eduNitas.com
Read too :  Job Fairs    Online Tuition in the Best 168 PTS    Study Scholarship Application   . . . . see more
Toll-free service = 0800 1234 000
inflation
inertia
(Before this topic)
information
(Next topic)

Inflasi

tingkat inflasi di alam

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga dengan agenda umum dan bertali-tali (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang mampu disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya, makanan masyarakat yang meningkat, hadir lebihnyanya likuiditas di pasar yang memicu makanan atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat hadirnya ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan istilah lain, inflasi juga adalah proses menurunnya nilai mata uang dengan agenda kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang diasumsikan tinggi belum pasti menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan diasumsikan terjadi bila proses kenaikan harga berlaku dengan agenda bertali-tali dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga dipakai untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Hadir banyak agenda untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering dipakai adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi mampu digolongkan dijadikan empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga hadir di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga hadir di atas 100% setahun.

Daftar isi

Penyebab

Inflasi mampu disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk belum cukupnya distribusi). Untuk karena pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk karena kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat hadirnya permintaan total yang amat sangat dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat ganti atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan kelakuan baik mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang amat sangat. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama pastinya kemampuan bank sentral dalam menertibkan peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan sikap yang dibuat spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat hadirnya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk hadirnya kelangkaan distribusi, walau permintaan dengan agenda umum tidak hadir perubahan yang meningkat dengan agenda signifikan. Hadirnya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal mampu memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terwujudnya jabatan nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti hadirnya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk memproduksi produksi tsb, sikap yang dibuat spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama mampu terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memperagakan peranan yang sangat penting.

Meningkatnya biaya produksi mampu disebabkan 2 hal, yaitu :

kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

Penggolongan

Berdasarkan asalnya, inflasi mampu digolongkan dijadikan dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit perhitungan belanja yang dibiayai dengan agenda mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang mempunyai akibat harga bahan makanan dijadikan mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau hadirnya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga mampu dibagi berdasarkan agungnya cakupan pengaruh terhadap harga. Bila kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu dinamakan inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang dengan agenda umum, maka inflasi itu dinamakan sebagai inflasi membuka (Open Inflation). Sedangkan apabila penyerangan negara inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak mampu menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot dinamakan inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga mampu dibedakan :

  1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
  2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
  3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
  4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

  • Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
  • Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
  • Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melaksanakan proses produksi. IHP sering dipakai untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang makanan.
  • Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
  • Indeks harga barang-barang modal
  • Deflator PDB menunjukkan agungnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang yang sudah diolah, dan kelakuan baik.

Dampak

Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan hadirnya Inflasi.

Inflasi mempunyai dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti mampu menampik perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bertugas, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), kondisi perekonomian dijadikan acak-acakan dan perekonomian dirasakan lesu. Orang dijadikan tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka dijadikan lebih merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi konsumsinya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi konsumsinya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya usahawan, tidak dirugikan dengan hadirnya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bertugas di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang lebih menurun. Memang, tabungan memproduksi bunga, namun bila tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, alam usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang alam usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah bila dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi mampu menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada usahawan besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada belakangnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa mengakhiri produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada usahawan kecil).

Dengan agenda umum, inflasi mampu mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, menampik kenaikan suku bunga, menampik penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Peran bank sentral

Bank sentral memperagakan peranan penting dalam mengemudikan inflasi. Bank sentral suatu negara biasanya berusaha mengemudikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan mempunyai kewenangan yang independen dalam arti bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang belum cukup independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk menampik perekonomian -- akan menampik tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengemudikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengemudikan tingkat nilai ganti mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang mampu bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh alam, termasuk oleh Bank Indonesia.

Lihat juga

Pranala luar

  • Arguments for and against inflation and inflation targeting
  • The Inflation Calculator
  • Efek Buruk Inflasi
  • Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics
  • Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ... - November 2004
  • The mechanics of inflation The great government swindle and how it works is one of a series of documents about economics and money at abelard.org
  • Basics of Inflation
  • Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen)

Sumber acuan

  1. Barro, Robert J. Macroeconomics
  2. Brown, A. World Inflation Since 1950
  3. Case, Karl E. and Fair, Ray C. Principles of Macroeconomics
  4. Bureau of Labor Statistics
  5. Kieler, Mads The ECB's Inflation Objective
  6. George Reisman, Capitalism: A Treatise on Economics (Ottawa : Jameson Books, 1990), 503-506 & Chapter 19 ISBN 0-915463-73-3
  7. Murray N. Rothbard, What has government done to our money? ISBN 0-945466-10-2. Good introduction to Austrian school's view on money, inflation etc.
  1. ^ “Ekspektasi kenaikan harga ini diantaranya bisa disebabkan hadirnya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang dan/atau berkurangnya ketersediaan barang atau kelakuan baik sebagai akibat mahalnya biaya transportasi atau miniminya infratstruktur yang memadai,”



Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, kategori-antropologi.program-reguler.co.id, dsb-nya.



   Free Online Try Out    Online Registration    Psychotest Tips & Tricks    S2 Class Program    Book Reader    Prayer Times    Online Tuition in the Best 168 PTS    Alqur'an Online    Regular Day College    Study Scholarship Application    All Information    Free Tuition Fees    User book    Afternoon / Evening Course Program    Download Catalogs    Multifarious Discussions    Advanced School Program    Job Fairs


inflation