Kota Blitar
Kota Blitar | |||
---|---|---|---|
| |||
Nama lain: Kota PETA, Kota Patria, Kota Koi | |||
Slogan: Kridha Hangudi Jaya "Kerja Keras Mencapai Kejayaan" | |||
![]() | |||
![]() ![]() Kota Blitar | |||
Negara | Indonesia | ||
Provinsi | Jawa Timur | ||
Hari berlaku | 1 April 1906 | ||
Zona waktu | WIB (UTC+7) | ||
Kode wilayah | (+62) 0342 | ||
Plat yang dikendarai | AG | ||
Situs web | www.blitarkota.go.id |
Kota Blitar adalah sebuah kota yang terletak di anggota selatan Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekeliling 167 km sebelah selatan Surabaya. Kota Blitar terkenal sebagai tempat dimakamkannya presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno.[1]
Kecuali dinamakan sebagai Kota Patria, kota ini juga dinamakan sebagai Kota PETA (Pembela Tanah Cairan) karena di bawah kepimpinanan Suprijadi, Laskar PETA menjalankan perlawanan terhadap Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang menginspirasi munculnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain.
Ikan koi yang tersohor di Jepang mampu dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi.[2]
Daftar isi
Geografi
Secara geografis, Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur, tidak kekurangan di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 156 meter dari permukaan laut, dan bersuhu udara rata-rata cukup sejuk selang 24°–34° Celsius.
» Kota Blitar
» Range Realita Kode POS : 66113 - 66133 | » Jumlah Kecamatan/Distrik : 3 » Jumlah Dusun + Kelurahan : 21
» Jumlah Penghuni : 132.901 (DKCS 2013) |
Sejarah
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=150px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Waringin_naast_Hotel_Van_Rheede.jpg)
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menduduki daerah Blitar yang saat itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut belakang mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar.
Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia mampu mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Raja muda Aryo Blitar I untuk belakang memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali kembalinya bangsa Tartar.
Akan tetapi, pada perkembangannya dibuat bentuk menjadi konflik selang Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain yaitu patihnya sendiri. Konflik ini dibuat bentuk menjadi karena Sengguruh berhasrat mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar Raja muda Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali dibuat bentuk menjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung ditiadakan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya, penduduk Blitar yang multietnis saat itu telah menjalankan perlawanan, tetapi mampu diredam oleh Belanda.
Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906. Pada tahun itu, juga dibuat bentuk sebagian kota lain di Pulau Jawa, selang lain Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Magelang, Samarang, Salatiga, Madioen, Malang, Soerabaja, dan Pasoeroean.
Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibuat bentuk Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia-Belanda. Untuk sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri.
Pada zaman penguasaan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota ini dinamakan sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipandu oleh seorang shi-chō.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini belakang diubah kembali dibuat bentuk sebagai Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya Blitar ditambah dibuat bentuk sebagai 32,58 km² serta dikembangkan dari satu dibuat bentuk sebagai tiga disktrik dengan 20 kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah dibuat bentuk sebagai Kota Blitar.[3]
Pemerintahan
Walikota Blitar | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama | Periode | |||||||||||
J.H. Boerstra | 1929-1934 | |||||||||||
C.E. Cohen | 1934-1938 | |||||||||||
Mr. O.J.A. Quartero | 1938-1942 | |||||||||||
Drajat Prawiro Soebroto | 1942-1943 | |||||||||||
Soedrajat | 1943-1944 | |||||||||||
Mochtar Prabu Mangkunegoro | 1944-1945 | |||||||||||
Soerono Harsono | 1945-1947 | |||||||||||
Soenarjo Adiprodjo | 1947-1948 | |||||||||||
Soenarjo | 1948 | |||||||||||
Soetadji | 1949-1950 | |||||||||||
Soepardi | 1950-1953 | |||||||||||
Ismaoen Danoe Soesastro | 1953-1956 | |||||||||||
Soeparngadi | 1956-1960 | |||||||||||
R. Koesmadi | 1960 | |||||||||||
R.M. Prawiro Koesoemo | 1960-1964 | |||||||||||
Fakhihudin | 1964–1968 | |||||||||||
Drs. Soerjadi | 1969-1975 | |||||||||||
Drs. Soekirman | 1975-1985 | |||||||||||
Drs. Haryono Koesoemo | 1985-1990 | |||||||||||
Drs. H. Achmad Boedi Soesetyo | 1990-1995 | |||||||||||
H. Istijono Soenarto, S.H. | 1995-2000 | |||||||||||
Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M.S. | 2000-2010 | |||||||||||
M. Samanhudi Anwar, S.H. M.M. | 2010-2015 | |||||||||||
Sumber:[3] |
Pariwisata
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=200px-Kota_Blitar.jpg)
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=200px-Istana_gebang.jpg)
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=200px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Huizen_aan_de_Van_Lennepstraat_.jpg)
![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=3&kodegb=200px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Rijtuigen_en_straatverkopers_in.jpg)
Potensi pariwisata Kota Blitar tanpa lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah dibuat bentuk sebagai salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama agung seperti Raja muda Aryo Blitar, Proklamator Bung Karno, Shodancho Suprijadi, dan lain sebagainya dibuat bentuk sebagai inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang masih tumbuh ini.
Dalam usaha mendirikan iklim yang kondusif, didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilihkan pilihan sektor pariwisata sebagai primadona untuk membentangkan ekonomi daerah. Sebagian tempat maksud wisata yang tidak kekurangan di Blitar, dari waktu ke waktu kian disusun dan diperkaya arti meningkatkan potensi wisata di Kota Blitar.
