Sulaiman

Sulaiman (bahasa Arab:سليمان; bahasa Ibrani: שְׁלֹמֹה; bahasa Ibrani Standar: Šəlomo; bahasa Ibrani Tiberia: Šəlōmōh, bermakna "damai") (sekitar 975-935 SM)[1] adalah seorang raja Israel, dan anak Raja Daud. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Al-Quran. Sejak kecil ia telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman daya upayanya. Ia diangkatkan terjadi nabi pada tahun 970 SM. Ia wafat di Rahbaam, Baitul Maqdis-Palestina. Sulaiman diagungkan sebagai salah satu dari empat raja yang berhasil menaklukkan beberapa akbar bumi, antara lain yaitu Dzul Qarnain, Bukhtanasar dan Namrudz.[2]

Genealogi

Sulaiman bin Daud bin Aisya bin Awid dari keturunan Yahuza bin Ya'qub.

Biografi

Raja segala makhluk

Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Sehabis Sulaiman cukup umur dan ayahandanya wafat, Sulaiman diangkatkan terjadi raja di kerajaan Israil. Ia berkuasa tak hanya atas manusia, namun juga atas hewan dan makhluk halus seperti jin dsb-nya. Baginda dapat mengerti bahasa semua hewan

Istana Nabi Sulaiman sangat indah. Didirikan dengan gotong royong manusia, hewan, dan jin. Dindingnya dibuat dari dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas dan tembaga, atapnya dari perak, alat berselok dan ukirannya dari mutiara dan intan, berlian, pasir di taman ditaburi mutiara, dsb-nya.

Interaksi Sulaiman dengan jin, hewan dan yang lain

Nabi Sulaiman dianugerahkan Allah kebijaksanaan sejak remaja. Ia juga mempunyai beragam keistimewaan, termasuk dapat cakap dan mengerti bahasa hewan sehingga semua makhluk itu mengiringi kehendaknya.

Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kita telah memberikan pengetahuan untuk Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan; segala puji bagi Allah yang melebihkan kita dan banyak abdinya yang beriman. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan beliau berkata; Wahai manusia, kita telah diberi pengertian tentang suara burung dan kita diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar satu anugerah yang nyata.”

Ia juga dapat menundukkan jin dan angin, sehingga dapat disuruh melaksanakan apa saja, termasuk mendapatkan tembaga cair yang selalu keluar dari perut bumi untuk terjadi perkakasan, propertti istana, benteng, piring-piring akbar dan tungku-tungku.

Firman Allah bermaksud: “Dan Kita (tundukkan) angin bagi Sulaiman yang perjalanannya pada waktu petang, sama dengan perjalanan sebulan dan Kita alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian daripada jin sah yang bertugas di depannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang antara mereka daripada perintah Kami, Kita rasakan untuknya azab neraka yang apinya menyala-nyala.”

Kebijaksanaan Sulaiman

Kebijaksanaan Sulaiman dapat dilihat melintas beragam kejadian yang dilaluinya. Misalnya, beliau tes mengutarakan ide untuk bapaknya, Nabi Daud a.s bagi menyelesaikan perselisihan antara dua pihak, yaitu antara pemilik kebun dan pemilik kambing.

Walaupun ketika itu usianya masih muda, argumennya bernas. Mulanya Nabi Daud memutuskan pemilik kambing supaya menyerahkan ternaknya untuk pemilik kebun sebagai ganti rugi disebabkan ternaknya memasuki dan merusakkan kebun itu. Sulaiman yang mendengar keputusan bapaknya menyelanya: “Wahai bapakku, menurut orientasiku, keputusan itu tidak sewenang-wenang berbunyi; untuk pemilik tanaman yang telah musnah tanaman diserahkanlah kambingnya untuk dihidupi, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya. “Manakala tanamannya yang binasa itu diserahkan untuk pemilik kambing untuk disimpankan sehingga kembali untuk keadaan sumber. Seterusnya masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan prosedur demikian masing-masing pihak tidak sah yang mendapat keuntungan atau menderita kerugian lebih daripada tidak sewenang-wenang.” Argumen yang dinyatakan Sulaiman disetujui kedua pihak. Malah khalayak ramai yang menyaksikan perbicaraan itu kagum dengan kebolehan beliau menyelesaikan perselisihan terbabit.

