Farisi

Star of David.svg Lukhot Habrit.svg Menorah7a.png
Orang Yahudi  • Agama Yahudi
Etimologi  · Daya upaya budi
Yudaisme  • Prinsip-prinsip landasan dan hukum
Tuhan Allah dalam Yudaisme  · Landasan Iman Yahudi  · Kaballah  · Hari raya  · Doa  · Halakha
 · Mitzvot (Daftar: 613)  · Rabi  · Sinagoga  · Pembacaan gulungan Taurat · Minhag/Budaya  · Tzedakah
Teks
Tanakh: Taurat  · Nevi'im  · Ketuvim
Talmud: Mishnah  · Gemara
Penggolongan etnis Yahudi
Ashkenazi  · Sefardim  · Mizrahi
Penghuni Yahudi (Daftar)

Israel  · AS  · Rusia/Uni Soviet  · Spanyol
Kanada  · Jerman  · Perancis  · Britania Raya
Amerika Latin  · Polandia  · Dunia Arab  · Malaysia
Yahudi terkenal menurut negara  · Daftar

Komunitas: Amerika  · Etiopia  · Kaifeng  · Karait  · Palestina  · Suriah  · Yaman
Denominasi Yahudi
Ortodoks (Haredi  · Hasidut  · Modern)  · Konservatif  · Reformasi
Rekonstruksionis  · Liberal  · Karait  · Humanis.
Bahasa Yahudi
Ibrani  · Yiddi  · Ladino  · Dzhidi
Yudeo-Aram  · Yudeo-Arab
Gerakan politik Yahudi

Zionisme: (Buruh / Umum / Revisionis)

Garis waktu  · Bund  · Kibbutz
Sejarah  • Garis waktu  • Pemimpin
Kuno  · Bait Suci  · Pembuangan Babel
Yerusalem: (Dalam Yudaisme  · Garis waktu)
Hasmonean  · Sanhedrin  · Skisma
Perang Yahudi-Romawi  · Farisi
Diaspora  · Zaman Pertengahan  · Di bawah Islam
Haskalah  · Hasidim  · Emansipasi
Aliyah  · Shoah  · Israel Modern  · Konflik
Penganiayaan orang Yahudi
Anti-Semitisme: (Sejarah / "Baru")
Portal:Yahudi

Akap Farisi berasal dari bahasa Ibrani פרושים p'rushim, dari perush, yang berarti penjelasan.[1] Berlaku akap Farisi berarti "orang yang menjelaskan" (לפרש, "lefareish - menjelaskan").[1] Terjemahan harafiahnya "memisahkan", tanpa begitu akurat, karena "memisahkan" yaitu להפריש "lehafrish," dari akar akap yang terkait dengan akap dalam bahasa Aram, upharsin (dan membagi) dalam tulisan di dinding dalam Kitab Daniel 5:25.[1] Kaum Farisi, tergantung dari waktunya, yaitu sebuah partai politik, sebuah gerakan sosial, dan belakangan sebuah aliran konsep di selang penghuni Yahudi yang berkembang pada saat Bait Suci Kedua (536 SM70 M).[1] Setelah dihancurkannya Bait Suci Kedua, sekte Farisi dibuat bentuk kembali sebagai Yudaisme Rabinik — yang belakangnya memproduksi Yudaisme yang tradisional dan normatif, landasan dari semua bentuk Yudaisme pada saat kini, dengan pengecualian barangkali kaum Karait.[1] Hubungan selang kaum Farisi dengan Yudaisme Rabinik (yang dicontohkan oleh Talmud) yaitu demikian akrab sehingga jumlah orang tanpa membedakan keduanya.[1] Tapi demikian, tingkatan sosial dan keyakinan kaum Farisi berganti-ganti dalam perjalanan waktu, bersamaan dengan perubahan dalam kondisi politik dan sosial di Yudea.[1]

Latar belakang

Dari literatur rabinik, kaum Farisi digambarkan sebagai orang yang mengawasi dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti.[1] Dalam gulungan naskah-naskah Laut Mati, kaum Farisi dikatakan sebagai kaum yang suka mencari dan memerhatikan hal-hal yang sangat kecil.[1] Mereka menjadi orang yang mengawasi pelaksanaan hukum yang sangat teliti, karena mereka memiliki kerangka berpikir bahwa Allah mencintai orang yang taat hukum dan menghukum yang tanpa patuh.[1] Keprihatinan utama kaum Farisi yaitu mengenai pembaruan Israel.[1]

Kaum Farisi yaitu pemimpin spiritual Yahudi yang berkembang pada saat Bait Allah ke-2, sekitar zaman ke 2 SM.[2] Menurut para pandai, kaum Farisi yaitu perkembangan dari gugusan Hasidim.[2] Gugusan Hasidim yaitu gugusan yang menganggap diri mereka sebagai orang sangat memuja-muja yang saleh.[2] Gugusan Hasidim memisahkan diri dari orang biasa.[2]

Menurut Yosefus Falvius, pada saat pemerintahan Yohanes Hirkanus (135-104 SM), kaum Farisi mulai menunjukkan pengaruhnya di kalangan masyarakat.[3] Kaum Farisi juga memiliki pengaruh di bidang politik, terutama pada saat Salome Alexandra (76-67 SM).[3] Namun, setelah Roma berkuasa pada tahun 63 M, kaum Farisi kembali pada peranan asli mereka sebagai gugusan yang menjelaskan hukum secara terperinci, dan arbitrator perselisihan-perselisihan dalam komunitas tersebut.[3] Sebenarnya mereka tanpa sepenuhnya lepas tangan terhadap masalah-masalah politik.[3] R. Simeon ben Gamaliel I dan sebagian pemimpin Farisi lainnya memberontak terhadap Romawi pada tahun 66-70 M dan pada tahun 132-135 M saat pemberontakan Bar Khokba.[3]

