Karakteristik teknik bahan pertanian
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian yang dianalisis dengan tujuan meringankan dalam mendesain bagian dan peralatan dan mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi bahan pertanian. Contoh bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil cara pertanian. Sifat fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk, panjang, lebar permukaan, volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas (mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya), karakteristik cairan (mencakup kadar cairan, higroskopisitas, kadar cairan kesetimbangan, dan sebagainya), sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung seperti gesekan yang terjadi selang bahan pertanian dan bahan pertanian dengan media lain serta kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Daftar konten
Ukuran sederhana
Bentuk dan ukuran
Fungsi dari biasanya mesin pertanian paling dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran bahan yang diproses. Contoh mesin tanam, ayakan (sifter), dan saringan membutuhkan pengetahuan mengenai dimensi ukuran bahan yang diproses supaya bisa menjalankan tugas dengan sama berat. Pada bagian tertentu, selain bentuk juga kerapatan bahan (bulk density).
Bentuk produk juga mempengaruhi koefisien pengepakan dalam suatu kontainer. Koefisien pengepakan secara teoritis nilainya mudah dihitung jika diasumsikan bahwa bentuk bahan adalah bulat sempurna. Namun kenyataan di lapangan, tidak tidak kekurangan bahan pertanian yang mempunyai bentuk bulat sempurna. Selain itu, bentuk bahan pertanian juga bisa berubah belakang suatu peristiwa bagian penanganan yang tidak berlaku sehingga menimbulkan kerusakan mekanis.
Indeks bentuk yang sering dipergunakan adalah kebulatan (roundness, sphericity), rasio kebulatan, rasio aksial, dan sebagainya. Berikut adalah deskripsi bentuk bahan pertanian:[1]
Bentuk | Deskripsi |
---|---|
Bulat | Menghampiri bola |
Oblate | Pipih di ujung tangkai |
Oblong | Diameter vertikal > diameter horizontal |
Mengerucut (conic) | Mengecil ke arah ujung |
Ovate | Bermodel telur, lebih kurang lebar di ujung tangkai |
Blique | Sumbu yang mengadakan komunikasi dengan tangkai |
Obovate | Kebalikan dari ovate |
Eliptik | Menghampiri bentuk elipsoid |
Truncate | Mempunyai dua belakang bertingkat atau rata |
Berrusuk | Potongan melintang ke dalam, sisi-sisi bertambah atau kurang siku |
Regular | Bentuk potongan horisontal menghampiri lingkaran |
Irregular | Bentuk potongan melintang horisontal menyimpang dari lingkaran |
Lebar permukaan
Lebar permukaan bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat kepada berbagai keperluan seperti menentukan kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan tanaman, tanah, dan cairan (transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil pertanian (misal kualitas daun tembakau). Metode yang dipergunakan adalah planimeter di mana bayangan benda diproyeksikan di atas kertas, lalu lebar bayangan benda. Metode lain yang bertambah maju adalah dengan memakai peralatan yang disebut dengan air-flow planimeter. Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan dengan komputer mempercepat bagian ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image processing).
Sesuai teori bahan,[2] ditemukan bahwa:
di mana,
- adalah volume (m3)
- adalah lebar permukaan bahan yang bermodel cembung (m2)
Volume dan massa macam
Volume dan massa macam berbagai produk pertanian bertingkah laku yang dibuat penting pada teknologi bagian dan dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini tidak kekurangan pada teknologi pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah, dan lain-lain. Umumnya keduanya diukur secara bersamaan memakai metode displacement (perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
di mana,
- adalah volume bahan (m3),
- adalah massa cairan yang dipindahkan (kg), dan
- adalah massa macam cairan (kg/m3)
Beberapa macam bahan pertanian bisa merembes cairan selama pengukuran memakai metode ini, sehingga butuh di atas namakan dengan fluida lain, misal toluena yang hampir tidak diserap oleh bahan pertanian.
