![](https://kategori-antropologi.pts-ptn.net/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=165px-Ecclesiastes.jpg)
Pengkhotbah
Kitab Pengkhotbah yaitu babak dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Judul ini berasal dari bahasa Ibrani: קוהלת (Qohelet). Landasan ucap ini yaitu קהל (Qahal), yang berarti "perhimpunan". Ucap Qohelet inilah yang diartikan dijadikan "Pengkhotbah" yang menyiratkan fungsi keagamaan. Namun demikian isi Kitab ini tidak mencerminkan fungsi tersebut. Karena itu, beberapa para sarjana mengusulkan guru sebagai terjemahan alternatif, meskipun ucap ini pun tidak berhasil sepenuhnya menangkap gagasan landasan yang dikandung dalam sebutan bahasa Ibraninya. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), ucap qohelet dalam teks diartikan dijadikan 'Sang Pemikir'.
Sang Pengkhotbah dengan cara harafiah yaitu seseorang yang berkhotbah kepada pertemuan ini. Dalam bahasa Inggris, kitab ini dinamakan Ecclesiastes yang berasal dari bahasa Yunani dalam kitab Septuaginta (LXX): Εκκλησιαστής. Ucap ini berasal dari ucap Yunani: Εκκλησία (Gereja/jemaat). Berarti sama saja, yaitu "seseorang yang berkhotbah pada sebuah pertemuan."
Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pemikir'. Ia merenungkan dengan cara dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.
Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasehatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan.
Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.
Banyak orang yang telah membaca kitab ini merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-sifat mereka berdiri di dalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Tuhan, harapan yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya.[1]
Ayat-ayat terkenal
- Pengkhotbah 3:1: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
- Pengkhotbah 3:10-11: Diri sendiri telah melihat pekerjaan yang disampaikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
- Pengkhotbah 11:9: Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 12:1: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"
Pengkhotbah di dalam Kanon
Kitab Pengkhotbah yaitu satu dari lima gulungan (Megillot) yang dibaca pada hari raya Pondok Daun.[2] Di dalam kanon Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam babak tulisan-tulisan (Yahudi: Ketuvim) dan ada pada urutan ke-6 dari babak tersebut.[3] Akhir di dalam kanon bedanya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma kala ini), terdapat pengelompokan tulisan-tulisan yang diasumsikan berasal dari Daud dan Salomo.[4] Dengan demikian urutannya yaitu Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Besar, Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo diasumsikan Apokrifa).[4] Alasan penempatan ini yaitu referensi tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.[4] Kelompokan ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang diasumsikan berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.[4]
Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi kala itu.[2] Karena itulah ada tafsiran yang menyebutkan bahwa pasal 12:12-14 yaitu tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.[2] Nampaknya kitab ini berhasil turut kanon Yahudi karena diasumsikan berasal dari Salomo.[2]
Perdebatan mengenai Pengarang
Dengan cara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah diasumsikan sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.[5] Para penafsir Yahudi tradisional membaca dengan cara harafiah Kitab Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.[5] Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa babak.[5] Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:
Alasan Isi
Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dijelaskan dengan cara eksplisit dalam seluruh kitab ini dan juga dalam pasal 1:16 dijelaskan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Pengkhotbah, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.[5] Hal ini didebat dengan fakta bahwa memang sebelum Salomo, hanya Daud sebagai raja Kerajaan Israel yang memerintah di Yerusalem, tetapi sebelum itu sudah ada sejumlah raja di Yerusalem ketika masih dikuasai oleh orang Kanaan, diantaranya Melkisedek (Kejadian 14:18), Adoni-Zedek (Yosua 10:1), dan Abdi-Khepa (disebut di Surat-surat Amarna), dan selanjutnya tidak ada raja yang sebijaksana Salomo di Yerusalem.[6]
Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berkata hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul yaitu seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.[5] Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang hamba di depan raja, sehingga babak itu tentulah pemikiran seorang hamba, bukan raja.[5]
Alasan Bahasa
Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.[5] Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.[5] Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani diasumsikan baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga dijadikan dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan penghabisannya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk rakyat Palestina pada zaman Yesus.[5] Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.[5]
Alasan Pemikiran
Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak butuh menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.[5] Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Besar dan sesudahnya.[5]
Alasan Gaya Bahasa
Dengan cara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada pasal 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah dijadikan tokoh tua yang dijelaskan sebelumnya.[5] Akhir dengan cara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, yaitu peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata pandai ke seorang raja termashyur di masa lewat.[5]
Waktu Penulisan
Mengenai waktu penulisan, ada beragam pendapat yang berbedaan.[4] Bila diterima bahwa penulisnya yaitu Salomo, maka kitab ini ditulis pada ratus tahun ke-9 SM, akan tetapi ada konsensus di selang sejumlah ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah yaitu di selang tahun 400-200 SM.[7][4] Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga dianggarkan ditulis setelah tahun 400 SM.[4] Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melalui tahun 200 yaitu adanya referensi terhadap kitab ini dari Kitab Sirakh (ditulis agak 180 SM.)[4], serta ditemukannya babak dari kitab ini di selang Gulungan Laut Mati yang umurnya dianggarkan berasal dari pertengahan ratus tahun ke-2 SM.[2]
Referensi
- ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.
- ^ a b c d e (Inggris)Georg Fohrer. 1968. Introduction to Old Testament. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.
- ^ (Inggris)Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.
- ^ a b c d e f g h W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- ^ The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997
- ^ S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lihat pula
Kitab Pengkhotbah • קוהלת (Qohelet) |
---|
| Alkitab | | |
---|
| Tempat/Sebutan | |
---|
| Tokoh | |
---|
| Sumber | Alkitab Ibrani • Septuaginta • Latin Vulgata • Versi Terjemahan Baru • Versi Wycliffe • Versi King James • Versi American Standard • Versi World English |
---|
| |
|
Sumber :
indonesia-info.net, kategori-antropologi.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.