Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: "Sansekerta") adalah salah satu bahasa Indo-Eropa paling tua yang masih diketahui dan sejarahnya termasuk yang terpanjang. Bahasa yang dapat menandingi 'usia' bahasa ini dari rumpun bahasa Indo-Eropa hanya bahasa Het. Ucap Sanskerta, dalam bahasa Sanskerta Saṃskṛtabhāsa berarti adalah bahasa yang lengkap. Maksudnya, lawan dari bahasa Prakerta, atau bahasa penduduk.
Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, sebuah bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddhisme, dan Jainisme dan salah satu dari 23 bahasa resmi India. Bahasa ini juga memiliki status yang sama di Nepal.
Jabatannya dalam kebudayaan Asia Selatan dan Asia Tenggara mirip dengan jabatan bahasa Latin dan Yunani di Eropa. Bahasa Sanskerta berkembang terjadi banyak bahasa-bahasa modern di anakbenua India. Bahasa ini muncul dalam bentuk pra-klasik menjadi bahasa Weda. Yang terkandung dalam kitab Rgweda merupakan fase yang tertua dan paling arkhais. Teks ini ditarikhkan bersumber dari kurang lebih 1700 SM dan bahasa Sanskerta Weda adalah bahasa Indo-Arya yang paling tua ditemui dan salah satu anggota rumpun bahasa Indo-Eropa yang tertua.
Khazanah sastra Sanskerta meliputi puisi yang memiliki sebuah tradisi yang kaya, drama dan juga teks-teks ilmiah, teknis, falsafi, dan agamis. Saat ini bahasa Sanskerta masih tidak berubah dipakai secara lebar menjadi sebuah bahasa seremonial pada upacara-upacara Hindu dalam bentuk stotra dan mantra. Bahasa Sanskerta yang dinyatakan masih dipakai pada beberapa lembaga tradisional di India dan bahkan sah beberapa upaya untuk menghidupkan kembali bahasa Sanskerta.
Yang akan dikemukakan di artikel ini adalah bahasa Sanskerta Klasik seperti diulas pada atur bahasa Sanskerta karangan Panini, pada sekitar tahun 500 SM.
Sejarah
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=4&kodegb=250px-Sansekerta_devanagari-jawa-bali.jpg)
Nama Sansekerta (sanskrtam) dengan aksara Devanagari, Jawa, dan Bali
Ucap sifat saṃskṛta- berarti "berbudaya". Bahasa yang dirujuk menjadi saṃskṛtā vāk "bahasa yang berbudaya" secara makna sudah selalu merupakan bahasa yang "tinggi", dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah serta berhadapan dengan bahasa yang dipakai oleh penduduk jelata. Bahasa ini juga disebut deva-bhāṣā yang berarti adalah "bahasa Dewata". Atur bahasa Sanskerta tertua yang masih lestari ialah karangan Pāṇini dan berjudulkan Aṣṭādhyāyī ("Atur Bahasa Delapan Bab") yang kurang lebih ditarikh bersumber dari masa ratus tahun ke-5 SM. Atur bahasa ini paling penting merupakan atur bahasa normatif atau preskriptif yang paling penting membenahi cara pemakaian yang baku dan bukan deskriptif, meski atur bahasa ini juga memuat bagian-bagian deskriptif paling penting perihal bentuk-bentuk Weda yang sudah tidak dipakai lagi pada zaman Panini.
Bahasa Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini anggota dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga meliputi cabang Balto-Slavik.
Ketika sebutan bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang menjadi sebuah bahasa yang selisih dari bahasa-bahasa yang lain, namun paling penting menjadi bentuk halus atau berbudaya dalam cakap. Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda jabatan sosial dan bahasa ini paling penting diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melewati analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti Pāṇini. Bahasa Sanskerta menjadi bahasa terpelajar di India tidak kekurangan di samping bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa penduduk dan akhir-akhirnya berkembang terjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya). Banyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan anggota rumpun bahasa yang selisih, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, paling penting dalam bentuk kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah ucap serapan yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sanskerta pada bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama ("sama") dan Tat Bhava ("berakar"). Sementara itu bahasa Sanskerta sendiri juga mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak saat sangat awal.