Porositas
Porositas bahan dan gabungan sejumlah bahan curah bertingkah laku yang dibuat penting dalam pengeringan sebab mempengaruhi pergerakan cairan dan udara di dalam bahan (bahan tunggal) atau di selang bahan (bahan curah). Porositas merupakan rasio selang volume rongga terhadap volume total produk.
Reologi
Bahan pertanian merupakan benda yang bisa terus menerus terpapar gaya selama pemrosesan, dari pemanenan, pengemasan, pemrosesan, transportasi, dan penyimpanan. Sehingga pengetahuan tentang sifat reologi penting kepada mencegah kerusakan dan mengefisiensikan bagian penanganan bahan pertanian.
Istilah reologi yang umum seperti modulus Young, daya tensil, dan sebagainya bisa diaplikasikan. Beberapa ilmuwan seperti Mohsenin, Sitkei, dan Tsytovich memakai istilah bioyield point kepada menggambarkan sifat reologi yang tidak ditemui pada bahan lain. Bioyield point adalah titik pada kurva tegangan-deformasi di mana tegangan berkurang atau konstan dengan peningkatan deformasi.[3] Titik ini mencerminkan sensitivitas dari bahan biologis terhadap kerusakan. Rumusannya hampir sama dengan yield point, hanya beda bentuk ketika diaplikasikan ke dalam kurva.
Berikut adalah tabel sifat reologi beberapa bahan pertanian.[3]
Bahan | Beban pada puncak (N) | Tegangan pada puncak (N/mm2) | Regangan pada puncak (%) | Beban ketika patah (N) | Tegangan ketika patah (N/mm2) | Regangan ketika patah (%) | Beban pada titik yield (N) | Tegangan pada titik yield (N/mm2) | Regangan pada titik yield (%) | Modulus Young (N/mm2) |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Beras | 25032 | 16.46 | 18.79 | 25032 | 16.46 | 18.79 | 5482.0 | 3.61 | 6.24 | 85.79 |
Jagung | 15085 | 9.92 | 28.95 | 15085 | 9.92 | 28.95 | 3460.0 | 2.28 | 12.51 | 31.06 |
Sorgum | 15034 | 9.89 | 39.82 | 15034 | 9.89 | 39.82 | 5147.0 | 3.39 | 28.69 | 26.83 |
Cowpea | 15015 | 9.87 | 29.49 | 15012 | 9.87 | 29.50 | 3197.0 | 2.10 | 10.97 | 24.62 |
Garri | 15031 | 9.89 | 40.27 | 15031 | 9.89 | 40.27 | 5015.1 | 3.30 | 27.75 | 22.37 |
- Catatan: Garri adalah adonan yang dibuat dari tepung tapioka, makanan khas wilayah Afrika Barat
Sifat aero-hidrodinamika
Penanganan bahan pertanian seringkali memanfaatkan sifat ketahanannya terhadap udara dan cairan, misal penanganan biji-bijian memakai elevator biji-bijian tipe konveyor udara. Hal yang paling mudah terliat, seperti kayu yang telah ditebang juga dipindahkan ke tempat lain dengan dialirkan di sungai. Penanganan lain seperti pemisahan endosperma gandum dari sekamnya memakai sifat kelajuan terminal (terminal velocity) dari gandum dan sekamnya, dengan memakai kipas udara berkecepatan tertentu sehingga mampu menerbangkan sekam namun tidak menerbangkan endosperma gandum.
Benda yang tidak kekurangan dalam medium mengalir menerima gaya friksi dan gaya tekan, yang diistilahkan dengan gaya hambat (drag force). Akbarnya gaya hambat dihitung dengan persamaan:
dengan
- adalah koefisien hambat,
- ' adalah lebar penampang bahan (m2),
- adalah massa macam fluida (kg/m3), dan
- adalah laju aliran fluida.