Sulaiman naik tahta

Bertitik tolak daripada kejadian itu, kewibawaan Sulaiman semakin tersebar dan ia juga sebagai bibit permulaan kenabian Sulaiman. Mengamati kecerdasan kecerdikan yang ditonjolkannya itu, Nabi Daud menaruh kepercayaan dengan mengusahakannya sebagai pengganti dalam kerajaan Bani Israel. Namun, akangnya Absyalum tidak merelakan beliau melangkah lebih jauh dalam hiraki pemerintahan itu, malah mendakwa beliau yang tidak sewenang-wenang dilantik sebagai putera mahkota kerana Sulaiman masih muda dan tidak berpengalaman. Absyalum bersiap mendapatkan tahta itu dari bapak dan saudara kandung yang lebih mudanya. Justru, beliau mulai menunjukkan sikap adun terhadap rakyat, dengan segala persoalan mereka ditangani sendiri dengan segera, membuatkan pengaruhnya semakin meluas.

Sampai satu ketika, Absyalum mengistiharkan dirinya sebagai raja, sekaligus merampas kekuasaan bapaknya sendiri. Sikap yang dibuatnya itu mengakibatkan huru-hara di kalangan Bani Israel. Melihatkan keadaan itu, Nabi Daud keluar dari Baitul Maqdis, menyeberangi Sungai Jordan menuju ke Bukit Zaitun. Sikap yang dibuatnya itu semata-mata bersiap mengelakkan pertumpahan darah, namun Absyalum dengan angkuh memasuki istana bapanya. Di Bukit Zaitun, Nabi Daud memohon tuntunan Allah supaya menyelamatkan kerajaan Bailtul Maqdis daripada dimusnahkan anaknya yang durhaka itu. Allah segera memberi tuntunan untuk Nabi Daud, yaitu melakukan perang terhadap Absyalum. Namun, sebelum memulai peperangan itu, Nabi Daud berpesan untuk tentaranya supaya tidak membunuh anaknya itu, malah jika boleh ditangkap hidup-hidup. Bagaimanapun, kuasa Allah melebihi segalanya dan ditakdirkan Absyalum mati juga kerana beliau bersiap bertarung dengan tentara bapaknya.

Kemudian, Nabi Daud kembali ke Baitul Maqdis dan menghabiskan sisa hidupnya semasa 40 tahun di istana itu sebelum pergi dari takhta untuk Sulaiman. Kewafatan Nabi Daud memberikan kuasa penuh untuk Nabi Sulaiman untuk memimpin Bani Israel berpandukan kebijaksanaan yang dianugerah Allah.

Ratu Balqis tunduk untuk Sulaiman

Sehabis membangunkan Baitul Muqaddis, Nabi Sulaiman menuju ke Yaman. Tiba di sana, disuruhnya burung hud-hud (sejenis pelatuk) berusaha mendapatkan sumber cairan. Namun burung berkenaan tiada ketika dipanggil. Ketiadaan burung hud-hud memunculkan kemarahan Sulaiman. Selepas itu burung hud-hud datang untuk Nabi Sulaiman dan berkata: "Diri sendiri telah terbang untuk mengintip dan terjumpa suatu yang sangat penting untuk diketahui oleh tuan..."

Firman Allah, bermaksud: "Maka sebentar seterusnya datanglah hud-hud, lalu ia berkata; diri sendiri telah mengetahui sesuatu, yang kamu belum mengetahuinya dan diri sendiri naikkan untukmu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

"Sesungguhnya diri sendiri menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan beliau dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang akbar. Diri sendiri mendapati beliau dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah..."

Mendengar berita itu, Nabi Sulaiman mengutuskan surat mengandungi nasihat supaya menyembah Allah untuk Ratu Balqis. Surat itu dibawa burung hud-hud dan diterima sendiri Ratu Balqis. Selepas dibaca surat itu, Ratu Balqis menghantarkan utusan bersama hadiah untuk Sulaiman. Dalam al-Quran diceritakan: "Tatkala utusan itu sampai untuk Nabi Sulaiman, seraya berkata; apakah tidak berat sebelah kamu membantu diri sendiri dengan harta?

