Suriname

Republik Suriname
Republiek Suriname
Bendera
MottoJustitia - Pietas - Fides
(Latin: Keadilan - Kesederhanaan - Loyalitas)
Lagu kebangsaanGod zij met ons Suriname
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Paramaribo
Bahasa resmiBelanda
Bahasa daerah
yang diakui
  • Sranan Tongo Creole
  • Caribbean Hindustani
  • Jawa
Kelompok etnik (2004[1][2])
  • 37% East Indian
  • 31% Creole/Afro-Surinamese
  • 15% Jawa
  • 10% Maroon
  • 8% Mixed
  • 3.7% Amerindian
  • 0.4% others
PemerintahanRepublik
 - PresidenDési Bouterse
Kemerdekaan
 -  - TanggalDari Belanda
25 November 1975 
Lebar
 - Total163,821 km2 (92)
 - Perairan (%)1,1%
Warga
 - Perkiraan 2013566.846 (167)
 - Sensus 2004492.829[3] 
 - Kepadatan2,9/km2 (231)
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$5,060 miliar[4] 
 - Per kapita$12.398 [4] 
Mata uangDolar Suriname
Zona waktuART (UTC-3)
 - Musim panas (DST)tidak sah (UTC-3)
Ranah Internet.sr
Kode telepon597

Republik Suriname (Surinam), dahulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda yaitu sebuah negara di Amerika Selatan dan adalah kesan taklukan Belanda. Negara ini berbatasan dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik.

Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda selang tahun 1890-1939. Suriname adalah salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam.

Sejarah

Wilayah Suriname mulai diketahui lebar sejak masa ratus tahun ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa bersaing menempati Guyana, suatu dataran lebar yang terletak di selang Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para pakar kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berarti dataran lebar yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari ucap Caribs yaitu nama warga asli yang pertama kali menghuni dataran tersebut).

Dalam suatu tuturan fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan menjadi suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para pakar sejarah memperkirakan bahwa tuturan fiktif tersebut adalah salah satu faktor yang mendesak warga Eropa untuk bersaing menempati Guyana.

Saat penguasaan

Pada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon seterusnya menempati Guyana atas nama Raja Spanyol. Semasa masa ratus tahun ke-16 dan ke-17, Guyana dikuasai silih beralih oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis dan Portugal.

Pada tahun 1530 Belanda mendirikan pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menempati Guyana hingga tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai membentangkan perdagangannya secara bertahap di daerah pedalaman. Daerah Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 hingga tahun 1639.

Pada tahun yang sama Belanda berhasil menempati kembali beberapa akbar Guyana sedangkan Perancis menempati daerah-daerah di samping sungai Suriname. Kesudahan suatu peristiwa dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi terjadi lima anggota yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname terletak di anggota tengah dari wilayah Guyana yang telah terbagi-bagi tersebut, terbentang selang dua derajat hingga enam derajat Lintang Utara, dan selang 54 derajat hingga 58 derajat Bujur Barat dengan lebar wilayah kurang lebih 163.265 kilometer persegi. Batas anggota timur wilayah Suriname yaitu Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di anggota selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di anggota barat berbatasan dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh aliran Sungai Corantijne, sementara di anggota utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik.

Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, terjadi wilayah kekuasaan Inggris hingga penandatanganan kontrak perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan kontrak itu, Suriname terjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 hingga 1783 dan Suriname seterusnya terjadi daerah protektorat Inggris dari tahun 1799 hingga 1802. Melewati kontrak Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo sah di bawah kekuasaan Belanda, namun setahun seterusnya Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname terjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum.

Semasa Suriname sah di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama yaitu pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat membutuhkan tenaga buruh untuk dikendalikan. Seterusnya melewati kontrak London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam kontrak Wina, Suriname dikembalikan lagi untuk pihak Belanda. Pemerintahan Suriname diberi petuah langsung oleh seorang gubernur dengan disertai oleh sebuah dewan kepolisian yang bertugas menjadi penasihat gubernur.

Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi kian tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah kontrak dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Kontrak ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 hingga 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya yaitu para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan didudukkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa aspek yang lain. Telekomunikasi, ronde, cara, tingkah laku berproduksi perlintasan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung selang Suriname dan Belanda adalah contoh.

Menuju kemerdekaan

Pecahnya Pertempuran Dunia Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang kontennya rencana pengakhiran penguasaan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang diberi petuah oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut dibuatnya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu kian terjadi sehabis didirikannya beberapa partai politik yang dibuat pada sepuluh tahun itu, kian gencar menyampaikan tuntutan supaya Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya.

Tuntutan ini diberi jawaban secara serius dengan diselenggarakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini diselenggarakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname seterusnya terjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tidak berubah sangat tergantung pada pertolongan pembangunan Belanda.