Berikut adalah koefisien hambat dan kecepatan terminal dari berbagai bahan pertanian:[4]
Macam produk | Koefisien hambat | Kecepatan terminal (m/s) |
---|---|---|
Gandum | 0.50 0.85[5] | 9.6 8.41-9.06[5] |
Barley | 0.50 0.98[5] | 7.6 7.23-7.24[5] |
Jagung | 0.56-0.7 | 11.4 |
Lentil | 0.76[5] | 10.40-10.47[5] |
Kacang arab | 0.81[5] | 14.47-16.27[5] |
Kedelai | 0.45 | 14.5 |
Oat | 0.47-0.51 | 6.6 |
Kentang | 0.64 | 32.0 |
Apel | 42.0 | |
Aprikot | 34.0 | |
Ceri | 24.0 | |
Persik | 42-44 | |
Plum | 32-34 |
Gesekan pada bahan pertanian
Gesekan pada jumlah kasus paling penting kepada dianalisis pada semua bidang teknik pertanian. Gesekan selalu terjadi pada beberapa bentuk selama pergerakan bahan dan mempengaruhi gaya yang dihasilkan. Di dalam silo dan struktur penyimpanan lainnya, beban vertikal pada dinding dipilihkan oleh koefisien gesekan. Selama pemindahan secara pneumatis, khususnya pada bahan berkonsentrasi tinggi, gesekan selang bahan dengan dinding merupakan hambatan yang cukup penting. Elemen tertentu pada peralatan pengangkut, misalnya konveyor skrup, bisa dihitung jika koefisien gesekan diketahui. Perilaku produk curah dan butiran paling tergantung pada nilai koefisien gesekan. Gesekan bertingkah laku yang dibuat selama bagian pemotongan dan pengepresan produk pertanian.
Di bawah ini merupakan tabel koefisien gesek beberapa bahan pertanian.[6] Anggaran gaya geseknya sama dengan anggaran gaya gesek biasa.
Bahan | Permukaan | Koefisien gesek statis | Koefisien gesek dinamis |
---|---|---|---|
Alfalfa, pelet | Baja | 0.22 | 0.17 |
Alfalfa, pelet | Kayu | 0.39 | 0.28 |
Alfalfa, potongan | Baja | 0.37 | 0.34 |
Alfalfa, potongan | Kayu | 0.49 | 0.37 |
Barley | Beton | 0.52 | |
Barley | Kayu | 0.31 | |
Barley | Lembaran logam galvanis | 0.31 | |
Jagung pipil | Beton | 0.35-0.54 | |
Jagung pipil | Kayu | 0.37 | |
Jagung pipil | Lembaran logam galvanis | 0.37 | |
Jagung pipil | Polietilena | 0.38 | |
Jagung pipil | Teflon | 0.12 | |
Jagung pipil | Karet | 0.44 | |
Jagung fermentasi | Baja | 0.60 | 0.66-0.70 |
Oat | Beton | 0.44 | |
Oat | Kayu | 0.29 | |
Oat | Lembaran metal galvanis | 0.24 | |
Cangkang kerang | Baja | 0.38 | 0.35 |
Cangkang kerang | Kayu | 0.60 | |
Beras | Baja | 0.45 | |
Beras | Kayu | 0.44 | |
Kedelai | Beton | 0.52 | |
Kedelai | Kayu | 0.35 | |
Kedelai | Lembaran logam galvanis | 0.20 | |
Kedelai | Karet | 0.22 | |
Jerami | Baja | 0.20 | 0.30 |
Gandum | Beton | 0.51 | |
Gandum | Kayu | 0.31 | |
Gandum | Lembaran logam galvanis | 0.10 |
Ketika suatu bahan curah atau butiran dibawa keluar dari bukaan anggota bawah silo (funneling), atau ketika ditumpahkan ke lantai silo dan membentuk tumpukan (filling), koefisien gesek antar partikel akan mempengaruhi sudut kemiringan tumpukan dari dasar ke puncak tumpukan. Sudut ini disebut dengan sudut tenang (angle of repose). Pengetahuan mengenai sudut tenang ini penting dalam mendesain silo dan mesin pemanen kombinasi yang dilengkapi dengan penampungan hasil panen. Sudut tenang bahan pertanian ketika dalam bagian funneling dan filling bisa beda. Umumnya sudut tenang meningkat ketika kadar cairan bahan bertambah tinggi.[6]
