Hari Buruh

Pawai Hari Buruh 1 Mei 2003 di Jakarta

Hari Buruh pada umumnya dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh ini adalah sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.

Sejarah Hari Buruh

May Day kelahiran dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kemudi ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal masa abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak kala itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja dijadikan cara bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Tidak kekurangan dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan sikap yang dibuat mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan cakap dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire dijadikan terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Yang belakang sekalinya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kesudahan merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire melakukan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara anggota merayakannya.

Pada 1887, Oregon dijadikan negara anggota pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan ahad pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diadakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, didatangi berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja dijadikan delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilanjutkan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini dijadikan landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih sebab pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan sikap yang dibuat buruh di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan dilaksanakan mulai 1 Mei 1886.

Peristiwa Haymarket

Artikel utama Kerusuhan Haymarket
Peristiwa Haymarket, Polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh.

Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka dijadikan 8 jam sehari. Sikap yang dibuat ini berlanjut selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kesudahan menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kesudahan dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih tidak sewenang-wenang dari para pemilik modal.

Kongres Sosialis Dunia

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diadakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:

Sebuah sikap yang dibuat internasional agung harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut supaya pemerintah secara legal mengurangi jam kerja dijadikan 8 jam per hari, dan melakukan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.

Resolusi ini memperoleh sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun memperoleh tekanan keras dari pemerintah mereka.

Hari buruh di Indonesia

Jurnalis Juga Buruh, 1 Mei 2007 di Jakarta

Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.

Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet, sesudah dewasa menghadiri pula peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1970 di Lapangan Tian An Men RRC pada peringatan tersebut menurut beliau mempunyai juga Mao Zedong, Pangeran Sihanouk dengan istrinya Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B Tan Tein.[2]

Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam penduduk dan ekonomi. Ini disebabkan sebab gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan petuah komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.

Semasa Soeharto berkuasa, sikap yang dibuat untuk peringatan May Day masuk kategori keaktifan subversif, sebab May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, sebab mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian agung menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Setelah era Orde Baru selesai, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei lagi marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.

Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah tidak kekurangan tingkah laku yang dibuat destruktif yang dilanjutkan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tingkah laku yang dibuat represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, sebab mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

2006

Sikap yang dibuat May Day 2006 terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung, Semarang, Samarinda, Manado, dan Batam.

Di Jakarta unjuk rasa puluhan ribu buruh terkonsentrasi di beberapa titik seperti Bundaran HI dan Parkir Timur Senayan, dengan sasaran utama adalah Gedung MPR/DPR di Jalan Gatot Subroto dan Istana Negara atau Istana Kepresidenan. Selain itu, lebih dari 2.000 buruh juga berlagak di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Buruh yang tergabung dalam sikap yang dibuat di Jakarta datang dari sejumlah kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam berbagai serikat atau organisasi buruh. Mereka mengusir revisi Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang banyak merugikan kalangan buruh.[3]

2007

Pawai Hari Buruh 1 Mei 2007 di Jakarta

Di Jakarta, ribuan buruh, mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan penduduk turun ke jalan. Berbagai titik di Jakarta disahuti para pengunjuk rasa, seperti Kawasan Istana Merdeka, Gedung MPR-DPR-DPD, Gedung Balai Kota dan DPRD DKI, Gedung Depnaker dan Disnaker DKI, serta Bundaran Hotel Indonesia.