Tempat maksud wisata di Kota Blitar selang lain:
- Makam Bung Karno, tempat dimakamkannya presidan pertama sekaligus proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Sukarno. Makam ini terletak di Kelurahan Bendogerit, Disktrik Sananwetan, sekeliling 2 kilometer sebelah utara pusat kota.
- Perpustakaan dan Museum Bung Karno adalah perpustakaan yang kecuali memuat segala bentuk memorabilia Bung Karno, juga dikembangkan sebagai pusat studi terpadu. Sebagian koleksi yang tidak kekurangan saat ini yaitu lukisan hidup Bung Karno yang mampu berdetak tepat pada anggota jantungnya, uang bergambar Bung Karno yang mampu menggulung sendiri, dan koleksi sumbangan dari Yayasan Idayu.
- Istana Gebang atau bertambah diketahui dengan sebutan Ndalem Gebang, adalah rumah tempat tinggal orang tua Bung Karno. Istana ini bertempat di Jl. Sultan Luhur 69. Di rumah ini pada setiap bulan Juni ramai didatangi pengunjung, baik dalam rangka peringatan hari ulang tahun Bung Karno maupun karena tidak kekurangannya perkara tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkot Blitar, seperti Grebeg Pancasila.
- Petilasan Arya Blitar adalah sebuah makam dari Raja muda Arya Blitar yang terletak di Kelurahan Blitar, Disktrik Sukorejo. Makam ini ramai dikunjungi pada bulan Sura dan juga setiap malam Jumat legi.
- Monumen Supriyadi adalah sebuah monumen untuk mengenang jasanya. Pada tahun 1945, Kota Blitar dibuat bentuk sebagai pusat pemberontakan tentara PETA yang dipandu oleh Shodancho Suprijadi melawan tentara Jepang. Monumen ini terletak di depan bekas markas PETA dan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya. Kecuali itu, juga dibangun sebuah patung setengah dada Suprijadi yang terletak di depan Pendapa Rangga Hadinegara.
- Kebon Rojo, yaitu taman hiburan dan rekreasi keluarga yang tidak kekurangan di belakang kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum maupun wisatawan secara cuma-cuma. Di taman tersebut, terdapat sebagian macam hewan peliharaan, sarana main anak-anak, tempat bersantai, panggung apresiasi seniman, cairan mancur, dan juga bermacam macam tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
- Taman Cairan Sumberudel yaitu taman cairan paling megah se-eks-Karesidenan Kediri. Taman cairan ini diresmikan kembali oleh Walikota Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 setelah direnovasi selagi belum cukup bertambah satu setengah tahun. Sarana yang dipunyainya cukup komplet jika dibandingkan dengan taman-taman cairan lain di Jawa Timur.
Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan
Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) yaitu pusat layanan informasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan, kecuali sebagai pusat layanan informasi tentang pariwisata. Pengembangan pusat informasi ini yaitu bentuk realisasi kebijakan pengembangan sarana-prasarana ekonomi pada umumnya, serta sarana-prasarana perdagangan dan pariwisata pada khususnya. Ini yaitu penjabaran dari pengembangan sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sebagaimana yang tersurat dalam rumusan visi Kota Blitar.
PIPP dibuat bentuk sebagai media integrasi informasi dan publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama-sama selang daerah Kota Blitar beserta daerah sekelilingnya, seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, serta daerah-daerah lainnya di wilayah administrasi Badan Koordinasi Wilayah I Madiun. PIPP diresmikan pada tanggal 3 Juli 2004 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri bersamaan dengan peresmian sebagian objek lainnya, selang lain Stadion Gelora Supriyadi, Pasar Legi, dan Perpustakaan Persada Bung Karno.
Sarana pendukung
- Stadion Gelora Supriyadi adalah markas dari klub sepak bola PSBI Blitar dan PSBK Blitar.
- Hotel Tugu Sri Lestari terletak di Jl. Merdeka. Hotel ini bertambah diketahui dengan sebutan Sri Lestari saja. Hotel bergaya kolonial ini adalah hotel tertua yang berdiri di pusat Kota Blitar dan adalah saksi sejarah dari peristiwa pemberontakan PETA yang dibuat bentuk menjadi pada tanggal 14 Februari 1945.
- Patria Plaza Hotel terletak di Jl. Kartini. Hotel ini diresmikan oleh Walikota Blitar pada tanggal 1 Januari 2005.
- Hotel Puri Perdana terletak di Jl. Anjasmoro. Hotel ini yaitu hotel pertama di Kota Blitar yang memberikan sarana internet gratis.
Rupa-rupa
- Kota dan Kabupaten Blitar adalah daerah utama yang dilewati oleh lahar Gunung Kelud apabila meletus.
- Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono; Panglima TNI, Admiral Agus Suhartono; dan Wakil Ketua KPK, Mochammad Jasin, lahir dan dibesarkan di kota ini. Semuanya adalah alumni SMP Negeri 1 Blitar dan SMA Negeri 1 Blitar.
- Puteri Indonesia 2007, Putri Raemawasti, lahir dan dibesarkan di kota ini.
- Artis sinetron Anjasmara dan Hengky Kurniawan adalah putra asli Blitar.
- Wiweko Soepono, pionir dirgantara Indonesia kawan Nurtanio Pringgoadisuryo dan R.J. Salatun, dilahirkan di kota ini.
Kota kembar
Acuan
- ^ "Bung Karno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar". 2011-05-30. Diakses 2013-09-14.
- ^ Buku Potensi Pariwisata dan Produk Unggulan Jawa Timur, 2009.
- ^ a b Sejarah Pemerintahan
Lihat juga
|
|
id.wikipedia.org, discussion.web.id, kategori-antropologi.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dll.