Berikut adalah sudut tenang beberapa bahan pertanian:[7][6]
Bahan | Sudut tenang (derajat) |
---|---|
Sisa dari pembakaran kayu | 40° |
Kulit kayu | 45° |
Bekatul | 30–45° |
Kapur | 45° |
Biji Clover | 28° |
Kelapa parut | 45° |
Biji kopi segar | 35–45° |
Tanah | 30–45° |
Tepung jagung | 30-40° |
Tepung terigu | 45° |
Malt | 30–45° |
Urea (butiran) | 27° [8] |
Gandum | 27-41° |
Barley | 28-34.6° |
Jagung pipil | 27-38° |
Biji flax | 25° |
Oat | 32° |
Beras | 34-36° |
Kedelai | 29° |
Sifat optis bahan pertanian
Penggunaan cahaya dalam pertanian utamanya terkait dengan pensortiran bahan pertanian secara otomatis yang dideteksi dengan berbagai spektrum cahaya, dari infra merah sampai ultra ungu. Indikator yang bisa diukur dari penggunaan sifat optis ini selang lain kadar nutrisi, kadar cairan, kepadatan buah, dan keadaan fisik luar. Selain itu, sifat optis juga dipergunakan dalam pemanenan, misalnya kepada mengukur kadar gula dalam buah sebelum dipetik kepada mendapatkan hasil kedewasaan yang optimal. Selain kepada pengujian kualitas, cahaya juga dipergunakan kepada berbagai bagian fisik dan kimiawi seperti pengeringan (karena cahaya infra merah berintensitas tinggi mampu menguapkan sejumlah akbar cairan yang terkandung di dalam bahan pertanian) dan reaksi fotokimia pada bahan pertanian.[6]
Interaksi cahaya
Interaksi selang cahaya dan bahan pertanian terdiri dari reflektan, absorban, dan transmitan, kesemuanya dihitung dalam satuan rasio atau prosen terhadap sejumlah cahaya yang dibuktikan ke bahan pertanian. Reflektan adalah sejumlah cahaya yang dipantulkan oleh bahan pertanian, absorban adalah sejumlah cahaya yang diserap oleh bahan pertanian, dan transmitan adalah sejumlah cahaya yang dilaksanakan oleh bahan pertanian. Umumnya yang diukur adalah reflektan dan transmitan, dan selisihnya adalah absorban.
Secara sederhana, bisa digambarkan sebagai berikut:
Dengan
- adalah jumlah intensitas awal cahaya yang dibuktikan ke buah,
- adalah reflektan,
- adalah absorban, dan
- adalah transmitan. Satuannya bisa berbeda-beda pada setiap macam peralatan ukur.
Pemrosesan gambar
Pemrosesan gambar terkait dengan sifat cahaya tampak dengan indikator berupa sistem warna (hue, bisa berupa RGB maupun CMYK), value (tingkat kecerahan warna), dan chroma (tingkat kejenuhan warna). Pemrosesan gambar dipergunakan kepada membandingkan penampakan dari luar kepada menentukan kualitas dan ukuran bahan pertanian. Misal dipergunakan dalam sistem sortasi bunga yang baru dipanen dengan memperhatikan warna yang dimiliki bunga.
Sifat panas bahan pertanian
Sifat panas pada bahan pertanian penting dalam berbagai bagian pemanasan (misal pengeringan, dehidrasi, evaporasi, sterilisasi, pasteurisasi, dan perebusan) dan pendinginan (pembekuan, pengeringan beku, pendinginan) sehingga daya yang dipergunakan kepada melakukan bagian tersebut optimal dan tidak jumlah yang terbuang. Sebab dalam pertanian industri, jumlah bahan pertanian yang diproses bisa terbanyak.
Sifat panas yang diukur yaitu panas macam, konduktivitas panas, dan difusivitas panas.
