Tonggo Raja
Tonggo Raja yaitu salah satu upacara adat Batak Toba yakni pertemuan keluarga secara sepihak yang diadakan oleh Keluarga Pihak Perempuan bersama kerabatnya (dongan sabutuha), boru/bere, Pariban, Aleale dan teman sekampung (dongan sahuta) untuk membicarakan persiapan kegiatan tertentu, yang hendak diadakan oleh Hasuhuton (penyelenggara acara/pesta) dan pada kegiatan ini pihak hulahula belum dihadirkan berlandaskan dengan adat yang berlaku.
Tonggo raja yaitu adalah semacam pembentukan panitia (parhobas) sekaligus untuk membahas hal-hal apa yang hendak persiapkan/direncanakan pada kegiatan tertentu.
Tonggo raja untuk Pernikahan
Hal yang pertama dikatakan yaitu menyangkut pembentukan panitia pesta (disebut Parhobas) mulai dari Penerima Tamu, Penerima Beras (Tandok), Penerima Tamu Khusus untuk mengatur tempat duduk dari Hulahula. Pembahasan akhir dilangsungkan untuk membicarakan penetapan siapa yang menerima Jambar "Panandaion" dari Pihak Pengantin pria (Paranak), akhir dikatakan mengenai pembagian Ulos Herbang dan biasanya masing-masing marga sudah milik agak main tersendiri.
Mandek kegiatan ini biasanya para kerabat hendak meminta keterangan apakah Penyelenggara pesta semakin menerima kado berupa ulos herbang atau berupa uang saja. Bahkan kini jambar yang diterima pun sudah benar yang di kurs dengan uang di mana jambar yang diterima justru ditambah seakan hasuhuton-lah yang memesan dengke siuk. Hal ini yaitu pemikiran baru dalam upaya para kerabat membantu mengentengkan keuangan Hasuhuton, karena dengke adat yang dimasak jumlahnya sudah cukup banyak.
Pada kegiatan ini disembelih dan dimasak seekor lomoklomok agak 20-25kg dan disesuaikan dengan jumlah banyaknya undangan dan berlandaskan kemampuan Hasuhuton. Dan seusai kegiatan biasanya boru hasuhuton hendak membagi-bagi daging kepada para kerabat.
Tonggo raja untuk kerabat keluarga yang berpulang
Tonggo raja untuk keluarga yang kemalangan diterapkan untuk persiapan kegiatan adat berpulang, dan hanya diterapkan bagi orang tua yang berpulang alam yakni yang sudah Saormatua dan Sarimatua.
Setelah Tonggo raja mandek maka almarhum/almarhumah “mompo tu jabu-jabuna” (dimasukkan ke peti jenazah) oleh dongan tubu-nya dengan disaksikan oleh Tulang dan horong-nya Hulahula. Setelah itu maka hendak dilangsungkan dengan mardaun pogu (makan).
Referensi
indonesia-info.net, kategori-antropologi.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.