditulis dalam bahasa Belanda)
- Indonesia Vrij (Amsterdam, 1940, ditulis dalam bahasa Belanda)
- Recht voor Indonesië!: een beroep op democratisch Nederland (1937, ditulis dalam bahasa Belanda)
- Quo vadis Nederland? (Blaricum: Alcoholstichting Blaricum, 1945, ditulis dalam bahasa Belanda)
Pranala luar
Rujukan
- ^ (Indonesia) Biografi Roestam Effendi di Laman Pusat Bahasa. Diakses 27 Oktober 2011
- ^ Sejarah Kecil Vol. 4, Rosihan Anwar, Kompas Gramedia, 2010
- ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 400
- ^ Rosihan Anwar, Latar Politik Dede Yusuf, Pikiran Rakyat.com
Sumber :
m.andrafarm.com, kategori-antropologi.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.