Di Yogyakarta, ratusan mahasiswa dan buruh dari berbagai elemen memenuhi Kota Yogyakarta. Simpang empat Tugu Yogya dijadikan titik awal pergerakan. Buruh dan mahasiswa berangkat dari titik simpul Tugu Yogya menuju depan Kantor Pos Yogyakarta. Di Solo, sikap yang dibuat dimulai dari Perempatan Panggung yang dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Bundaran Gladag sejauh 3 km untuk menggelar orasi lalu berbelok menuju Balaikota Surakarta yang terletak beberapa ratus meter dari Gladag. Sikap yang dibuat serupa juga digelar oleh dua ratusan buruh di Sukoharjo. Massa sikap yang dibuat tersebut mendatangi Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sukoharjo. Di Bandung, para buruh melakukan sikap yang dibuat di Gedung Sate dan bergerak menuju Polda Jawa Barat dan kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Jawa Barat. Di Serang, ruas jalan menuju Pandeglang, Banten, lumpuh sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar 10.000 buruh yang tumplek di depan Gedung DPRD Banten memblokir Jalan Palima. Di Semarang, ribuan buruh berunjuk rasa secara bergelombang sejak pukul 10.00 WIB. Mengambil start di depan Masjid Baiturrahman di Kawasan Simpang Lima, Kampus Undip Pleburan, dan Bundaran Cairan Mancur di Jalan Pahlawan, lalu menuju gedung DPRD Jawa Tengah. Sekitar 2 ribu buruh di kota Makassar mengawali sikap yang dibuatnya dengan berkumpul di simpang Tol Reformasi. Dari tempat tersebut, mereka kesudahan berjalan kaki menuju kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo. Di kota Palembang, sikap yang dibuat buruh dipusatkan di lapangan Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Di Sidoarjo, ratusan buruh yang melakukan sikap yang dibuat di Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur. Ribuan buruh di Pekalongan melakukan demo mengelilingi Kota Pekalongan. Sikap yang dibuat dimulai dari Alun-alun Pekauman Kota Pekalongan, melewati jalur pantura di Jalan Hayam Wuruk, dan selesai di halaman Gedung DPRD Kota Pekalongan. Longmarch dilanjutkan sepanjang sekitar enam km. Di Medan, sekitar 5 ribu buruh mendatangi DPRD Sumut dan Pengadilan Negeri Medan.

Pawai Hari Buruh 1 Mei 2008 di Jakarta

2008

Sekitar 20 ribu buruh melakukan sikap yang dibuat longmarch menuju Istana Negara pada peringatan May Day 2008 di Jakarta. Mereka berkumpul sejak pukul 10 pagi di Bundaran Hotel Indonesia.

Sementara itu 187 aktivis Jaringan Anti Otoritarian dihadang dan ditangkap dengan tingkah laku yang dibuat represif oleh personel Polres Jakarta Selatan seusai demonstrasi di depan Wisma Bakrie, kala akan bergabung menuju bundaran HI [4]. Di Depok, 5 truk rombongan buruh yang akan menuju Jakarta ditahan personel Polres Depok. Di Medan, polisi melarang sikap yang dibuat demonstrasi dengan gagasan hari raya Kenaikan Isa Almasih. Sikap yang dibuat buruh di Yogyakarta juga dihadang Forum Anti Komunis Indonesia. [5]

Sikap yang dibuat ini dilanjutkan oleh pelbagai organisasi buruh yang tergabung Aliansi Buruh Menggugat dan Front Perjuangan Rakyat, serta dikunjungi berbagai serikat buruh dan organisasi lain, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Buruh Putri Indonesia, Kesatuan Alinasi Serikat Buruh Independen (KASBI), Serikat Pekerja Carrefour Indonesia, Serikat Buruh Jabotabek (SBJ), komunitas waria, organ-organ mahasiswa dan lain sebagainya. [6]

Pawai Hari Buruh 2009 di Jakarta

2009

Belasan ribu buruh, aktivis dan mahasiswa dari berbagai elemen dan organisasi memperingati Hari Buruh Sedunia dengan melakukan sikap yang dibuat longmarch dari Bundaran HI menuju Istana Negara, Jakarta. Sikap yang dibuat ini tergabung dalam dua organisasi payung, Front Perjuangan Rakyat (FPR) dan Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Ribuan buruh yang tergabung dalam ABM, tertahan dan dihadang oleh ratusan aparat kepolisian sekitar 500 meter dari Istana. [7]

2010

Bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, ribuan pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Dari Bundaran HI, mereka kesudahan bergerak ke depan Istana Negara.[8]. Mereka menuntut akan jaminan sosial bagi buruh. Kalangan buruh menganggap penerapan jaminan sosial kala ini masih diskriminatif, terbatas, dan berorientasi keuntungan. [9]

Di depan Istana, sempat terjadi kericuhan yang berlanjut sekitar 15 menit pada pukul 14.00 WIB. Petugas kepolisian menjadikan aman dua orang pengunjuk rasa untuk dimintai keterangan. Menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang, kedua demonstran tersebut berasal dari salah satu lembaga antikorupsi, KAPAK (Komite Sikap yang dibuat Pemuda Anti Korupsi). Setelah insiden itu, secara umum kondisi sikap yang dibuat unjuk rasa berjalan kondusif lagi hingga berhentinya sikap yang dibuat pada pukul 16.00 WIB.[10]

