![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=220px-World_1898_empires_colonies_territory.jpg)
1898
Kolonialisme yaitu pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber kekuatan, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk untuk suatu himpunan keyakinan yang dipakai untuk melegitimasikan atau memasarkan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni bertambah hebat ketimbang yang dikolonikan.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang diperlukan untuk pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses pasca-kolonialisme.
Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank, berpendapat bahwa kolonialisme sebenarnya menuju ke penukaran kekayaan dari daerah yang dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan menghambat kesuksesan pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme merusak politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi.
Penulis dan politikus India Arundhati Roy berkata bahwa perdebatan selang pro dan kontra dari kolonialisme/ imperialisme yaitu seperti "mendebatkan pro dan kontra pemerkosaan".
Lihat juga neokolonialisme sebagai kelanjutan dari dominasi dan eksploitasi dari negara yang sama dengan cara yang berbeda (dan sering kali dengan tujuan yang sama).
Makna
Collins English Dictionary memberikan makna kolonialisme sebagai "kebijakan dan praktek kekuatan dalam memperluas kontrol atas masyarakat lemah atau daerah." The Merriam-Webster Dictionary menawarkan empat makna, termasuk "karakteristik sesuatu koloni" dan "kontrol oleh satu kekuatan di daerah yang bergantung atau orang-orang ". The Encyclopedia 2.006 Stanford Filsafat "menggunakan istilah 'kolonialisme' untuk menggambarkan proses penuntasan Eropa dan kontrol politik atas seluruh dunia, termasuk Amerika, Australia, dan beberapa Afrika dan Asia." Ini membahas perbedaan selang kolonialisme dan imperialisme dan mengemukakan bahwa "mengingat kesulitan konsisten membedakan selang dua istilah, entri ini akan memakai kolonialisme sebagai suatu konsep umum yang mengacu pada proyek dominasi politik Eropa dari keenam belas hingga abad kedua puluh yang akibatnya dengan gerakan-gerakan pembebasan nasional dari tahun 1960-an ". Dalam pengantarnya untuk Jürgen Osterhammel yang Kolonialisme: Sebuah Tinjauan Teoritis, Roger Tignor mengisahkan, "Untuk Osterhammel, esensi kolonialisme yaitu mempunyainya koloni, yang secara makna diatur berbeda dari wilayah lain seperti protektorat atau bola tidak resmi pengaruh." Dalam buku tersebut, Osterhammel berdiskusi, "Bagaimana mampu 'kolonialisme' dirumuskan secara independen dari 'koloni?'" Ia menempel pada makna tiga-kalimat: Kolonialisme yaitu hubungan selang mayoritas (atau paksa diimpor) aturan sejak dahulu kala dan minoritas penyerbu asing. Keputusan fundamental yang mempengaruhi kehidupan masyarakat terjajah yang dihasilkan dan dimainkan oleh penguasa kolonial demi kepentingan yang sering dirumuskan dalam sebuah metropolis yang jauh. Mendorong kompromi kebiasaan dengan masyarakat terjajah, penjajah yakin superioritas mereka sendiri dan mandat mereka dihabiskan untuk memerintah.
Topik yang berhubungan
- Imperialisme
- Imperialisme kultural
- Kebiasaan kapitalisme
- Imperialisme Media
- Imperialisme di Asia
- The White Man's Burden
- Darién scheme
- Japanese expansionism
- "Former Colonies" section in List of extinct countries, empires, etc.
Lihat juga
Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, kategori-antropologi.nomor.net, dan sebagainya.