![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=480px-Altaic_family2.jpg)
Distribusi Bahasa Altai melewati
Eurasia. Warna jarang pada
Bahasa Jepang dan
Bahasa Korea, menunjukkan hubungan mereka dengan rumpun Bahasa Altai yang masih diperbantahkan.
Rumpun bahasa-bahasa Altai ialah nama sebuah rumpun bahasa yang digunakan oleh suku-suku bangsa Altai. Pada rumpun bahasa ini diduga termasuk 60 bahasa yang dipertuturkan hampir 250 juta jiwa, banyakan pada dan sekeliling Asia Tengah. Hubungan selang bahasa-bahasa itu menyisakan persoalan perdebatan di selang pakar sejarah bahasa, dan keberadaan bahasa Altai sebagai keluarga disangkal sejumlah pihak.
Para pendukungnya menganggap bahwa bahasa-bahasa Turki, bahasa Mongolia dan bahasa Tunguska (atau Manchu-Tungus) termasuk rumpun bahasa ini. Bahasa Japonik dan bahasa Korea sering juga digolongkan, dan bahasa Ainu juga telah dianjurkan sejumlah pihak.
Sejarah teori bahasa Altai
Keluarga Bahasa Altai, menurut nama "Tatar", ialah dalil pertama oleh Schott pada 1849, sebagai persatuan keluarga bahasa Turki, Mongolia, and Tungus; ia menggunakan nama "Altai" merujuk pada apa yang kini disebut Ural-Altai (hipotesis yang secara umum ditolak). Castrén (1862) mengutarakan orientasi serupa, namun mengelompokkan bahasa Turki dengan apa yang kini kita sebut Ural. Anton Boller mengusulkan menambah bahasa Korea dan Jepang pada 1857; buat bahasa Korea, G. J. Ramstedt dan E. D. Polivanov mengutarakan lagi etimologi pada 1920-an. Umumnya Bahasa Japonik telah dihubungkan pada bahasa Korea (misalnya Samuel Martin 1966), dan pada 1971 Roy Miller mengusulkan hubungannya pada bahasa Korea dan Altai. Usulannya telah dibahas dan dikembangkan banyak bahasawan sejarah seperti Sergei Starostin.
Kurang bertambah umumnya Bahasa Ainu telah dihubungkan dengan bahasa Altai, contohnya oleh Street (1962) dan Patrie (1982). Pada tahun-tahun terkini telah banyak dihubungkan pada bahasa-bahasa Austronesia.
Kontroversi
Tidak kekurangan dua gugusan utama pemikir teori Altai. Satu ialah yang merupakan pemilih gugusan bahasa yang ditawarkan (bahasa Turki, Mongolia, dan Tungus dalam teori dasar; dengan penambahan Bahasa Korea dan Jepang versi yang secara luas) secara genetis atau 'secara berlainan' terhubung dengan keturunan dari nenek moyang yang umum, 'Proto-Altai'. Gugusan lainnya tidak menerima teori ini (sehingga sering disebut gugusan 'Anti-Altai' ) dan mengatakan bahwa anggota-anggota bahasa berkomunikasi secara konvergen (terutama pengaruh pinjaman).
Teori ini diklaim lawannya buat secara umum didasarkan pada kesamaan tipologi, seperti keserasian vokal, kekurangan atur bahasa gender dan tipologi aglutinatif, dan masukan istilah. Nyatanya, pendukungnya telah meletakkan bersama varietas luhur etimologi (misalnya Ramstedt, Martin, Starostin). Bagaimanapun, pendukungnya menjelaskan ini sebagai masukan istilah atau pengaruh yang bergantian menguntungkan, membuktikan jika, meski keluarga bahasa Turki, Mongolia, dan Tungus memiliki sejumlah kemiripan, semua itu merupakan akibat dari pinjaman intensif dan kontak panjang di selang penuturnya.
Teori bahasa Altai didukung banyak pakar bahasan, namun banyak bahasawan lainnya (misal Doerfer 1963, Bernard Comrie 1981) tak menganggap bahasa Altai sebagai gugusan yang benar, dan melihatnya sebagai tiga (atau lebih) keluarga bahasa terpisah.
Lihat pula
- Bahasa Ural-Altaik
- Klasifikasi bahasa Jepang
- Bahasa Korea
- Bahasa Nostratik
Pranala luar
- Altaic family tree Ethnologue
- Altaic languages MSN Encarta
- Monumenta altaica Altaic linguistics website
- Altaic etymology section in StarLing databases
- Defense of Altaic by Alexis Manaster Ramer (1994)
Sumber :
kategori-antropologi.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, sepakbola.biz, dsb.