Upaya-upaya penggulingan kekuasaan

Pada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun sehabis kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang dilaksanakan oleh para Sersan yang diberi petuah Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Kejadian kudeta ini telah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname.

Sehabis Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang berhaluan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa upaya kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh kelompok sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, namun kudeta ini pun gagal.

Menjadi reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer melaksanakan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Kejadian ini telah terjadi penyebab bagi dihentikannya pertolongan pembangunan Belanda untuk Suriname, yang berakhir dengan pada kian buruknya keadaan perekonomian Suriname. Namun perihal ini tidak menciptakan upaya menggulingkan rezim militer selesai, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil menjadi penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu yaitu kelompok Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan anggota militer Ronnie Brunswijk dan kelompok Tukayana Amazones (Amerindian) dibawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo.

Sekitar 35.000 warga Bushnegro dan 6.500 Amerindian telah terjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa wajib bertemu muka dengan pemberontak Bushnegro yang telah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando, dan satu peleton Tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk seterusnya melaksanakan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Kampong Moiwana (Moiwana Massacre). Sementara itu, dalam tahun yang sama kelompok Amerindian juga meningkatkan tingkah laku yang dibuat pemberontakannya. Kemelut ini telah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan mempersilakan suaka politik untuk pemerintah setempat.

Kembali ke demokrasi

Pemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan ronde pilihan umum pada bulan November 1987, yang telah mengembalikan kekuasaan pemerintah untuk golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berlanjut lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang diketahui dengan sebutan Kudeta Telepon. Kesudahan suatu peristiwanya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer seterusnya membuat Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya yaitu mengusahakan ronde pilihan umum yang demokratis.

Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu dengan diselenggarakannya ronde pilihan umum, namun hasilnya tidak berdasarkan dengan harapan militer, karena kemenangan sah di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, telah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih menjadi presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer.

Langkah paling penting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan yaitu melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang telah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Perihal ini tentunya adalah tugas berat bagi pemerintah yang baru terbentuk tersebut, paling penting karena keadaan ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, menjadi kesudahan suatu peristiwa dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam menerapkan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan telah membuat suatu Komisi Khusus yang bertugas sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait yang lain.

Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya ditukarkan oleh yang akan menjadi dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih terjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Seterusnya pada pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan berhasil diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Luhur dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk saat 5 tahun (tahun 2000-2005). Menjadi Wakil Presiden telah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP.

Demografi

Populasi

Populasi Suriname terdiri dari beberapa kelompok minoritas. Kelompok terbesarnya yaitu Hindustani.

Berdasarkan Sensus Tahun 1990, sekitar 143.640 orang (34,2%) yaitu keturunan Hindustani, 132.300 orang (31,5%) yaitu Kreol, 95.740 orang (22,8%) yaitu orang Jawa, 35.700 orang (8,5%) adalah keturunan Bushnegro, dan 7.560 orang (1,8%) yaitu Amerindian. Sisanya 5.040 orang (1,2%) adalah keturunan Tionghoa, Eropa (Portugis, Belanda, Inggris), Yahudi Sefardim, Brasil, dan Libanon.

Berdasarkan data statistik dari Biro Pusat Administrasi Kependudukan Suriname, jumlah warga Suriname pada sensus tahun 2003 tercatat 481.146 berkebangsaan Suriname dengan rata-rata pertumbuhan warga 1,3 %. Lain daripada itu terdapat pula warga asing, di antaranya: orang Brasil (45.000), orang Guyana (40.000), dan menjadinya (orang Karibia, orang Venezuela, orang Kolombia dan menjadinya hingga 10.000 jiwa).

Populasi Suriname berdasarkan sensus tahun 2004 yaitu menjadi berikut:

  • Hindu (27,4%)
  • Kreol (17,7%)
  • Bushnengro dan Marun (14,7%)
  • Jawa (14,6%)
  • Kelompok lain (6,5%):
    • India
    • Cina
    • Boeroes (putih, petani)
    • Yahudi Sefardim dan Yahudi Ashkenaz
    • Libanon
    • Brasil
  • Sah 12,5% bermula dari campuran dan 6,6% tidak terdata

Agama

Pada sensus ketujuh, tahun 2007, rasio antar-agama yaitu menjadi berikut:

  • 40,7% Kristen (Katolik Roma, Peerke Donders, Reformed, Protestan, Moravia)
  • 19,9% Hindu
  • 13,5% Islam
  • 5,8% tradisional dan agama yang lain
  • 4,4% tak sangat memuja-muja
  • 15,7% tidak terdata

Bahasa

Bahasa Belanda adalah bahasa resmi di Suriname. Orang Suriname juga cakap bahasa mereka: Sranang Tongo, bahasa Hindustani, bahasa Jawa Suriname, dan yang lain. Dan juga bahasa sumber bahasa Karibia dan bahasa Arawakan, orang India Suriname juga cakap bahasa mereka sendiri. Lain daripada itu, bahasa Inggris juga dipergunakan lebar, paling penting dalam fasilitas dan toko yang berarah pariwisata.