Bahasa Weda
Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat menjadi bahasa Weda adalah bahasa yang dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu Ṛgweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan hingga kurang lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik yang dikodifikasikan Panini mulai muncul.
Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris dapat dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ atau Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.
Penelitian oleh bangsa Eropa
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Perihal ini melakukan peranan penting pada perkembangan pengetahuan perbandingan bahasa di Dunia Barat.
Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
“ | "Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki bangun yang menakjubkan; lebih lengkap daripada bahasa Yunani, lebih lebar daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun memiliki keterkaitan yang lebih akrab pada keduanya, adun dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk atur bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak sah seorang pakar bahasa yang dapat meneliti ketiganya, tidak percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak sah." | ” |
Memang pengetahuan linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tatabahasawan India kuna yang berusaha mengambil keputusan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Pengetahuan linguistik modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sanskerta.
Beberapa ciri-ciri
Kasus
Salah satu ciri-ciri utama bahasa Sanskerta ialah demikianlah keadaanya kasus dalam bahasa ini, yang berjumlah 8. Dalam bahasa Latin yang masih serumpun hanya sah 5 kasus. Lain daripada itu sah tiga jenis kelamin dalam bahasa Sanskerta, maskulin, feminin dan netral dan tiga modus jumlah, singular, dualis dan jamak:
- kasus nominatif
- kasus vokatif
- kasus akusatif
- kasus instrumentalis
- kasus datif
- kasus ablatif
- kasus genetif
- kasus lokatif
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=4&kodegb=250px-John_3_16_Sanskrit_translation_grantham_script.gif)
Contoh tulisan Sanskerta.
Di bawah ini disajikan sebuah contoh semua kasus sebuah ucap maskulin singular deva (Dewa, Tuhan atau Raja).
Singular:
- nom. devas arti: "Dewa"
- vok. (he) deva arti: "Wahai Dewa"
- ak. devam arti: "ke Dewa" dsb.
- inst. devena arti: "dengan Dewa" dsb.
- dat. devāya arti: "kepada Dewa"
- ab. devāt arti: "dari Dewa"
- gen. devasya arti: "milik Dewa"
- lok. deve arti: "di Dewa"
Dualis:
- nva devau
- ida devābhyām
- gl devayos
Jamak:
- nv devās
- a devān
- i devais
- da devebhyas
- g devānām
- l deveṣu
Lalu di bawah ini disajikan dalam bentuk tabel.
Skema landasan tasrifan (deklensi) sufiks untuk kata-kata benda dan sifat
Skema landasan tasrifan bahasa Sanskerta untuk kata-kata benda dan sifat disajikan di bawah ini. Skema ini berlaku untuk sebagian akbar kata-kata.
| Tunggal | Dualis | Jamak |
---|
Nominatif | -s (-m) | -au (-ī) | -as (-i) |
---|
Akusatif | -am (-m) | -au (-ī) | -as (-i) |
---|
Instrumentalis | -ā | -bhyām | -bhis |
---|
Datif | -e | -bhyām | -bhyas |
---|
Ablatif | -as | -bhyām | -bhyas |
---|
Genitif | -as | -os | -ām |
---|
Lokatif | -i | -os | -su |
---|
Vokatif | -s (-) | -au ( -ī) | -as (-i) |
---|
Pokok-a
Pokok-a (/ə/ or /ɑː/) meliputi jabatan imbuhan belakang ucap benda yang terbesar. Biasanya kata-kata yang akhir-akhirnya dengan -a pendek berkelamin maskulin atau netral. Kata-kata benda yang berakhirkan -a panjang (/ɑː/) hampir selalu feminin. Jabatan ini sangatlah akbar karena juga meliputi imbuhan belakang -o dari bahasa proto-Indo-Eropa.
