Kepribadian![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=275px-Luigi-paris-punk-pose-1981.jpg) Babak pilihan pakaian dan gaya rambut yaitu babak dari ekspresi kepribadian. Kepribadian yaitu keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.[1] Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam sebutan sifat yang dapat diukur yang dipandukan oleh seseorang.[1] Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel disampaikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya disampaikan atribut “tidak milik kepribadian”. Berlandaskan psikologi, Gordon Allport menerangkan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang yaitu suatu bangun dan sekaligus babak. Jadi, kepribadian yaitu sesuatu yang dapat berganti. Dengan cara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian dengan cara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.[2] Ciri-ciri kepribadianPara ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang diterapkan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 arti tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang diterapkannya, penghabisannya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang diasumsikan semakin sempurna. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian yaitu organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ucap kunci dari pengertian kepribadian yaitu penyesuaian diri. Scheneider (1964) memberi arti penyesuaian diri sebagai “suatu babak respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan selang pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan selang individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan bangun psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk menerangkan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Ajang dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengatakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup : - Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
- Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang masuk dari lingkungan.
- Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
- Responsibilitas (tanggung jawab) yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau afal yang diterapkan. Seperti mau menerima risiko dengan cara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
- Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang buka atau tertutup dan kemampuan mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang memperlihatkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengatakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut : Kepribadian yang sehat - Mampu menilai diri sendiri dengan cara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan tidak cukupnya, dengan cara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
- Mampu menilai situasi dengan cara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya dengan cara realistik dan mau menerima dengan cara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
- Mampu menilai prestasi yang diperoleh dengan cara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya dengan cara rasional, tidak dijadikan sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
- Menerima tanggung jawab; dia ada keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
- Kemandirian; memiliki sifat dapat berdiri sendiri dalam cara berfikir, dan beraksi, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
- Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress dengan cara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
- Berpandangan tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berlandaskan pertimbangan dengan cara dewasa (rasional), tidak atas landasan paksaan dari luar, dan berusaha mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
- Berpandangan keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan buka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk dijadikan korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
- Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berlandaskan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
- Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat - Mudah marah (tersinggung)
- Memperlihatkan kekhawatiran dan kecemasan
- Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
- Bersikap kejam atau suka mengganggu orang lain yang usianya semakin muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk membiarkan tidak terikat perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Kebiasaan berbohong
- Hiperaktif
- Bersikap memusuhi semua bangun otoritas
- Suka mengkritik/mencemooh orang lain
- Sulit tidur
- Tidak cukup memiliki rasa tanggung jawab
- Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Tidak cukup memiliki kesadaran untuk mentaati petunjuk agama
- Pesimis dalam menghadapi kehidupan
- Tidak cukup bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Faktor-faktor penentu kepribadian Faktor keturunanKeturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu.[1] Tinggi fisik, bangun wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis yaitu karakteristik yang biasanya diasumsikan, entah sepenuhnya atau dengan cara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.[1]
Terdapat tiga landasan penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap pendapat bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang.[1] Landasan pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. [1] Landasan kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.[1] Landasan ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam beragam situasi.[1]
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan.[3] Bukti memperlihatkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan aib, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[3] Temuan ini mengatakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.[3] Para peneliti telah mengkaji semakin dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan dengan cara terpisah.[4] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa babak variasi yang signifikan di selang anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan belum cukup memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan ucap lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata semakin mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1] Faktor lingkunganFaktor lain yang memberi pengaruh cukup akbar terhadap pembentukan karakter yaitu lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompokan sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam mewujudkan kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh, kebudayaan mewujudkan norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang dengan cara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki seberapa pengaruh pada kultur yang lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam kebudayaan yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.[1] Sifat-sifat kepribadianBeragam penelitian awal mengenai bangun kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menerangkan perilaku individu seseorang.[1] Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu yaitu aib, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.