Panas macam bahan pertanian
Panas macam adalah sejumlah panas yang diperlukan kepada meningkatkan temperatur satu unit massa sebanyak satu derajat. Panas macam dalam satuan SI adalah kJ/kgK. Begitu panas macam diketahui, jumlah panas yang diperlukan, , kepada menaikan temperatur zat bermassa dari temperatur awal ke temperatur belakang, bisa dihitung dengan rumus:
Berikut adalah tabel yang memuat nilai panas macam beberapa bahan pertanian.[6]
Bahan | Kadar cairan (% basis basah) | Panas macam (kJ/kgK) di atas titik beku | Panas macam (kJ/kgK) di bawah titik beku |
---|---|---|---|
Alpukat | 65 | 3.30 | 1.66 |
Apel | 75-85 | 3.72-4.02 | |
Beras | 12.0 | 1.65 | |
Daging ayam | 74 | 3.53 | 1.77 |
Daging domba muda | 90 | 3.89 | |
Daging kalkun | 64 | 3.28 | 1.65 |
Daging sapi (otot 60%) | 49 | 2.90 | 1.46 |
Daging sapi (otot 54%) | 45 | 2.80 | 1.41 |
Gandum keras | 9.2 | 1.55 | |
Gandum lunak | 9.0 | 1.57 | |
Ham (otot 74%) | 56 | 3.08 | 1.55 |
Ikan cod, fillet | 80 | 3.68 | 1.85 |
Ikan tuna utuh | 70 | 3.43 | 1.72 |
Jagung | 14.7 | 2.03 | |
Jamur | 90 | 3.94 | |
Jeruk 87 | 3.90 | 1.96 | |
Kacang tanah dengan kulit | 6 | 1.82 | 0.92 |
Kacang tanah dengan kulit, sangrai | 2 | 1.72 | 0.87 |
Keju Cheddar | 37 | 2.60 | 1.31 |
Keju Cottage | 60-70 | 3.27 | |
Kentang rebus | 80 | 3.64 | |
Kentang segar | 75 | 3.52 | |
Kentang, sup | 88 | 3.94 | |
Makaroni | 12.5-13.5 | 1.84 | |
Marshmallow | 17 | 2.10 | 1.05 |
Mentega | 16 | 2.07 | 1.04 |
Oat | 12.0 | 1.67 | |
Pecan | 3 | 1.75 | 0.88 |
Pistachio segar | 39 | 2.3 | |
Pistachio kering | 8 | 1.1 | |
Persik segar | 89 | 3.90 | 1.96 |
Plum segar | 75-78 | 3.52 | |
Susu (lemak 3.7%) | 87 | 3.85 | 1.94 |
Tepung terigu | 12-13.5 | 1.84 | |
Tin kering | 23 | 2.25 | 1.13 |
Tin segar | 78 | 3.63 | 1.82 |
Tomat matang | 94 | 4.03 | 2.02 |
Wortel | 86-90 | 3.88 | 1.95 |
Metode penentuan panas macam bisa diterapkan dengan persamaan empiris, metode pencampuran dengan kalorimeter, metode guarded-plate, dan metode kalorimeter penskalaan diferensial.
Persamaan empiris
Dengan persamaan empiris Siebel[9] kepada temperatur di atas titik beku:
Kepada temperatur di bawah titik beku:
Dengan,
- adalah panas macam (kJ/kgK) dan
- adalah kadar cairan bahan pertanian yang dinilai dalam bentuk rasio terhadap total massa bahan
Persamaan empiris lainnya yaitu persamaan Choi dan Okos.[6]:
dengan
- adalah fraksi massa cairan,
- adalah fraksi massa protein,
- adalah fraksi massa lemak,
- adalah fraksi massa karbohidrat, dan
- adalah fraksi massa sisa dari pembakaran
Persamaan lain dalam menentukan panas macam bahan segar sesuai kadar cairan dan panas macam bahan kering yang telah diketahui sebelumnya, yaitu:[10]
Di mana
- adalah panas macam bahan kering (J/kgK),
- adalah panas macam cairan (J/kgK), dan
- adalah kadar cairan basis basah bahan.