| Maskulin (kā́ma- 'cinta') | Netral (āsya- 'mulut') | Feminin (kānta- 'tersayang') |
---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak |
---|
Nominatif | kā́mas | kā́māu | kā́mās | āsyàm | āsyè | āsyā̀ni | kāntā | kānte | kāntās |
---|
Akusatif | kā́mam | kā́māu | kā́mān | āsyàm | āsyè | āsyā̀ni | kāntām | kānte | kāntās |
---|
Instrumentalis | kā́mena | kā́mābhyām | kā́māis | āsyèna | āsyā̀bhyām | āsyāìs | kāntayā | kāntābhyām | kāntābhis |
---|
Datif | kā́māya | kā́mābhyām | kā́mebhyas | āsyā̀ya | āsyā̀bhyām | āsyèbhyas | kāntāyai | kāntābhyām | kāntābhyās |
---|
Ablatif | kā́māt | kā́mābhyām | kā́mebhyas | āsyā̀t | āsyā̀bhyām | āsyèbhyas | kāntāyās | kāntābhyām | kāntābhyās |
---|
Genitif | kā́masya | kā́mayos | kā́mānām | āsyàsya | āsyàyos | āsyā̀nām | kāntāyās | kāntayos | kāntānām |
---|
Lokatif | kā́me | kā́mayos | kā́meṣu | āsyè | āsyàyos | āsyèṣu | kāntāyām | kāntayos | kāntāsu |
---|
Vokatif | kā́ma | kā́mau | kā́mās | ā́sya | āsyè | āsyā̀ni | kānte | kānte | kāntās |
---|
Pokok -i dan -u
pokok-i | Mas. dan Fem. (gáti- 'kepergian') | Netral (vā́ri- 'air') |
---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak |
---|
Nominatif | gátis | gátī | gátayas | vā́ri | vā́riṇī | vā́rīṇi |
---|
Akusatif | gátim | gátī | gátīs | vā́ri | vā́riṇī | vā́rīṇi |
---|
Instrumentalis | gátyā | gátibhyām | gátibhis | vā́riṇā | vā́ribhyām | vā́ribhis |
---|
Datif | gátaye, gátyāi | gátibhyām | gátibhyas | vā́riṇe | vā́ribhyām | vā́ribhyas |
---|
Ablatif | gátes, gátyās | gátibhyām | gátibhyas | vā́riṇas | vā́ribhyām | vā́ribhyas |
---|
Genitif | gátes, gátyās | gátyos | gátīnām | vā́riṇas | vā́riṇos | vā́riṇām |
---|
Lokatif | gátāu, gátyām | gátyos | gátiṣu | vā́riṇi | vā́riṇos | vā́riṣu |
---|
Vokatif | gáte | gátī | gátayas | vā́ri, vā́re | vā́riṇī | vā́rīṇi |
---|
pokok-u | Mas. dan Fem. (śátru- 'seteru, musuh') | Netral (mádhu- 'madu') |
---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak |
---|
Nominatif | śátrus | śátrū | śátravas | mádhu | mádhunī | mádhūni |
---|
Akusatif | śátrum | śátrū | śátrūn | mádhu | mádhunī | mádhūni |
---|
Instrumentalis | śátruṇā | śátrubhyām | śátrubhis | mádhunā | mádhubhyām | mádhubhis |
---|
Datif | śátrave | śátrubhyām | śátrubhyas | mádhune | mádhubhyām | mádhubhyas |
---|
Ablatif | śátros | śátrubhyām | śátrubhyas | mádhunas | mádhubhyām | mádhubhyas |
---|
Genitif | śátros | śátrvos | śátrūṇām | mádhunas | mádhunos | mádhūnām |
---|
Lokatif | śátrāu | śátrvos | śátruṣu | mádhuni | mádhunos | mádhuṣu |
---|
Vokatif | śátro | śátrū | śátravas | mádhu | mádhunī | mádhūni |
---|
Pokok vokal panjang