"Sesungguhnya apa yang diberikan Allah untukku lebih adun daripada apa yang diberikannya untukmu, namun kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

"Kembalilah untuk mereka, sungguh kita akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak dapat melawannya dan mesti kita akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka terjadi tawanan yang tidak bermanfaat."

Utusan itu kembali ke negeri Saba dan membicarakan pengalaman yang dialami di Yaman untuk Ratu Balqis, sehingga beliau berhajat untuk berjumpa sendiri dengan Sulaiman. Harapan Ratu Balqis untuk datang itu diketahui Nabi Sulaiman terlebih dahulu. Beliau segera memerintahkan seluruh tentaranya yang terdiri dari manusia, hewan dan jin untuk menciptakan persiapan bagi menyambut kedatangan Ratu Balqis. Nabi Sulaiman seterusnya menitahkan untuk memindahkan singasana Ratu Balqis ke istana beliau.

Surah An-Naml

38. Cakap Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya untukku sebelum mereka datang untukku sebagai warga yang berserah diri."

39. Cakap Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Diri sendiri akan datang untukmu dengan membawa singgsana itu untukmu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya diri sendiri benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."

40. Berkatalah seorang yang mempunyai pengetahuan dari AI Kitab "Diri sendiri akan membawa singgasana itu untukmu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman mengamati singgasana itu terletak di depannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba diri sendiri apakah diri sendiri bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya beliau bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."

41. Beliau berkata: "Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan mengamati apakah beliau mengetahui ataukah beliau termasuk warga yang tidak mengenal(nya)."

Manakala Ratu Balqis tiba, ia ditanya oleh Sulaiman: "Seperti inikah singgahsanamu?" Dengan terperanjat, Ratu Balqis menjawab: "Berakan singgasana ini singgasanaku" Seterusnya Ratu Balqis dipersilakan datang ke istana Nabi Sulaiman. Namun, ketika berlaku di istana itu, sekali lagi Ratu Balqis terpedaya, karena menyangka lantai istana Sulaiman dibuat dari dari cairan, sehingga ia menyingkap kainnya.

Firman Allah yang bermaksud: Dinyatakan kepadanya; masuklah ke dalam istana. Maka tatkala beliau (Ratu Balqis) mengamati lantai istana itu, dikiranya cairan yang akbar dan disingkapkannya kedua betisnya.

Berkatalah Sulaiman; "sesungguhnya ia istana licin yang diperbuat daripada kaca". Berkatalah Balqis; "Ya Tuhanku, sesungguhnya diri sendiri telah berbuat zalim terhadap diriku dan diri sendiri berserah diri bersama Sulaiman dan untuk Allah, Tuhan semesta dunia."

Kejadian itu menyebabkan Ratu Balqis berasa sangat keliru dan menyadari kelemahannya, sehingga beliau memohon ampun atas kesilapannya semasa ini dan akhir-akhirnya beliau diperisterikan oleh Nabi Sulaiman.

Wafatnya Sulaiman

Kisah Sulaiman dan tentaranya yang terdiri daripada manusia, hewan dan jin dalam menjalankan dakwah Allah terhadap Ratu Balqis. Kematian beliau selisih dengan manusia biasa. Nabi Sulaiman wafat dalam keadaan duduk di kursi, dengan memegang tongkat sambil mengawasi dan memperhatikan jin yang bertugas.

Firman Allah: "Tatkala Kita telah memutuskan kematian Sulaiman, tidak sah yang menunjukkan untuk mereka sehabis kematiannya itu melainkan rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu bahawa kalau mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tidak berubah dalam seksa yang menghinakan."

Lihat juga

Footnote

 
25 Nabi dan Rasul
 
Disebutkan dalam Quran dan Hadits
 
Keterangan: Ulul Azmi


Sumber :
kategori-antropologi.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dsb.