Persamaan empiris umum lainnya bisa ditemukan dengan variabel dan derajat error yang bervariasi, seperti persamaan Lamb dan Dominguez serta persamaan Heldman dan Singh.
Kalorimeter
Setiap kalorimeter mempunyai konstanta yang bervariasi, yang pada umumnya dikalibrasi secara periodik atau sebelum diterapkan pengujian. Kalorimeter menjalankan tugas dengan memakai prinsip pencampuran panas yang paling efisien di mana panas yang keluar dari sistem sangatlah sedikit. Panas yang dihasilkan didapatkan dari pengukuran fluida yang dipergunakan di dalam kalorimeter, pada umumnya cairan, sebelum dan sesudah pengujian, dikalibrasikan dengan konstanta kalorimeter.
Metode guarded-plate
Metode ini memanfaatkan plat logam yang mengelilingi dan memanaskan bahan pertanian.[11] Bahan pertanian dihangatkan dengan pemanasan listrik. Daya listrik yang dibawa keluar dibandingkan dengan perbedaan panas yang didapatkan bahan pertanian. Persamaam umum yang dipergunakan yaitu:
Dengan
- adalah panas yang dihasilkan (Joule, J),
- adalah panas macam (kJ/kgK),
- adalah massa sampel (kg),
- adalah perubahan temperatur (K),
- adalah tegangan listrik (Volt),
- adalah kuat arus listrik (ampere),
- adalah waktu pemanasan (detik), dan
- adalah efisiensi pemanasan.
Konduktivitas panas
Konduktivitas panas adalah parameter yang menunjukan kemampuan bahan kepada mentransmisikan panas dari satu titik ke titik lainnya dari bahan tersebut dalam satuan waktu tertentu. Pengetahuan dari sifat ini bermanfaat kepada berbagai aplikasi, di selangnya kepada menentukan waktu sterilisasi dari bagian pengalengan bahan pangan, menentukan akbarnya daya yang dipergunakan dalam bagian pemanasan atau pendinginan, dan menentukan lama pendinginan/pembekuan. Akbarnya nilai konduktivitas panas dari suatu bahan bergantung pada struktur fisik, densitas, temperatur, komposisi kimia (air, protein, lemak, dan sebagainya), dan fase bahan (padat, cair, atau gas).
Secara umum, konduktivitas diilustrasikan dengan persamaan:
di mana,
- adalah panas yang diberikan (Joule),
- adalah waktu (detik),
- adalah temperatur (K),
- adalah panjang atau tebal (m),
- adalah lebar penampang (m2), dan
- adalah konduktivitas termal (W/mK).
Berikut adalah tabel konduktivitas dan difusivitas termal beberapa bahan pertanian:
Bahan | Konduktivtas termal (W/mK) | Difusivitas termal (m2/jam) | Keterangan |
---|---|---|---|
Apel | 0.342 | 0.000399 | Kadar cairan 85% [12] |
Beras | 0.35 | kadar cairan 15%[13] | |
Daging ayam | 0480-0.488 | [14] | |
Daging babi, paha | 1.23 | kadar lemak 6%, kadar cairan 72%, temperatur -8oC tegak lurus dengan ruas otot[15] | |
Daging babi, paha | 1.41 | kadar lemak 6%, kadar cairan 72%, temperatur -8oC sejajar dengan ruas otot[15] | |
Daging babi strip loin | 0.388 | 0.000372 | [15] |
Daging sapi cincang | 0.452 | kadar lemak 3%, kadar cairan 74.6%[16] | |
Gandum, biji | 0.129 | 0.000307 | kadar cairan 10.3%[17] |
Grapefruit, daging buah | 0.462 | [18] | |
Grapefruit, kulit buah | 0.237 | [18] | |
Jagung pipil curah | 0.159 | 0.000326 | kadar cairan 14.7%[17] |