[5] Karakteristik-karakteristik tersebut jika dipandukan dalam beragam situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.[5] Sifat kepribadian dijadikan suatu hal yang mendapat perhatian cukup akbar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu babak seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.[5] Cara identifikasi kepribadianTerdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang menertibkan perilaku.[6] Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan seberapa bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan organisasional.[6] Dua pengecualian yaitu Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.[6] Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah dijadikan kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.[6] Myers-Briggs Type IndicatorMyers-Briggs Type Indicator (MBTI)[7] yaitu coba kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berlandaskan jawaban yang disampaikan dalam coba tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai[6]. Instrumen ini yaitu instrumen penilai kepribadian yang paling sering dipergunakan.[8] MBTI telah dipraktikkan dengan cara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan beragam rumah sakit, institusi babak memberi latihan, dan angkatan bersenjata AS.[8] Model Lima AkbarMyers-Briggs Type Indicator tidak cukup memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar.[6] Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah akbar penelitian mendukung bahwa lima dimensi landasan saling mendasari dan mencakup beberapa akbar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia.[9] Faktor-faktor lima akbar mencakup ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berjaga-jaga, stabilitas emosi, dan buka terhadap hal-hal baru.[9] Menilai kepribadian![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=250px-Rorschach_inkblots.jpg) Sepuluh kartu yang dipergunakan dalam Rorschach Inkblot test. Alasan paling penting mengapa manajer butuh mengetahui cara menilai kepribadian yaitu karena penelitian memperlihatkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat keputusan perekrutan.[1] Nilai dalam coba kepribadian membantu manajer meramalkan yang dipersiapkan menjadi terbaik untuk suatu pekerjaan.[1] Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian[1]: - Survei dapat berdiri sendiri
- Survei peringkat oleh pengamat
- Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)
Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi Evaluasi inti diriEvaluasi inti diri yaitu tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kemudi atau tidak berkekuatan atas lingkungan mereka.[10] Evaluasi inti diri seorang individu dipilihkan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kemudi.[10] Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berguna atau tidak berguna sebagai seorang manusia.[10] MachiavellianismeMachiavellianisme yaitu tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil semakin penting daripada babak.[10] Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada ratus tahun keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.[10] NarsisismeNarsisisme yaitu kecenderungan dijadikan arogan, ada rasa kepentingan diri yang amat sangat, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka yaitu pemimpin yang semakin baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang semakin buruk.[1] Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas kelebihan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berkata kasar kepada individu yang mengancam mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya[1]. Pemantauan diriPemantauan diri yaitu kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal.[11] Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi memperlihatkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal[11]. Bukti memperlihatkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung semakin memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.[11] Kepribadian tipe AKepribadian tipe A yaitu keterlibatan dengan cara agresif dalam perjuangan bertali-tali untuk mencapai semakin banyak dalam waktu yang semakin seberapa dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.[12] Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan dengan cara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil.[12] Karakteristik tipe A adalah:[12] - selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati waktu luang;
- terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bangun jumlah hal yang dapat mereka peroleh.
Kepribadian proaktifKepribadian proaktif yaitu sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani beraksi, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batas atau halangan.[1] Referensi- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127
- ^ http://www.psikologizone.com/pengertian-kepribadian-menurut-awam-dan-psikologi/06511225
- ^ a b c Stein, M. B.; Jang, K. L.; Livesley, W. J. Heritability of Social Anxiety-Related Concerns and Personality Characteristics: A Twin Study, New York: Viking, 2002. hal. 219-224.
- ^ Arvey, R. D.; Bouchard, T. J. Genetics, Twins, and Organizational Behavior, Greenwich, CT: JAI Press, 1994. hal. 65-66.
- ^ a b c Buss, A. H. "Personality as a Traits," American Psychologist, November 1989, hal. 1378-1388.
- ^ a b c d e f Arvey, R. D. "Genetics, Twin, and Organizational Behavior," Research in Organizational behavior, vol. 16, Greenwich CT: JAI Press, 1994, hal 65-66.
- ^ McCrae, R. R. Reinterpreting the Myers-Briggs Type Indicator from the Perspective of the Five Factor Models of Personality, Journal of Personality, Ney York: Wiley, Maret 1989, hal. 17-40
- ^ a b "Identifying How We Think," Hardvard Business Review, Juli-Agustus 1997, hal. 114-115.
- ^ a b McCrae, R. R. Special Issue: The Five-Factor Model: Issue and Applications, Journal of Personality, Juni 1992. hal. 304-315.
- ^ a b c d e Judge, T. A. A Rose by any Other Name, Personality Psychology in the Workplace, Washington DC: American Psychological Association, hal. 93-118.
- ^ a b c Snyder, M. The Psychology of Self-Monitoring, Psychology Bulletin, Juli 2000, hal. 530-555.
- ^ a b c Friedman, A. Type A Behavior and Your Heart, New York: Alfred A. Knopf, 1974, hal. 84.
Sumber : indonesia-info.net, kategori-antropologi.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya. |
| |
|
FREE DOWNLOAD | Kelas Karyawan Brochure Combined All Areas of Indonesia ⚑ PDF (11,2 MB)⚑ ZIP (8,8 MB) ⚑ jpg (36,2 MB) | Kelas Karyawan Brochure JABODETABEK ⚑ PDF (5,5 MB)⚑ ZIP (4,4 MB) ⚑ jpg (13,2 MB) | Kelas Karyawan Brochure Java and Bali ⚑ PDF (4,4 MB)⚑ ZIP (3,5 MB) ⚑ jpg (14,5 MB) | Kelas Karyawan Brochure West Java ⚑ PDF (2,8 MB)⚑ ZIP (2,2 MB) ⚑ jpg (7,1 MB) | Kelas Karyawan Brochure SULAWESI ⚑ PDF (1,9 MB)⚑ ZIP (1,5 MB) ⚑ jpg (5,6 MB) | Kelas Karyawan Brochure SUMATERA & BATAM ⚑ PDF (2,2 MB)⚑ ZIP (1,7 MB) ⚑ jpg (6,5 MB) | Regular Program Brochure ⚑ PDF (4,1 Mb)⚑ ZIP (8,4 Mb) | National Calendar 2023 ⚑ jpg (2,1 Mb)⚑ PDF (400 kb) | Collection of UN & PTN ⚑ PDF(3,5 Mb)⚑ ZIP(1,5 Mb) |
Catalog Request ( via POS) | Or send name and Your address via SMS to mobile: 08523 1234 000
|
|
|
|