Peperangan Bali I

Batalyon VII maju dalam serangan ke Bali

Peperangan Bali I merupakan ekspedisi yang dilancarkan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger ke Bali pada tahun 1846.

Latar belakang

Bali (saat itu dikenal sebagai Jawa kecil) adalah salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang tidak kekurangan di timur Jawa; jarak bentang pulau ini 105 mil geografis dan berpenduduk 700.000 jiwa. Cornelis de Houtman pernah mendatangi pulau itu dan diterima baik namun dalam perkembangannya kesepahaman belum cukup terjalin; pada tahun 1841 dan 1843 sebuah persetujuan diputuskan antara kerajaan setempat dan pemerintah Hindia-Belanda tetapi warga Bali segera menunjukkan permusuhan. Khususnya Raja Buleleng berkali-kali melanggar semua butir akad itu dan bendera Belanda dihinakan; sehingga atas tanggung jawabnya, ia harus mengalah atas sikap arogansinya, dan pemerintah tidak dapat membiarkannya sebab daerah lain juga akan menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

Ekspedisi

Sebuah armada dipersiapkan, terdiri atas 23 kapal peperangan dan 17 kapal lainnya; tingkatan itu terdiri atas 1.280 serdadu dan dipersenjatai dengan 115 moncong senapan; pada tanggal 20 Juni 1846 pasukan diberangkatkan di bawah pimpinan LaksDa Engelbertus Batavus van den Bosch ke Besuki dan seahad kesudahan ke Buleleng. Pasukan ekspedisi dibawa ke kapal dengan daya 1700 prajurit, di antaranya terdapat 400 serdadu Eropa diberi segala sesuatu yang diajarkan oleh LetKol. Bakker. Raja diberi ultimatum 3 kali dalam 24 jam, pada tanggal 17 Juni, hari ketika ekspedisi ke Buleleng terjadi, berlalu begitu saja. Di hari berikutnya, pasukan itu tiba di bawah pimpinan perwira Abraham Johannes de Smit van den Broecke di bawah perlindungan senapan laut. Bertambah dari 10.000 prajurit Bali mencegah pendaratan tersebut namun gagal dan pasukan penyerang maju ke daerah persawahan yang telah dikitari oleh pasukan Buleleng. Tingkatan yang tersedia dibagi 3 di bawah pimpinan May. De Brauw, May. Boers dan Kapt. J.F. Lomon. Semua kerja perlawanan dilanjutkan dan di hari berikutnya serdadu Belanda maju ke ibukota Singaraja dan menaklukkan kota itu.

Pasca peperangan

Kerajaan Karangasem dan Buleleng menawarkan penyerahan diri dan para warga lagi ke tempat tinggalnya masing-masing; ketika datang ke Bali, GubJend. Jan Jacob Rochussen ia menemukan daerah setempat menyerah. Dengan Kerajaan Karangasem dan Buleleng disepakatilah akad baru, yang kewajiban terhadap pemerintah Hindia-Belanda disilakan duduk dengan cepat; namun kondisi damai yang dicapai pada tanggal 12 Juli itu pecah lagi. Pemerintahan membangun benteng di Buleleng yang dihuni oleh 200 orang yang dikendalikan warga dan menjamin pengawasan kontrak yang dibuat namun kesudahan tak dapat disangka bahwa peperangan segera meletus dan serangan dijadikan realita.

Rujukan

  • 1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. P. Geerts. Hoorn
  • 1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. M.M. Cuvee, Den Haag.'
  • 1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Indë. Drie delen. Gebroeders Belinfante, Den Haag.
Sejarah konflik di Nusantara
 
Pra-kolonial
 
Kolonial Portugis
 
Kolonial VOC
 
Kolonial Belanda
 
Pendudukan Jepang


Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), kategori-antropologi.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dll-nya.