Jeruk Valencia, daging buah | 0.435 | [18] | |
Jeruk Valencia, kulit buah | 0.179 | [18] | |
Kacang merah | 0.102 | Kadar cairan 11.5%[19] | |
Kayu oak | 0.208 | 0.000380 | tegak lurus serat kayu[20] |
Kayu oak | 0.342 | 0.000640 | sejajar serat kayu[20] |
Kayu pinus | 0.104 | 0.000270 | tegak lurus serat kayu[20] |
Kayu pinus | 0.242 | 0.000622 | sejajar serat kayu[20] |
Kedelai curah | 0.106 | kadar cairan 11.2%[21] | |
Keju cheddar | 0.310 | kadar cairan 37%[22] | |
Keju mozarella | 0.370 | kadar cairan 45.4%[22] | |
Kentang | 0.648 | 0.000616 | [23] |
Krim | 0.310 | kadar lemak 47.5%, kadar cairan 48%[24] | |
Mentega | 0.210 | kadar cairan 16.5%[22] | |
Minyak jagung | 0.170 | [25] | |
Minyak kacang tanah | 0.167 | [26] | |
Persik segar | 0.581 | 0.000504 | kadar cairan 89%[27][14] |
Pistachio, tunggal | 0.112 | kadar cairan 10%[28] | |
Pistachio, curah | 0.030 | kadar cairan 10%[28] | |
Susu | 0.550-0.580 | Kadar lemak 3.7%, kadar cairan 83%[27] | |
Susu skim | 0.573 | kadar cairan 89.9%[24] | |
Susu skim bubuk | 0.258 | kadar cairan 4%[29] | |
Tin kering | 0.310 | 0.000306 | kadar cairan 40% [27] |
Referensi
- ^ Mohsenin, Nuri N. (1965). Terms, Definitions, and Measurements Related to Mechanical Harvesting of Selected Fruits and Vegetables. Pennsylvania State University.
- ^ Bonnesen, Tommy; Fenchel, Werner (1948). Theorie der konvexen Körper. ISBN 0-8284-0054-7.
- ^ a b Ogunlela, A. O. Some Rheological and Frictional Properties of Soils and Agricultural Grains. Diakses 19 September 2013.
- ^ Suastawa, I Nengah (2005). Sifat dan Fenomena Aero-Hidrodinamika. Institut Pertanian Bogor.
- ^ a b c d e f g h Gürsoy, S.; Güzel, E. (2010). "Determination of Physical Properties of Some Agricultural Grains". Research Journal of Applied Sciences, Engineering, and Technology (Maxwell Scientific Organization) 2 (5): 492–498. ISSN 2040-7467. Diakses 18 September 2013.
- ^ a b c d e f Stroshine, Richard L. (1998). Physical Properties of Agricultural Material and Food Products. Purdue University. Diakses 19 September 2013.
- ^ Clover, Thomas J. Pocket Ref. Littleton, Colorado: Sequoia Publishing, Inc., 1998.
- ^ [1]
- ^ Smith, P.G. (2011). Introduction to Food Process Engineering, 2nd ed.. Springer. ISBN 978-1-4419-7661-1. Diakses 19 September 2013.
- ^ Jiřičková, Milena; Pavlík, Zbyšek; Černý, Robert (2006). Thermal Properties of Biological Agricultural Materials. Diakses 20 September 2013.
- ^ Zarr, Robert R.; Healy, William (2002). "Design Concepts for a New Guarded Hot Plate Apparatus for Use Over an Extended Temperature Range". Insulation Materials; Testing and Applications (ASTM International). ISBN 0-8031-2898-3. Diakses 19 September 2013.
- ^ Bennett, A.H.; Chace, Jr, W.G.; Cubbedge, R.H. (1969). "Heat Transfer Properties and Characteristics of Appalachian Medan "Red Delicious" Apples". ASHRAE Transactions 75: 133–142.
- ^ Kameoka, T.; Odaka, S. (1986). Thermal Conductivity of Rough Rice. China Academic Publishers.
- ^ a b Sweat, V.E.; Haugh, C.G. (1974). "A Thermal COnductivity Probe for Small Food Samples". Transactions of ASAE 17 (1): 56–58.