Konsep landasan orang Farisi berakar pada zaman Ezra dan Nehemia.[3] Ezra dan Nehemia menguraikan secara rinci dan menafsirkan hukum yang tanpa tertulis itu. Ezra dan Nehemia melarang perkawinan campuran.[3] Nehemia memberlakukan peraturan bagi sabat dan memberlakukan persembahan persepuluhan.[3] Mampu dikatakan bahwa kaum Farisi menyertai jejak-jejak Ezra dan Nehemia.[3] Ezra dan Nehemia telah mengambil keputusan ulang tingkatan Torah pada masyarakat Yahudi keturunan Yehuda.[3]

Petuah tentang hukum

Konsep landasan agama bagi kaum Farisi yaitu kepercayaan.[3] Pembuangan ke Babel dimengerti sebagai kesudahan suatu peristiwa dari kegagalan Israel mematuhi hukum Taurat.[3] Pelaksanaan Taurat yaitu tugas perseorangan dan tugas nasional.[4]

Orang Farisi membedakan hukum tertulis dan hukum lisan.[3] Kaum Farisi menekankan ketaatan pada hukum tak tertulis (Oral Law).[3] Hukum tertulis harus dipelajari dan ditafsirkan dalam terang tradisi lisan untuk memenuhi konteks zaman yang berganti-ganti.[3] Jika Torah tanpa ditafsirkan, maka hukum tersebut tanpa akan kontekstual kembali.[3] Oleh karena itu, mereka juga memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menafsirkan Torah.[3] Kaum Farisi membentuk sistem hukum yang diinterpretasikan dan harus dipatuhi oleh gugusannya dengan maksud untuk menjaga supaya mereka tanpa melanggar Torah.[3] Terkadang, menyembul jumlah perbedaan dalam tafsiran hukum yang sering menimbulkan perdebatan di selang kaum Farisi sendiri.[3] Kepandaian kaum Farisi dalam menafsir ini didapat dari babak mendidik agama secara akademis.[3] Sekolah seperti Hillel dan Shammai mulai berkembang pada zaman ke-1 SM di kota Yavneh.[3]

Tipe-tipe

Di dalam Talmud, dituliskan tentang sebagian tipe orang Farisi.[5] Tidak kekurangan macam orang Farisi yang menyombongkan kebaikan-kebaikannya.[5] Tidak kekurangan juga orang Farisi yang memalingkan wajahnya untuk menghindari mengawasi perempuan.[5] Tidak kekurangan orang Farisi yang sering mengangguk-anggukan kepalanya seolah-olah bijaksana.[5] Tidak kekurangan orang Farisi yang menghitung kebaikannya, Tidak kekurangan orang Farisi yang mematuhi Allah karena takut.[5] Tidak kekurangan orang Farisi yang mematuhi Allah karena mengasihi Allah.[5]

Gustave Doré: Pertentangan selang Yesus dan Orang Farisi

Perbedaannya dengan Saduki

Kaum Farisi mempercayai tidak kekurangannya jiwa yang abadi, kebangkitan dari kematian, tidak kekurangannya malaikat, kedatangan mesias yang diutus Allah pada saat yang akan datang untuk membebaskan mereka dari belenggu pendudukan Roma.[6] Akan tetapi, kaum Saduki tanpa mengakui kekekalan jiwa manusia dan kuasa takdir.[4]Pada landasannya, Saduki menganggap bahwa ibadah di bait suci yaitu pusat dan maksud utama dari hukum Taurat.[4] Farisi menekankan kewajiban seseorang dalam menjalankan setiap segi hukum Taurat, ibadah di bait suci hanyalah sebagian saja dari hukum Taurat.[4]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) R. J. Zwi Werblowsky & Geofrrey Wugoder (Ed.), The Oxford Dictionary of Jewish Religion, (New York: Oxford University Press, 1997). Hal 528.
  2. ^ a b c d (Inggris) George Foot More, Judaism. USA: Hendrickson Publisher, 1960. Hal 59.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Inggris) Werblowsky, The Encyclopedia of Jewish Religion. New York, Adama Books, 1986. Hal 550-551.
  4. ^ a b c d Ensiklopedi Alkitab Saat Kini. Jakarta: Yayasan Bina Kasih OFM, Hal 299.
  5. ^ a b c d e f (Inggris) Hans Kung, Judaism: The Religious Situation of Our Times. Munich: SCM Press LTD, 1991. Hal. 327.
  6. ^ Albert Nolan, Yesus Sebelum Agama Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 1991. Hal 23-24.

Rujukan

  • Boccaccini, Gabriele 2002 Roots of Rabbinic Judaism ISBN 0-8028-4361-1
  • F.F. Bruce, The Book of Acts, Revised Edition (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1988)
  • Cohen, Shaye J.D. 1988 From the Maccabees to the Mishnah ISBN 0-664-25017-3
  • Fredriksen, Paula 1988 From Jesus to Christ ISBN 0-300-04864-5
  • Neusner, Jacob Torah From our Sages: Pirke Avot ISBN 0-940646-05-6
  • Neusner, Jacob Invitation to the Talmud: a Teaching Book (1998) ISBN 1-59244-155-6
  • Roth, Cecil A History of the Jews: From Earliest Times Through the Six Day War 1970 ISBN 0-8052-0009-6
  • Schwartz, Leo, ed. Great Ages and Ideas of the Jewish People ISBN 0-394-60413-X

Pranala luar



Asal :
id.wikipedia.org, discussion.web.id, kategori-antropologi.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.