Simbol Negara

Simbol Suriname

Simbol negara Suriname digambarkan dalam bentuk dua orang Amer-Indian yang memegang busur panah dan mengapit sebuah perisai berpotongan oval, berdiri di atas pita dengan tulisan Justitia Pietas, Fides.

Tergambar dalam perisai tersebut, di sisi kiri sebuah kapal layar dan di sisi sebelah kanan sebuah pohon sejenis palma. Kedua gambar tersebut dipisahkan oleh garis vertikal mengikat sebuah segi empat belah ketupat tepat di tengah perisai, dan di dalam segi empat belah ketupat tersebut tergambar bintang segi lima.

Distrik dan resor

Peta distrik di suriname
Suriname dibagi terjadi 10 distrik:
  1. Brokopondo
  2. Commewijne
  3. Coronie
  4. Marowijne
  5. Nickerie
  6. Para
  7. Paramaribo
  8. Saramacca
  9. Sipaliwini
  10. Wanica

Suriname dibagi lagi terjadi 62 resor (ressorten).

Topografi

Daratannya dibedakan terjadi tiga anggota, yaitu :

Daerah pesisir/pantai

Daerah pesisir / pantai muda, terbentuk dari tanah liat yang pekat, selang pasir pantai dan gugusan karang yang terletak di bawah permukaan laut. Sedangkan pantai tua beberapa akbar wilayahnya terletak di atas permukaan laut. Kedua daerah ini, sejak dikenalkannya sistem “polder“ dan pompanisasi, berkembang terjadi daerah pertanian subur dan wilayah pemukiman warga. Namun 2 tahun belakangan ini, lahan-lahan pertanian tersebut banyak yang terlantar kesudahan suatu peristiwa krisis keuangan untuk pengendalian sistem irigasi yang bergantung untuk pompa.

Daerah sabana

Daerah Sabana adalah daerah yang tertutup pasir dan sangat gersang. Di daerah ini hanya tumbuh macam rumput-rumput tertentu.

Daerah dataran tinggi

Daerah dataran tinggi, terletak di sebelah selatan, sepanjang perbatasan dengan wilayah Brazil. Beberapa akbar daerah ini tertutup oleh hutan tropis yang berproduksi kayu berkualitas tinggi (kayu keras).

Flora dan fauna

Lebih dari 80 % tanah Suriname masih berupa hutan belukar yang di dalamnya hidup beragam jenis/species tumbuhan dan satwa. Suriname terkenal kaya akan macam floranya. Di lain macam tumbuhan yang terkenal yaitu macam kayu keras seperti Bruinhard, Purplehard dan Zwartekabes. Kayu-kayu tersebut diekspor dan adalah sumber devisa negara yang sangat penting. Di samping itu, Suriname juga terkenal dengan beragam macam satwa, adun yang sudah diternakkan maupun yang masih adalah hewan liar.

Galeria gambar

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Kealpaan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama cia
  2. ^ Kealpaan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Census
  3. ^ Kealpaan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama census
  4. ^ a b "Suriname". International Monetary Fund. Diakses 22 April 2012. 

Pranala luar

 
Negara berdaulat
 
Dependensi dan
wilayah lain
 
 
Koloni dan pos dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (1602–1798)
 
 
 
Koloni dan pos dagang Geoctroyeerde Westindische Compagnie (1621–1792)
 
 
 
Permukiman Noordsche Compagnie (1614–1642)
 
 
 
Koloni Kerajaan Belanda (1815–1962)
 
 
 
Kerajaan Belanda (1954–sekarang)
 
 
Anggota

Afganistan · Albania · Aljazair · Arab Saudi · Azerbaijan · Bahrain · Bangladesh · Benin · Brunei · Burkina Faso · Chad · Djibouti · Gabon · Gambia · Guinea · Guinea Bissau · Guyana · Indonesia · Irak · Iran · Kamerun · Kazakhstan · Komoro · Kirgizstan · Kuwait · Lebanon · Libya · Maladewa · Malaysia · Mali · Maroko · Mauritania · Mesir · Mozambik · Niger · Nigeria · Oman · Pakistan · Palestina · Pantai Gading · Qatar · Senegal · Sierra Leone · Somalia · Sudan · Suriah · Suriname · Tajikistan · Togo · Tunisia · Turki · Turkmenistan · Uganda · Uni Emirat Arab · Uzbekistan · Yaman · Yordania

Bendera OKI
 
Orang yang meneliti


Sumber :
kategori-antropologi.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dsb.