- ^ a b c Lentz, C.P. (1961). "Thermal Conductivity of Meats, Fats, Gelatin Gels, and Ice". Food Technology 15 (5): 243–247.
- ^ Baghe-Khandan, M.S.; Okos, M.R.; Sweat, V.E. (1982). "The Thermal Conductivity of Beef as Affected by Temperature and Composition". Transactions of ASAE 25 (4): 1118–1122.
- ^ a b Kazarian, E.A.; Hall, C.W. (1965). "Thermal Properties of Grain". Transactions of ASAE 8 (1): 33–48.
- ^ a b c d Bennett, A.H.; Chace, Jr, W.G.; Cubbedge, R.H. (1964). "Thermal Conductivity of Valencia Orange and Marsh Grapefruit Rind and Juice Vesicles". ASHRAE Transactions 70: 256–259.
- ^ Zuritz, C.A.; Sastry, S.K.; McCoy, S.C.; Murakami, E.G.; Blaisdell, J.L. (1989). "A Modified Fitch Device for Measuring the Thermal Conductivity of Small Food Particles". Transactions of ASAE 32 (2): 711–718.
- ^ a b c d Kreith, F. (1967). Principles of Heat Transfer. Scranton, Pennsylvania: International Textbook Company.
- ^ Jasansky, A.; Bilanski, W.K. (1973). "Thermal Conductivity of Whole and Ground Soybeans". Transactions of ASAE 16 (1): 100–103.
- ^ a b c Sweat, V.E.; Parmelee, C.E (1978). "Measurement of Thermal Conductivity of Dairy Products and Margarines". Journal of Food Process Engineering 2: 187–197.
- ^ Chen, Der-Sheng. A New Method for HTST Sterilization of Particulate Foods, a Ph. D. Thesis. Purdue University, W. Lafayette, Indiana.
- ^ a b Spells, K.E. (1961). "Thermal COnductivity of Some Biological Fluids". Physics in Medicine and Biology 5 (2): 139–153.
- ^ Lewis, M.J. (1987). Physical Properties of Foods and Food Processing Systems. Deerfield Beach, Florida: VCH Publishers.
- ^ Charm, S.E. (1971). The Fundamentals of Food Engineering. AVI Publishing Company.
- ^ a b c ASHRAE (1989). Thermal Properties of Foods, dalam ASHRAE Handbook of Fundamentals. American Society of Heating, Refrigerating, and Cairan COnditioning Engineers, Atlanta, Georgia.
- ^ a b Hsu, M.H.; Mannapperuma, J.D.; Singh, R.P. (1991). "Physical and Thermal Properties of Pistachios". Journal of Agricultural Engineering Research 49: 311–321.
- ^ Farrall, A.W.; Chen, A.C.; Wang, P.Y.; Dhanak, A.M.; Hendrick, T.I.; Heldman, D.R. (1970). "Thermal Conductivity of Dry Milk in a Packed Bed". Transactions of ASAE 13 (3): 391–394.
Bahan bacaan terkait
- Mohsenin, Nuri N. (1986). Physical Properties of Plant and Animal Materials: Structure, Physical Characteristics, and Mechanical Properties. Gordon and Breach. ISBN 0-677-21370-0.
- Albaloushi, Nabil S. "Rheological Behaviour of Tomato Fruits Affected by Various Loads Under Storage Conditions". American Journal of Engineering Research 02 (03): 36–43. ISSN 2320-0847. Diakses 19 September 2013.
- Sitkei, Gyorgy (1986). Mechanics of Agricultural Materials. Elsevier. ISBN 0-444-41940-3.
Tautan luar
Contoh penelitian
- Adhiguna, Rizky Tirta. "Karakteristik teknik bagian kristalisasi kopi ginseng instan rendah kafein". repository.ipb.ac.id. Diakses 17 September 2013.
- Wahyuniningsih, Dewi Nurna. "Karakteristik Temperatur dan Aliran Larutan Nutrisi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)". repository.ipb.ac.id. Diakses 17 September 2013.
kategori-antropologi.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), dsb.