2011

Ribuan buruh Indonesia merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day, Ahad (01/05) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka menyerukan tidak kekurangannya kepastian jaminan sosial bagi para buruh di Indonesia sambil meneriakkan yel-yel perjuangan eperti "Hidup Buruh" dan "Berikan Hak-Hak Buruh," serta mereka berpawai menuju Istana Negara.[11]

2012

Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi DR. Untung S.Rajab, Kamis 3 Mei 2012 menerima sejumlah tokoh serikat buruh yang terlibat langsung pengerakan sikap yang dibuat demo besar-besaran di ibukota Jakarta menyambut May Day 2012 atau Hari Buruh Internasional. Tokoh buruh yang menemui Kapolda, antara lain ketua sikap yang dibuat dan koordinator Lapangan. Kesudahan mereka bersama Kapolda memberi keterangan pers.

Bari Silitonga antaraku ketua sikap yang dibuat pada peringatan Hari Buruh Internasioanl itu kepada wartawan mengatakan, kedatangan mereka menemui Kapolda Metro Jaya untuk memberi apresiasi positif kepada Polda Metro Jaya dan jajarannya yang telah mengawal sikap yang dibuat demo buruh pada Sesala 1 Mei 2012, sehingga sikap yang dibuat buruh dapat berjalan lancar, tertib dan aman, tanpa memperoleh gangguan sampai berhenti.


Meskipun tuntutan serikat buruh hanya sebagaian kecil memperoleh tanggapan positif dari Pemerintah, kami buruh merasa perlu memberi apresiasi kepada jajaran Polda Metro Jaya yang telah menjadikan aman sikap yang dibuat demo buruh sejak awal hingga berhenti pada 1 Mei 2012. Mengenai tuntutan buruh yang belum tercapai, itu akan terus diperjuangkan buruh dan tidak akan pernah berjeda, kata Bari Silitonga.


Kedatangan sejumlah tokoh buruh ini, disambut gembira oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi DR.Untung S.Rajab. Kepada wartawan dipercakapkannya, jajaran Polda Metro Jaya juga memberi apresiasi dan sangat berterima kasih kepada seluruh anggota serikat buruh, dimana selama melakukan sikap yang dibuat demonya pada May Day 2012 tetap tertib dan tidak melanggar hukum.


Menurut Irjen Polisi DR.Untung S.Rajab, buruh maupun serikat buruh telah menunjukkan kepada penduduk suatu contoh positif, bahwa untuk menyampaikan aspirasi melalui sikap yang dibuat demo dapat dilanjutkan secara tertib dan damai. Buruh telah memberi contoh, meskipun massa yang diturunkan puluhan ribu, sikap yang dibuat demo mereka tidak mengganggung keamanan dan ketertiban penduduk.


“Sikap yang dibuat buruh 1 Mei kemarin merupakan bukti, bahwa sikap yang dibuat demo tidak identik dengan kerusuhan. Aku antaraku pimpinan Polda Metro Jaya pada berterima kasih dan member apresiasi kepada buruh. Aku juga berterima kasih dan member apresiasi kepada mahasiswa yang pada hari buruh internasional kemarin ikut melakukan sikap yang dibuat demo, tapi tetap tertib”, kata Kapolda Metro.


Lebih lanjut Kapolda Metro Jaya mengatakan, bahwa buruh yang tergabung diberbagai serikat buruh adalah aset negara. Mereka sama berat dihargai dan berhak memperoleh pelayanan yang baik dari pemerintah, termasuk dari kepolisian. Oleh sebab itu, jajaran kepolisian pada peringatan hari buruh kemarin mengawal sikap yang dibuat demo buruh supaya tidak memperoleh gangguan dari pihak luar, dan kerjasama buruh dengan Polri pada May Day 2012 cukup baik. Apa yang telah diperlihatan buruh melalui sikap yang dibuat demonya, sama berat dicontoh, sebab sikap yang dibuat demo tidak identik dengan kekerasan atau kerusuham. (hais/m).

2013

Pemerintah akan menjadikan Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei sebagai hari libur nasional. Menurut rencana, hal itu akan dimulai pada 2014.[12]

Sumber acuan

Pranala luar



Sumber :
id.wikipedia.org, civitasbook.com (Ensiklopedia), kategori-antropologi.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dsb.