| Pokok ā (jā- 'kepandaian') | Pokok ī (dhī- 'pikiran') | Pokok ū (bhū- 'bumi') |
---|
Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak | Tunggal | Dualis | Jamak |
---|
Nominatif | jā́s | jāú | jā́s | dhī́s | dhíyāu | dhíyas | bhū́s | bhúvāu | bhúvas |
---|
Akusatif | jā́m | jāú | jā́s, jás | dhíyam | dhíyāu | dhíyas | bhúvam | bhúvāu | bhúvas |
---|
Instrumentalis | jā́ | jā́bhyām | jā́bhis | dhiyā́ | dhībhyā́m | dhībhís | bhuvā́ | bhūbhyā́m | bhūbhís |
---|
Datif | jé | jā́bhyām | jā́bhyas | dhiyé, dhiyāí | dhībhyā́m | dhībhyás | bhuvé, bhuvāí | bhūbhyā́m | bhūbhyás |
---|
Ablatif | jás | jā́bhyām | jā́bhyas | dhiyás, dhiyā́s | dhībhyā́m | dhībhyás | bhuvás, bhuvā́s | bhūbhyā́m | bhūbhyás |
---|
Genitif | jás | jós | jā́nām, jā́m | dhiyás, dhiyā́s | dhiyós | dhiyā́m, dhīnā́m | bhuvás, bhuvā́s | bhuvós | bhuvā́m, bhūnā́m |
---|
Lokatif | jí | jós | jā́su | dhiyí, dhiyā́m | dhiyós | dhīṣú | bhuví, bhuvā́m | bhuvós | bhūṣú |
---|
Vokatif | jā́s | jāú | jā́s | dhī́s | dhiyāu | dhíyas | bhū́s | bhuvāu | bhúvas |
---|
Hukum sandhi
Lain daripada itu dalam bahasa Sanskerta didapatkan apa yang disebut hukum sandhi, sebuah fenomena fonetik di mana dua bunyi selisih yang berdekatan dapat berasimilasi.
Perwujudan ucap majemuk
Kata-kata majemuk dalam bahasa Sanskerta banyak sekali dipergunakan, paling penting menyangkut kata-kata benda. Kata-kata ini dapat terjadi sangat panjang (lebih dari 10 kata). Nominal majemuk terjadi dengan beberapa bentuk, namun secara morfologis mereka sejatinya sama. Setiap ucap benda (atau ucap sifat) terdapat dalam bentuk akarnya (bentuk lemah), dengan unsur terakhir saja yang ditasrifkan cocok kasusnya. Beberapa contoh ucap benda atau nominal majemuk termasuk kategori-kategori yang diperikan di bawah ini.
- Avyayibhāva
- Tatpuruṣa
- Karmadhāraya
- Dvigu
- Dvandva
- Bahuvrīhi
Bahasa Sanskerta dalam beberapa aksara
Kalimat Dengan harapan supaya Batara Siwa meraksa para penggemar bahasa Dewata. (Kalidasa) dalam bahasa Sanskerta memanfaatkan beberapa aksara turunan Brahmi.Bacaan lebih lanjut
- (Inggris) Jan Gonda, 1952, Sanskrit in Indonesia, New Delhi: International Academy of Indian Culture.
- (Jerman) Jan Gonda, 1963, Kurze Elementar-Grammatik der Sanskrit-Sprache, Leiden: E.J. Brill
- (Inggris) Jan Gonda, 1966, A Concise Elementary Grammar of the Sanskrit Language, Tuscaloosa and London. Translated from the German by Gordon B. Ford, jr.
- (Indonesia) Haryati Soebadio, 1983, Atur Bahasa Sanskerta Ringkas. Jakarta: Djambatan.
Lihat juga
Sumber :
kategori-antropologi.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dsb.